Ketika Jadi Musisi Sesi Bareng Ex-Beatle Berasa Ketemu Tugas Kelompok?
Siapa sih yang nggak pengen sepanggung atau sekadar rekaman bareng mantan personel The Beatles? Dulu, terlibat dalam rekaman John Lennon bukan cuma keren, tapi juga kayak dapet tiket emas. Tapi, seperti yang diungkapkan gitaris legendaris Larry Carlton, sesi studio bareng legenda musik bisa jadi “nyebelin” banget. Ceritanya bermula dari album Rock ‘n’ Roll milik Lennon di pertengahan tahun 70-an. Sebuah album cover yang ternyata menyimpan kisah unik di balik layar.
Semuanya berawal di tahun 1969, saat penerbit musik Morris Levy menuduh Lennon mencuri lirik dari lagu Chuck Berry, “You Can’t Catch Me,” untuk lagu The Beatles, “Come Together.” Levy menggugat, dan setelah proses hukum yang panjang, mereka akhirnya berdamai di luar pengadilan. Lucunya, Chuck Berry sendiri kayaknya nggak terlalu peduli dan bahkan tampil bareng Lennon di acara Mike Douglas Show tahun 1972. Sebagai bagian dari kesepakatan dengan Levy, Lennon harus merekam beberapa lagu dari katalog penerbitan Levy.
Awalnya, Lennon cuma diminta merekam beberapa cover lagu. Tapi, dia malah menjadikannya alasan untuk membuat satu album penuh berisi lagu-lagu rock and roll klasik yang dia sukai sejak kecil. Dia mengajak temannya, Phil Spector, yang dianggap sukses menggarap album Let It Be dan album solonya, Imagine, untuk menjadi produser. Rencananya sih keren banget. Tapi, begitu pintu studio ditutup, semuanya langsung berantakan.
Dari Tiket Emas Jadi Tiket Kereta Api Lokal: Sesi Rekaman Rock ‘n’ Roll yang Kacau
Rekaman Rock ‘n’ Roll berlangsung nggak tentu dari tahun 1973 hingga awal 1975, dan albumnya rilis di bulan Februari tahun itu. Sejak hari pertama, sesi rekaman udah nggak karuan. Lennon, yang baru pisah dari Yoko Ono, lagi dalam masa “Lost Weekend” di L.A., party bareng Harry Nilsson dan Hollywood Vampires. Spector juga ikut andil bikin rusuh, dan bahkan dikabarkan memecat beberapa orang.
Spector punya kebiasaan baru yang bikin geleng-geleng kepala: setiap malam, dia kabur bawa master tape di bawah ketiaknya, kayak penjahat di film heist. Di tengah kekacauan ini, Larry Carlton dipanggil ke A&M Studios untuk kerja selama seminggu di album tersebut. Dengan gitar Gibson ’69 ES-335 andalannya, Carlton udah jadi nama besar di dunia musik sesi, pernah main bareng The Partridge Family, Linda Ronstadt, dan banyak lagi. Reputasinya dibangun atas dasar selalu memberikan yang terbaik, bahkan dalam waktu singkat, dan selalu profesional. Itu juga yang dia harapkan dari orang lain, nggak peduli seberapa terkenalnya mereka.
Leon Russell dan Gitaris Idaman Jadi Saksi Mata Kelakuan Aneh John Lennon
“Phil Spector, produsernya, mesan banyak musisi buat jam tujuh malam setiap malam selama seminggu,” kenang Carlton. Para musisi pun datang. Salah satunya pianis hebat Leon Russell, yang pernah tampil di konser amal George Harrison, Concert for Bangladesh. Tapi jam tujuh lewat. Jam delapan lewat. Jam setengah sepuluh juga belum ada tanda-tanda Lennon atau Spector datang.
“Leon Russell dan saya masuk ke studio lain,” kata Carlton, “Dia duduk di piano, dan kami jamming sebentar.” Pas Lennon dan Spector datang sekitar jam 10, suasana udah berubah jadi nggak enak. “Lagi masa-masa sulit buat John,” jelas Carlton, “Dia lagi mabuk.” Malam itu, mereka mau merekam lagu “Bony Moronie,” lagu rock and roll klasik yang ditulis dan direkam oleh Larry Williams tahun 1957.
