Siapa bilang musik metal nggak bisa bikin kamu semangat menjalani hidup? Steve "Lips" Kudlow, vokalis band metal legendaris asal Kanada, ANVIL, membuktikan sebaliknya. Kisah perjuangan mereka yang penuh liku-liku, terangkum dalam film dokumenter "Anvil! The Story of Anvil", ternyata bukan cuma jadi tontonan seru, tapi juga game changer dalam karier mereka. Penasaran gimana caranya? Yuk, simak selengkapnya!
Film dokumenter yang dirilis lebih dari satu dekade lalu itu, menurut Lips, punya dampak yang luar biasa bagi ANVIL. Dampaknya terasa bahkan sampai hampir 20 tahun kemudian. Ia mengaku bisa terus berkarya dan merilis album berkat film tersebut. Bahkan, ia bisa sepenuhnya hidup dari musik, meninggalkan pekerjaan lamanya di Choice Children's Catering. Siapa sangka, metal bisa semanis catering anak-anak?
Kisah ANVIL bukan cuma tentang musik metal. Lebih dari itu, ini adalah kisah tentang semangat pantang menyerah, persahabatan, dan mimpi. Hal inilah yang membuat film dokumenter mereka disukai oleh audiens yang lebih luas, bukan cuma penggemar metal. Lips memperkirakan film tersebut sudah ditonton oleh jutaan orang di seluruh dunia.
"Anvil! The Story of Anvil" sendiri mendapat banyak pujian dari kritikus film, dan masuk dalam daftar film dokumenter terbaik tahun 2009 versi berbagai asosiasi dan publikasi ternama. Film ini mengisahkan perjalanan ANVIL, band yang merilis album "Metal on Metal" di tahun 1982 dan mempengaruhi banyak band metal besar seperti METALLICA, SLAYER, dan ANTHRAX. Bedanya, ANVIL justru terjerumus ke dalam ketidakjelasan. Film ini mengikuti upaya terakhir mereka untuk meraih ketenaran dan kekayaan yang selama ini sulit didapatkan.
Lalu, apa yang membuat ANVIL tetap bertahan selama lebih dari setengah abad, meski seringkali merasa sakit hati dan kecewa? Lips mengakui bahwa ia seringkali merasa ingin menyerah. Namun, ia tidak tahu kenapa ia tetap bertahan. "Ini adalah apa yang aku cintai. Ini adalah siapa aku. Ini adalah bagaimana aku menjalani hidupku. Ini adalah apa yang membuat hidupku layak dijalani," ujarnya.
Bagi Lips, kesuksesan bukan diukur dari seberapa banyak album yang terjual atau seberapa besar panggung yang mereka mainkan. Kesuksesan adalah tentang menciptakan musik dan merekamnya. Kesuksesan adalah tentang tetap ada dan terus berkarya. "Ini tentang keberadaanku," tegasnya.
Ini adalah tentang tanggung jawab. Lips merasa bertanggung jawab atas kesuksesan dan kegagalan ANVIL. Jika mereka membuat album yang buruk, ya sudah, mereka akan membuat yang lebih baik di lain waktu. Bagi Lips, pekerjaan seorang musisi tidak pernah berhenti. Ini seperti bernapas dan jantung berdetak.
Tetap Nge-Metal Walau Dunia Berputar: Rahasia Panjang Umur ANVIL
Lips menekankan bahwa ia tidak punya pilihan selain terus berkarya. Ia mengarahkan hidupnya agar bisa melakukan apa yang ia cintai. Sayangnya, banyak orang tidak mau berkorban. Mereka lebih mengejar uang. Inilah kesalahan terbesar seorang seniman. Jika kamu berkarya hanya untuk mencari uang, lebih baik cari pekerjaan lain yang memang menghasilkan uang. "Mengapa memilih sesuatu yang begitu sulit menghasilkan uang?" tanyanya retoris.
Ia menambahkan bahwa seni itu kompetitif. Ada miliaran orang yang melukis, menggambar, atau bernyanyi. Jadi, jangan khawatirkan soal uang. Jangan berpikir untuk menulis lagu yang akan menghasilkan jutaan dolar. "Tidak, kamu tidak akan melakukannya. Dan bahkan jika kamu melakukannya, bagaimana kamu akan membuat orang mendengarkannya?"
Lalu, bagaimana dengan kemungkinan adanya sekuel dari film dokumenter "Anvil! The Story of Anvil"? Lips mengaku tidak yakin hal itu akan terwujud. Ia merasa sudah agak terlambat. Menurutnya, orang-orang yang tahu tentang film tersebut sudah tahu, dan sekarang film tersebut sudah tidak begitu populer lagi.
Namun, ia tidak menutup kemungkinan hal itu akan terjadi. Ia mengatakan bahwa sudah ada sekitar 40 menit rekaman yang bagus untuk sekuel tersebut. Masalahnya, sutradara film pertama, Sacha Gervasi, tidak ingin mengeluarkan uang sendiri lagi. Meskipun film tersebut sangat membantu kariernya, tapi ia tidak mendapatkan kembali semua uangnya.
Lips juga menambahkan bahwa subjek film dokumenter biasanya tidak dibayar. Ia tidak merasa berhak meminta bayaran, karena film tersebut sudah memberikan dampak yang sangat besar bagi kariernya. "Ini seperti kampanye iklan terbesar yang pernah ada," ujarnya.
Metal Bukan Sekadar Musik: Filosofi Hidup dari ANVIL
Lips percaya bahwa realita lebih menarik daripada fiksi. Orang bisa saja membuat film dokumenter, tapi itu tidak sama dengan merekam sesuatu secara real time. Film ANVIL menangkap momen-momen spontan yang tidak bisa dibuat-buat. "Kamu tidak bisa mengalahkan spontanitas," tegasnya.
Jadi, apakah akan ada sekuel atau tidak? Siapa yang tahu. Lips mengaku tidak tahu banyak tentang dunia bisnis film. Namun, ia yakin bahwa "Anvil! The Story of Anvil" sukses besar. Jadi, akan sangat menguntungkan jika ada pihak yang mau membiayai sekuelnya.
"Ini seperti, jika kalian kekurangan cerita di luar sana dan pendongeng dan penulis, ini adalah sesuatu yang alami, hidup, dan bernapas. Mengapa tidak melanjutkannya? Kamu punya audiens otomatis dari semua orang yang melihatnya pertama kali. Jadi, ia memiliki semua aspek positif yang mendukungnya. Tapi hanya soal siapa yang akan membuka dompet mereka," ujarnya sambil tertawa.
Berkarya Tanpa Batas: Pesan Inspiratif dari Steve "Lips" Kudlow
ANVIL sendiri telah merilis album studio ke-20 mereka yang berjudul "One And Only" pada Juni 2024 lalu. Ini membuktikan bahwa semangat mereka untuk berkarya tidak pernah padam. Mereka terus menghasilkan musik metal yang penuh energi dan dedikasi.
Pesan kunci dari kisah ANVIL adalah jangan pernah menyerah pada mimpi kamu. Teruslah berkarya, apa pun yang terjadi. Kesuksesan sejati bukan diukur dari materi, tapi dari passion dan dedikasi kamu terhadap apa yang kamu lakukan. Jadi, buat kamu para musisi, seniman, atau siapa pun yang sedang berjuang meraih mimpi, ingatlah pesan dari Steve "Lips" Kudlow: teruslah nge-metal, dan jangan biarkan dunia menghentikanmu!