Embracer Group, raksasa video game yang sempat bikin heboh jagat maya (dan dunia nyata tentunya), kembali mengguncang dunia korporat. Kali ini bukan soal akuisisi gila-gilaan, tapi soal perubahan pucuk pimpinan. CEO Lars Wingefors, sang nahkoda yang membawa kapal Embracer mengarungi lautan badai (dan kadang menabrak karang), akan turun takhta. Siapa penggantinya? Dan apa artinya bagi masa depan perusahaan? Mari kita selami lebih dalam.
Embracer, yang dulunya dikenal sebagai THQ Nordic, memang punya sejarah yang unik. Dulu underdog, sekarang jadi pemain utama yang punya segudang studio dan IP (Intellectual Property) terkenal. Dari Borderlands sampai Tomb Raider, semua ada di bawah payung mereka. Ekspansi besar-besaran ini, tentu saja, tak lepas dari tangan dingin Wingefors. Namun, semua petualangan pasti ada tantangannya.
Wingefors telah menjadi CEO sejak THQ Nordic melakukan rebranding menjadi Embracer Group pada September 2019. Di bawah kepemimpinannya, Embracer melakukan akuisisi besar-besaran. Sebut saja Gearbox Entertainment (Borderlands) dengan nilai $1.3 miliar, Saber Interactive (World War Z) seharga $525 juta, dan Crystal Dynamics & Eidos Montreal (Tomb Raider, Deus Ex) seharga $300 juta. Bahkan, penerbit game papan atas Asmodee pun ikut dibeli dengan harga €2.75 miliar.
Ekspansi ini memang mengesankan, tapi juga memunculkan masalah. Ketika kesepakatan senilai $2 miliar dengan Savvy Games Group (perusahaan game dan esports milik Dana Investasi Publik Arab Saudi) gagal, Embracer terpaksa melakukan restrukturisasi besar-besaran. Akibatnya? 1.400 orang kehilangan pekerjaan dan tiga studio ditutup. Gearbox dan Saber Interactive bahkan dijual kembali.
Restrukturisasi ini tentu menuai kritik pedas. Wingefors sendiri mengaku bertanggung jawab atas kesalahan yang terjadi. "Sebagai seorang pemimpin dan pemilik, terkadang Anda harus menerima kesalahan dan rendah hati jika Anda melakukan kesalahan," ujarnya.
Lalu, kenapa Wingefors turun dari kursi CEO? Jawabannya sederhana: untuk fokus pada hal yang lebih strategis. Ia akan menjabat sebagai executive chair dewan direksi, memfokuskan diri pada inisiatif strategis, mergers & acquisitions (M&A), dan alokasi modal. Intinya, Wingefors ingin memastikan Embracer terus tumbuh dan sukses di masa depan.
Phil Rogers: Nahkoda Baru Embracer?
Pertanyaannya sekarang, siapa yang akan menggantikan Wingefors? Jawabannya adalah Phil Rogers, yang saat ini menjabat sebagai deputy CEO. Rogers bukan orang baru di Embracer. Ia bergabung pada tahun 2022 setelah Embracer mengakuisisi Eidos Montreal. Sebelum menjadi CEO, Rogers juga menjabat sebagai bos di Crystal Dynamics dan Plaion. Pengangkatannya akan efektif pada Agustus 2025.
Wingefors sendiri punya keyakinan besar pada Rogers. "Saya sangat yakin dengan kemampuannya. Saya berharap dapat terus bekerja sama erat untuk memperkuat bisnis dan mendorong nilai di tahun-tahun mendatang," kata Wingefors. Ini menandakan transisi kepemimpinan yang mulus dan diharapkan bisa membawa angin segar bagi Embracer.
Spin-Off Coffee Stain Group: Strategi Baru?
Selain perubahan CEO, Embracer juga mengumumkan rencana untuk melakukan spin-off Coffee Stain Group pada akhir tahun 2025. Coffee Stain Group akan menjadi grup independen yang fokus pada pengembangan dan penerbitan game berbasis komunitas. Grup ini terdiri dari lebih dari 250 pengembang dan penerbit game yang bersemangat, termasuk Coffee Stain, Ghost Ship, dan Tuxedo Labs. Erik Sunnerdahl, direktur keuangan Embracer Group saat ini, akan ditunjuk sebagai CFO Coffee Stain Group.
Spin-off ini bisa dilihat sebagai strategi untuk memfokuskan bisnis Embracer. Dengan memisahkan Coffee Stain Group, Embracer bisa lebih fokus pada bisnis inti mereka yang lain. Ini juga bisa memberikan Coffee Stain Group lebih banyak fleksibilitas dan otonomi untuk mengembangkan game yang mereka sukai.
Masa Depan Embracer: Apa yang Bisa Kita Harapkan?
Perubahan kepemimpinan dan spin-off Coffee Stain Group tentu menimbulkan pertanyaan tentang masa depan Embracer. Apakah perusahaan ini akan terus melakukan akuisisi? Apakah mereka akan fokus pada pengembangan game AAA, atau lebih memilih game indie yang lebih kecil? Jawabannya mungkin ada di tengah-tengah.
Embracer jelas ingin belajar dari kesalahan masa lalu. Restrukturisasi yang menyakitkan menjadi pelajaran berharga. Mereka mungkin akan lebih berhati-hati dalam melakukan akuisisi, dan lebih fokus pada pengembangan internal. Phil Rogers, dengan pengalamannya di Crystal Dynamics dan Eidos Montreal, mungkin akan membawa pendekatan yang lebih berorientasi pada pengembangan game berkualitas tinggi. Ini bisa menjadi era baru bagi Embracer, era di mana kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas.
Intinya, perubahan ini menandakan babak baru bagi Embracer Group. Dengan kepemimpinan baru dan strategi yang lebih fokus, perusahaan ini berharap dapat kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan. Dan bagi kita para gamer, semoga ini berarti lebih banyak game berkualitas tinggi dari studio-studio di bawah naungan Embracer. Siapa tahu, mungkin kita akan melihat Tomb Raider atau Deus Ex baru yang mind-blowing di masa depan. Hanya waktu yang akan menjawab.