Carlton menambahkan, “Saya mainin ‘Bony Moronie’ pas umur 12 tahun. Jadi, saya di ruangan saya, John di sebelah. Dia lagi mabuk. Dia nyebutin chord doang—cuma tiga—dan bilang, ‘A, I got a gal named Bony Moronie. D.’ Saya bilang, ‘Saya ngerti.’”
“Nggak Profesional!” Curhat Larry Carlton Soal Pengalaman Kerja Bareng John Lennon
“Rasanya nyebelin banget. Nggak profesional dan nggak sesuai sama yang saya harapkan,” keluh Carlton. Setelah sesi rekaman selesai—yang kayaknya nggak lama setelah dimulai—Carlton nganter Leon Russell balik ke hotel. “Saya bilang, ‘Wah, nyebelin banget. Sialan,’” kenangnya. “Terus Leon, dengan aksen Oklahoma-nya, ngeliatin saya dan bilang, ‘Becanda? Besok pagi saya udah balik ke Tulsa.’”
Carlton ketawa sekarang, tapi waktu itu pasti ngerasa kayak kehilangan kesempatan dan harus bikin keputusan yang sulit. “Saya pulang dan nelpon kantor Phil Spector tengah malam. Saya bilang, maaf, saya nggak bisa dateng lagi selama seminggu. Jadi, saya batalin. Saya nggak mau buang-buang waktu saya buat itu. Padahal bisa aja keren banget. Tapi… ya sudahlah.”
Drama Belum Selesai: Dari Master Tape Raib Sampai Pistol di Studio
Di akhir tahun 1973, Spector ngilang begitu aja, bawa semua master tape. Terus, kayak penjahat di film Batman, dia nelpon Lennon dan bilang, “Saya punya tape John Dean,”—sindiran buat skandal Watergate—dan dia nggak mau balikin tape itu tanpa kesepakatan. Belum cukup sampai situ, di bulan Maret 1974, Spector kecelakaan mobil parah yang bikin dia koma. Alhasil, harapan buat nerusin album atau ngedapetin tape itu pupus sudah. Sementara itu, Lennon beralih ke proyek lain yang jadi album Walls and Bridges di tahun 1974.
Sementara itu, para eksekutif rekaman di Capitol ditugasin buat ngedapetin tape itu balik. Setelah proses yang panjang, mereka kabarnya ngeluarin sekitar $90.000 buat ngambil tape itu dari Spector. Intinya, nggak ada yang lancar dari sesi rekaman ini. Spector jadi produser, yang berarti bakal ada wall of sound dan kekacauan—dan itulah yang terjadi. Kelakuannya di studio udah kelewatan batas sampai ada rumor dia nembakin pistol di ruang kontrol A&M deket kepala Lennon. Kabarnya, Lennon bilang, “Kalo mau nembak, tembak aja, tapi jangan ganggu telinga gue, Phil.”
Lalu, Siapa Sebenarnya yang Main Gitar di “Bony Moronie”?
Bertahun-tahun, bahkan situs terpercaya kayak The Beatles Bible nyebut Larry Carlton sebagai gitaris di cover lagu Larry Williams itu. Tapi, seperti yang Carlton sendiri bilang di wawancaranya di YouTube, dia “nggak jadi ada di album itu.” Versi finalnya kemungkinan dimainkan oleh Steve Cropper dan Jesse Ed Davis, mengingat peran mereka di sesi rekaman berikutnya, tapi kepastiannya masih belum jelas.
Lennon akhirnya nyelesein album itu di New York, dengan jadi produser sendiri di Record Plant East. Rock ’n’ Roll rilis di bulan Februari 1975 dan jadi kapsul waktu yang menggambarkan kehidupan musik Lennon saat itu. Itu jadi album solo terakhir Lennon sebelum album kolaborasinya bareng Yoko Ono, Double Fantasy, di tahun 1980. Sayangnya, Lennon ditembak mati di depan apartemennya di Dakota, New York City, beberapa minggu setelah album itu rilis.
Seandainya dia hidup lebih lama, bukan nggak mungkin Lennon dan Larry Carlton bakal ketemu lagi di studio suatu saat nanti. Tapi, pada akhirnya, itu jadi salah satu “seandainya” terbesar di dunia musik. Kalau diinget-inget, Carlton nggak nyesel sama keputusannya. “Ya, itu nggak asyik. Saya kagum sama dia, tapi itu lagi masa-masa sulit.”