Dark Mode Light Mode

Krisis Eksistensial di Tengah Pesta Dengar Album Baru Lorde

Siapa bilang mendengarkan album baru itu harus di kamar dengan headphone dan anjing menjilati wajah? Mungkin saya, setelah pengalaman di listening party Lorde yang terbaru. Jujur, merasa sedikit seperti kakek-kakek di tengah lautan Gen Z. Tapi demi Lorde, apa sih yang enggak?

Lorde Is Back! Mencicipi Album ‘Virgin' di Sydney

Lorde dan saya punya sejarah panjang. Dari iklan Spotify Freemium yang maksa dengerin The Love Club EP, sampai Melodrama yang menemani patah hati pertama, dan "Ribs" yang selalu jadi anthem setelah kick-ons. Plus, beberapa konser yang epic banget. Jadi, kesempatan buat dengerin album terbarunya, Virgin, sebelum rilis resmi? Hell yeah!

Acara eksklusif ini diadakan oleh Triple J di basement The Imperial, Erskineville. Tempat yang sama di mana tiga hari sebelumnya saya merayakan ulang tahun ke-30 yang super heboh dengan talent show. Kontras banget, ya? Dari goyang-goyang gak jelas jadi dengerin musik dengan khidmat (sebenernya mencoba khidmat).

Ruangan disulap jadi moody dengan lampu biru dan poster Virgin di mana-mana. Layar raksasa menampilkan sampul album dengan countdown timer. Di antara kerumunan fans yang umurnya mungkin seumuran adik saya, saya merasa seperti fosil berjalan. Tapi it's okay, saya siap menjemput nostalgia.

Sebelum countdown berakhir, Sydney Drag Superstar, Etcetera Etcetera, naik panggung dan langsung mencuri perhatian. She's serving looks! Penonton terpukau, termasuk saya. Drag queen dan musik Lorde? Kombinasi yang sempurna.

Saat angka di countdown mencapai nol, Lorde muncul di layar. Sambil menjilat bibirnya (ikonik!), dia menyampaikan pesan singkat: "Saya sangat bangga dengan album ini dan gak sabar kalian semua mendengarkannya." Riuh rendah pun pecah. Kaki saya mulai pegal.

Album dibuka dengan single terbaru, "Hammer," diikuti "What Was That". Energi langsung meningkat, semua badan bergoyang. Suasana dance-able langsung terasa.

‘Virgin': Antara Nostalgia dan Inovasi

Serangkaian lagu yang belum dirilis, seperti "Shapeshifter", membawa suasana menjadi lebih slow, tapi tetap bisa buat goyang tipis-tipis. Album ini juga dihiasi dengan potensi hits, seperti "Favourite Daughter" dan "GRWN" (yang ternyata singkatan dari Grown Woman, bukan typo dari Get Ready With Me!).

"Favourite Daughter" terasa sangat orisinal dan baru. Liriknya ngena banget, dan melodinya langsung nempel di kepala. Dijamin bakal saya putar sampai bosen. Potensi jadi lagu galau baru nih kayaknya.

Eksplorasi Suara Baru: Imogen Heap Ketemu Backstreet Boys?

Di beberapa bagian album, seperti lagu "Clearblue," Lorde seolah-olah menyalurkan jiwa Imogen Heap-nya. Balada emosional dengan autotune dan produksi minimalis. Berani banget!

Menjelang akhir album, "If You Could See Me Now" mengeksplorasi wilayah baru bagi Lorde. Lagu ini punya nuansa pop tahun 90-an dengan sentuhan rock. Rasanya seperti Backstreet Boys, tapi versi Lorde yang super unik. Unexpected, but I love it!

"David" menutup album dengan gaya khas Lorde: lagu penutup yang indah, seperti Oceanic Feeling atau A World Alone. Antemik dan mentah, dengan build-up ke synth yang bakal bikin headphone kamu bergetar hebat.

Terlalu Tua untuk Listening Party? Nggak Juga!

Album ini short and sweet, dan saya langsung jadi penggemar berat. Tapi di satu sisi, saya berpikir: "Duh, kenapa gak dengerin aja nanti hari Jumat pagi di rumah sambil ngopi?" Well, mungkin karena saya sudah tua.

Berada di listening party di usia 30 (dan tiga hari) terasa… canggung. Pikiran saya bercabang: Apa saya norak? Kenapa saya goyangnya gitu amat? Kenapa saya berdiri-duduk terus? Pacar saya masak apa ya buat makan malam?

Meskipun terlalu dini untuk memastikan, Lorde belum pernah mengecewakan saya. Dan dari apa yang saya dengar di tengah obrolan dan teriakan fans, sepertinya dia kembali ke form-nya. Meskipun saya tetap setia sama Solar Power.

Mengikuti acara ini saya anggap sebagai perayaan jiwa muda saya. Semoga dia gak pernah mati. Age is just a number, right?

Dan kalau Lorde mengumumkan tour? Saya pasti akan datang. Mungkin dari bangku penonton. Biar gak terlalu keliatan tua, hehe.

Kesimpulan: Lorde Tetap di Hati, Walau Umur Bertambah

Intinya, album Virgin menjanjikan perjalanan musik yang seru dan emosional. Lorde berhasil menggabungkan elemen-elemen yang kita cintai dari musiknya dengan eksplorasi suara yang baru dan segar. Walaupun umur sudah 30 dan listening party terasa sedikit aneh, cinta saya pada Lorde tidak akan pudar. Siap-siap streaming dan dance di kamar! Album ini layak banget untuk didengerin.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kesempatan Emas: Sony XM5 Masih Layak Dibeli dengan Harga Promo Sekarang

Next Post

RI Berharap Perdalam Kerja Sama Transportasi Berkelanjutan dengan Inggris