Dark Mode Light Mode

Lagu Indonesia yang Kamu Hindari: Alasannya?

Siapa yang tidak suka musik? Musik menemani kita di kala senang maupun sedih. Tapi, pernahkah kamu merasa ada satu lagu yang rasanya ingin sekali di-skip setiap kali muncul di playlist? Lagu yang, bukannya bikin semangat, malah memicu flashback ke momen yang pengennya dilupakan secepat mungkin? Nah, kamu nggak sendirian. Ternyata, banyak orang punya lagu “terlarang” dengan alasan yang beragam.

Musik memang punya kekuatan magis untuk membangkitkan emosi dan memori. Otak kita cenderung mengasosiasikan lagu tertentu dengan peristiwa atau suasana hati tertentu. Ini adalah fenomena associative learning, di mana suatu stimulus (lagu) terhubung dengan respons emosional (memori buruk). Karena itu, nggak heran kalau mendengar lagu tertentu bisa langsung bikin kita mellow atau malah kesal setengah mati.

Dalam psikologi, fenomena ini dikenal sebagai memory-triggered emotions. Emosi yang terpicu oleh memori bisa sangat kuat dan mempengaruhi mood kita secara keseluruhan. Bayangkan, lagi asyik kerja, tiba-tiba lagu mantan pacar terputar. Auto buyung kan?

Pertanyaan selanjutnya adalah, kenapa beberapa lagu bisa punya efek negatif yang begitu kuat? Jawabannya kompleks. Bisa jadi karena lagu itu diputar saat momen perpisahan yang menyakitkan, saat mengalami kegagalan besar, atau bahkan saat mengalami kejadian traumatis. Intinya, lagu itu jadi soundtrack untuk momen-momen kelam dalam hidup kita.

Efek dari lagu “terlarang” ini nggak main-main. Bisa menyebabkan stres, kecemasan, bahkan panic attack. Beberapa orang mungkin akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari lagu itu, sementara yang lain mencoba mencari cara untuk merebut kembali lagu itu dan mengubah asosiasinya.

Namun, apakah mungkin untuk merebut kembali lagu yang sudah terlanjur “ternodai” oleh memori buruk? Jawabannya, mungkin. Prosesnya memang nggak mudah dan butuh kesabaran, tapi bukan berarti mustahil. Ada beberapa strategi yang bisa dicoba, mulai dari cognitive restructuring hingga exposure therapy.

Menaklukkan Kembali Nada-Nada Kelabu: Mungkinkah?

Banyak yang bertanya, kenapa sih repot-repot merebut kembali sebuah lagu? Toh, masih banyak lagu lain yang bisa didengarkan. Tapi, bagi sebagian orang, lagu itu bukan sekadar kumpulan nada dan lirik. Lagu itu adalah bagian dari diri mereka, bagian dari pengalaman hidup mereka. Merebut kembali lagu itu berarti merebut kembali kendali atas emosi dan memori mereka.

Kenapa Lagu Bisa Jadi Musuh dalam Selimut?

Mari kita bedah lebih dalam. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, associative learning memainkan peran kunci. Tapi, ada faktor lain yang juga berpengaruh, seperti intensitas emosi saat lagu itu diputar, frekuensi pemutaran lagu, dan konteks sosial di mana lagu itu didengarkan. Misalnya, lagu yang diputar berulang-ulang saat honeymoon tentu akan memiliki asosiasi yang sangat kuat dengan kebahagiaan. Sebaliknya, lagu yang diputar saat bertengkar hebat dengan pasangan akan memiliki asosiasi yang negatif.

Strategi Jitu: Dari Skip Button ke Playlist Favorit

Lalu, bagaimana caranya mengubah asosiasi negatif menjadi positif? Salah satu strateginya adalah dengan cognitive restructuring. Intinya, kita mencoba mengubah cara kita berpikir tentang lagu itu. Alih-alih fokus pada memori buruk yang terkait dengan lagu itu, kita mencoba mencari aspek positif dari lagu itu, seperti melodi yang indah, lirik yang inspiratif, atau aransemen yang unik.

Strategi lainnya adalah exposure therapy. Secara bertahap, kita membiasakan diri dengan lagu itu. Awalnya, mungkin hanya mendengarkan beberapa detik saja, lalu secara bertahap meningkatkan durasinya. Saat mendengarkan, kita mencoba menciptakan suasana yang positif dan menyenangkan, misalnya dengan ditemani teman, sambil melakukan aktivitas yang disukai, atau sambil menikmati makanan enak.

Jangan lupa, musik adalah mood booster alami. Kita bisa memanfaatkan musik untuk meningkatkan mood kita secara keseluruhan. Dengarkan lagu-lagu yang bikin semangat, lagu-lagu yang bikin bahagia, dan lagu-lagu yang bikin kita merasa positif tentang diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa menciptakan soundtrack baru untuk hidup kita.

Playlist Anti-Galau: Tips Memilih Musik yang Tepat

  • Pilih genre yang disukai: Jangan memaksakan diri mendengarkan genre yang tidak disukai hanya karena sedang trending.
  • Perhatikan liriknya: Hindari lagu-lagu dengan lirik yang terlalu sedih atau negatif.
  • Buat playlist yang beragam: Jangan hanya terpaku pada satu jenis musik.
  • Eksplorasi musik baru: Siapa tahu ada lagu baru yang bisa jadi anthem hidupmu.
  • Dengarkan musik bersama teman: Berbagi musik dengan teman bisa jadi pengalaman yang menyenangkan.

Musik Sebagai Terapi: Lebih dari Sekadar Hiburan

Musik bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga bisa menjadi terapi. Music therapy terbukti efektif untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan trauma. Terapi musik juga bisa membantu meningkatkan cognitive function, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas hidup. Jadi, jangan ragu untuk memanfaatkan kekuatan musik untuk meningkatkan well-being kamu.

Intinya, musik memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi emosi dan memori kita. Meskipun ada lagu yang mungkin ingin kita hindari seumur hidup, bukan berarti kita harus menyerah pada kekuatan negatifnya. Dengan strategi yang tepat, kita bisa merebut kembali lagu itu dan mengubahnya menjadi sumber kekuatan dan inspirasi. Selamat berpetualang dalam dunia musik!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Google Goda Pixel 10, Ungkap Penuh Bulan Depan: Siap Guncang Pasar

Next Post

Respons Badan Lingkungan Hidup atas Laporan Buruk Kualitas Udara Jakarta oleh IQAir