Dark Mode Light Mode

Larangan Gim Buatan Taiwan di Hong Kong Justru Semakin Mempopulerkannya, Kata Pengembang

Bayangkan, kamu sedang asyik main game di ponsel, tiba-tiba polisi mengetuk pintu dan bilang kamu melanggar hukum. Kedengarannya seperti adegan film distopia? Sayangnya, ini adalah realitas baru di Hong Kong.

Fenomena ini dipicu oleh game buatan Taiwan berjudul Reversed Front: Bonfire, yang dituduh oleh pihak berwenang Hong Kong mempromosikan agenda separatis. Lebih ekstrem lagi, ini menandai penggunaan Undang-Undang Keamanan Nasional yang diberlakukan pada tahun 2020 untuk memblokir pengguna dari permainan video. Seriously? Sebuah game?

Siapapun yang mengunduh game ini di ponsel mereka berisiko melakukan pelanggaran. Bahkan, pemain yang telah melakukan pembelian in-app berpotensi menghadapi hukuman karena dianggap memberikan dana kepada pengembang, ESC Taiwan. Game ini pun telah ditarik dari App Store dan Google Play Store di Hong Kong. Namun, jangan panik, gamers! Game ini masih tersedia di Amerika Serikat melalui App Store dan Steam.

Kebebasan Bermain atau Ancaman Keamanan Nasional?

Sejak dirilis pada bulan April, Reversed Front: Bonfire mengajak pemain untuk "bersumpah setia kepada Taiwan, Hong Kong, Mongolia, Tibet, Kazakh, Uyghur, Manchuria atau Aliansi Pemberontak Cathaysia dan Asia Tenggara untuk menggulingkan rezim Komunis," demikian menurut situs web game tersebut. Atau, pemain juga bisa memilih untuk memimpin Partai Komunis Tiongkok. Gameplay-nya sendiri berupa visual novel yang diselingi dengan segmen pertarungan berbasis giliran (turn-based) sederhana, dengan karakter dan kemampuan unik yang bisa didapatkan melalui mekanisme gacha.

Representasi ESC Taiwan menjelaskan bahwa konten Reversed Front: Bonfire mencakup berbagai proposisi politik yang ada di Asia Timur saat ini, termasuk penentuan nasib sendiri dan separatisme, tetapi juga ideologi Partai Komunis Tiongkok. Mereka berani membiarkan pendukung Partai Komunis Tiongkok membela pandangan politik mereka di dalam game, menghasilkan dua alur cerita yang berbeda.

Pernyataan tersebut menekankan bahwa meskipun mereka berani membiarkan Partai Komunis Tiongkok mengekspresikan diri di dalam game, Partai tersebut tidak mengizinkan perbedaan pendapat untuk bersuara. Ini menjadi poin penting dalam memahami alasan di balik pelarangan tersebut.

Dibalik Layar ESC Taiwan: Tim Impian atau Kelompok Radikal?

ESC Taiwan mengungkapkan bahwa mereka terdiri dari orang-orang Taiwan, Hong Kong, dan Tiongkok yang berbasis di Taiwan. Awalnya, mereka dibentuk sebagai cara untuk "menghubungkan dengan individu dan kelompok anti-pemerintah dari berbagai belahan Tiongkok, termasuk organisasi yang mengadvokasi kemerdekaan Turkestan Timur dan Tibet." Untuk membiayai misi tersebut, mereka mulai membuat game. Tim pengembang game ini beranggotakan kurang dari 10 orang, tetapi secara keseluruhan kelompok ini berjumlah sekitar 50 orang, yang sebagian besar adalah sukarelawan tanpa gaji.

Pelarangan game di Hong Kong ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagi tim ESC Taiwan. Mereka berpendapat bahwa otonomi sejati sudah tidak ada lagi di Hong Kong. Hmm, terdengar menyedihkan, ya?

Efek Streisand: Ketika Pelarangan Justru Meningkatkan Popularitas

Pelarangan Reversed Front: Bonfire di Hong Kong justru menjadi berkah terselubung. Representasi ESC Taiwan menyatakan bahwa pelarangan oleh pemerintah Hong Kong justru membuat jutaan orang yang sebelumnya tidak tahu tentang game ini menjadi sadar akan keberadaannya. Ini dikenal sebagai efek Streisand, di mana upaya untuk menyembunyikan informasi justru malah membuatnya semakin tersebar luas.

Sebelumnya, game ini hanya memiliki kurang dari 360 peringkat di App Store dan Google Play Store. Namun, setelah pelarangan, Reversed Front: Bonfire melonjak ke peringkat 45 dalam kategori game petualangan di App Store AS, dengan 35 peringkat. Di Google Play Store, game ini memiliki 328 peringkat. Not bad, huh?

Apakah Ini Akhir dari Kebebasan Berekspresi di Hong Kong?

Maya Wang, direktur asosiasi Human Rights Watch untuk Tiongkok, mengatakan bahwa tidak mengherankan jika Hong Kong membuat pernyataan tentang game ini. Menurutnya, "Pihak berwenang Hong Kong harus terus-menerus mencari sesuatu dan seseorang untuk dijadikan target guna memberi sinyal kepada Beijing bahwa mereka rajin dan bahwa mereka menganggap ‘keamanan nasional' sangat serius." Ini menjadi pertanyaan besar tentang sejauh mana kebebasan berekspresi di Hong Kong akan terus dibatasi.

Pelajaran dari Kasus Reversed Front: Bonfire

Kasus Reversed Front: Bonfire ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah permainan video bisa menjadi pusat perhatian politik dan bahkan dianggap sebagai ancaman keamanan nasional. Ini juga menyoroti pentingnya kebebasan berekspresi dan hak untuk berbeda pendapat. Jadi, lain kali kamu main game, ingatlah bahwa game itu lebih dari sekadar hiburan. Game bisa menjadi powerful medium untuk menyampaikan pesan dan bahkan memicu perubahan sosial.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Ketegangan Perbatasan Picu Konflik Sumatra Utara-Aceh

Next Post

Eddie Jones Berharap Cuaca Panas Menguntungkan Jepang Lawan Wales yang Terluka