Dark Mode Light Mode

Linus Torvalds Murka: Pengembang Kernel Bikin Dunia Lebih Buruk dengan Patch ‘Sampah’

Siapa bilang jadi kernel developer itu enak? Bisa jadi, momen krusial dalam hidup Linus Torvalds, sang mastermind di balik Linux, adalah ketika ia harus menyeimbangkan antara coding dan… pesta pernikahan keluarga. Bayangkan, sedang asyik bergelut dengan baris kode, tiba-tiba harus terbang lintas benua demi kondangan. Untungnya, beliau sudah memberi warning jauh-jauh hari.

Linux dan Drama Pull Request Terlambat: Ketika Kode Telat Jadi Masalah

Kisah bermula ketika Palmer Dabbelt, seorang software engineer dari Meta, dengan santainya mengirimkan serangkaian patches RISC-V. Masalahnya? “Ini sudah sangat terlambat,” begitu pengakuannya. Seolah bermain Russian Roulette, Dabbelt sepertinya lupa bahwa Torvalds sedang dalam mood “jangan macam-macam.”

Dan benar saja, amarah Torvalds meledak di Linux Kernel Mailing List (LKML). “Ini sampah dan datangnya terlambat! Aku minta pull request lebih awal karena aku sedang bepergian, dan jika kamu tidak bisa mengikuti aturan itu, setidaknya buatlah pull request yang bagus,” tulisnya dengan nada yang… yah, khas Torvalds.

Masalahnya bukan hanya soal keterlambatan. Torvalds juga meradang karena kode yang dia sebut “sampah” ditambahkan ke header files generik. Bayangkan, helper function yang seharusnya mempermudah hidup, malah membuat dunia menjadi tempat yang lebih buruk untuk ditinggali. Dramatic, memang, tapi begitulah adanya.

Kode Sampah dan Header Files Generik: Resep Bencana Linux?

Apa sebenarnya yang membuat Torvalds begitu geram? Salah satu poin pentingnya adalah cara “gila dan tidak berguna” helper function tersebut menggabungkan dua bilangan bulat 16-bit menjadi 32-bit. Menurutnya, kode seperti itu tidak hanya tidak berguna, tapi juga membuat kode lain menjadi lebih buruk.

Penambahan kode ke header files generik juga menjadi masalah besar. Perubahan generik semacam itu dapat berdampak negatif pada komunitas Linux yang lebih luas. Intinya, Torvalds ingin memastikan bahwa perubahan yang masuk ke kernel Linux memiliki kualitas yang tinggi dan tidak akan menyebabkan masalah bagi orang lain.

Kualitas kode adalah prioritas utama, apalagi jika menyangkut komponen inti Linux. Torvalds tidak akan mentolerir kode yang buruk atau yang ditambahkan ke tempat yang salah. Dia ingin menjaga stabilitas dan keandalan sistem operasi yang telah menjadi tulang punggung banyak sistem di dunia.

Torvalds menekankan, “Kamu baru saja membuat segalanya LEBIH BURUK, dan kamu menambahkan ‘helper’ itu ke file non-RISC-V generik di mana orang tampaknya seharusnya menggunakannya untuk membuat kode lain menjadi lebih buruk juga… Jadi tidak. Hal-hal seperti ini perlu ditekuk. Itu tidak masuk ke file header generik, dan itu pasti tidak terjadi terlambat di merge window. Kamu diperingatkan: tidak ada lagi pull request terlambat, dan tidak ada lagi sampah di luar tree RISC-V.”

Torvalds yang Lebih Lembut? Mitos atau Realita?

Mungkin Anda bertanya-tanya, apakah ini benar-benar Linus Torvalds yang dulu dikenal sering melontarkan kata-kata pedas? Jawabannya, ya, tapi dengan twist. Torvalds memang pernah dikenal karena komentarnya yang lebih “toksik.” Namun, pada tahun 2018, ia menyadari masalah ini dan mengambil jeda dari pekerjaan di kernel Linux untuk fokus pada perilakunya terhadap developer lain.

Setelah berhasil mengendalikan emosinya, Torvalds kembali memimpin pengembangan kernel Linux. Dia berjanji tidak akan “memberi jari tengah kepada perusahaan mana pun.” Bisa dibilang, dia sudah belajar dari kesalahannya. Jadi, anggap saja ini adalah versi upgrade dari Torvalds, yang tetap perfeksionis, tetapi dengan tone yang sedikit lebih kalem.

Namun, jangan salah paham. Standar tinggi dan disiplin untuk kontribusi kernel tetap berlaku. Perbaikan RISC-V apa pun harus menunggu rilis mendatang, asalkan pengiriman dilakukan lebih awal dan “tanpa sampah.” Artinya, meskipun lebih lembut, Torvalds tetaplah seorang gatekeeper yang tegas.

Pelajaran dari Drama Linux: Jangan Telat dan Jangan Sampah!

Dabbelt sendiri tampaknya sudah paham betul situasinya. Dia membalas, “OK, maaf. Saya sudah menjatuhkan bola akhir-akhir ini, dan itu agak menumpuk, mengambil banyak hal terlambat, tetapi itu hanya membuat saya membuat kesalahan. Jadi saya akan berhenti terlambat, dan semoga itu membantu dengan masalah kualitas.” Pengakuan yang jujur dan refleksi diri yang baik.

Intinya, kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, jangan pernah mengirimkan pull request terlambat, terutama jika leader project sedang sibuk. Kedua, pastikan kode yang Anda kirim berkualitas tinggi dan tidak mengandung “sampah.” Ketiga, pahami konteks dan aturan yang berlaku dalam komunitas open-source.

Sebagai penutup, ingatlah bahwa kontribusi ke kernel Linux adalah sebuah kehormatan, tetapi juga tanggung jawab besar. Ikuti aturan, jaga kualitas kode, dan jangan sampai membuat Linus Torvalds naik pitam. Kalau tidak, siap-siap saja jadi bahan perbincangan di LKML!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Mark Rosewater MTG Akui Universes Beyond Tak Disukai, Masa Depan Game Terancam

Next Post

Psikologi Ungkap: 8 Ciri Khas Orang yang Masih Tergila-gila Musik 80-an dan 90-an Ala VegOut