Siapa sih yang nggak suka menjelajahi lorong-lorong gelap penuh kejutan? Dungeon crawler, genre yang satu ini memang punya daya tarik tersendiri. Tapi, jujur aja, kadang nemuin yang bener-bener bikin nagih itu susah-susah gampang. Nah, kali ini kita bakal ngobrolin Mado Monogatari: Fia and the Wondrous Academy. Katanya sih seru, tapi beneran seru apa cuma seru-seruan aja? Yuk, kita bedah satu-satu!
Mado Monogatari ini dimulai dengan komedi yang… well, agak maksa. Bayangin aja, upacara penerimaan murid baru di akademi sihir bergengsi, eh malah jadi ajang kekacauan gara-gara tingkah polah Fia dan Carbuncle peliharaannya. Ada yang tiba-tiba bisa nyemburin api karena makan makanan pedas, ada yang berusaha membunuh Carbuncle yang padahal nggak ngapa-ngapain, dan Fia sendiri sibuk panik kayak ayam kehilangan induk. Profesor-profesornya? Jangan ditanya, udah pasrah kayaknya.
Oke, gue akuin, gue bukan tipe orang yang anti komedi. Tapi, entah kenapa, gue nggak sreg sama karakter dan cerita di sepuluh jam pertama permainan. Untungnya, lama kelamaan, gue mulai bisa menerima keanehan mereka. Tapi tetep aja, butuh waktu lama banget buat gue bisa enjoy sama game ini.
Karakter utama kita adalah Fia, cewek biasa yang lagi nyari jati diri. Dia punya buku sihir peninggalan neneknya, yang katanya sih punya kekuatan tersembunyi. Selain Fia, ada juga Will, yang pengen jadi “pahlawan” dengan nama serangan yang aneh-aneh, Leena, penyihir jenius yang socially awkward, Totto, pedagang mata duitan, dan Eska, naga betina yang awalnya mau makan Fia, eh malah jadi stalker dan pengen dimakan balik sama Fia. Plot twist abis!
Akademi Sihir dan Segala Keruwetannya
Tujuan utama di game ini adalah meningkatkan peringkat mage dengan menyelesaikan pelajaran, menjelajahi dungeon, dan menyelesaikan misi. Gameplay loop-nya kurang lebih gini: ngobrol sama guru, ikut “pelajaran” (biasanya tutorial), upgrade buku sihir, terus masuk dungeon. Dungeon-nya sih standar banget, tapi untungnya nggak terlalu lama di tiap lantai, kecuali kalau kamu tipe completionist yang harus menjelajahi setiap sudut, ngumpulin semua resource, dan ngalahin semua musuh.
Tapi, hati-hati, jangan terlalu semangat pas buka dungeon kedua. Kamu bisa kehabisan Vitality, semacam energi yang berkurang setiap kali kamu membersihkan lantai atau menghancurkan objek di dungeon. Kalau Vitality nol, kamu bakal kehilangan HP sampai pingsan atau makan kari. Kari? Iya, kari.
Fitur yang Seolah “Ditempel” Begitu Saja
Ngomong-ngomong soal kari, ada banyak mechanic di game ini yang rasanya kayak “ditempel” begitu aja. Kamu bisa mancing, masak, bertani, memupuk pohon, dan mensintesis item. Tapi, buat ngelakuin itu semua, kamu harus buka node tertentu di buku sihir kamu. Beberapa level pertama sih wajib, tapi selanjutnya opsional. Masalahnya, semua mechanic itu, kecuali sintesis item, rasanya nggak nyambung sama gameplay. Kamu nggak perlu bertani, memupuk pohon, atau masak kari. Drop item atau item yang dijual di toko udah lebih dari cukup. Kari sih lumayan berguna karena punya efek yang beda-beda. Tapi, yang lain? Setelah gue selesai tutorialnya, gue langsung lupa mereka ada.
Bertarung Melawan Kebosanan di Dungeon
Pertarungan di Fia and the Wondrous Academy ini real-time. Setiap karakter punya posisi di meter, dan posisinya bakal maju terus kecuali kamu pause game atau pakai serangan biasa. Karakter harus mengarahkan spell dan serangan mereka setelah ikon mereka “menyelesaikan” meter. Ada fitur auto-lock, tapi malah bikin susah predict pergerakan musuh, jadi gue matiin aja. Nggak ada dodge atau parry (syukurlah), tapi game ini lebih fokus ke buff dan debuff spell buat mengurangi atau meningkatkan damage.
Great Magic: Jurus Pamungkas yang Bikin Nagih?
Inti dari pertarungan di game ini adalah customizing karakter kamu dengan berbagai elemental spell buat memanfaatkan Great Magic mechanic. Setiap kali kamu berhasil menggunakan elemental spell, kamu bakal menghasilkan Great Magic mark. Kalau kamu ngumpulin mark yang tepat, kamu bisa menggunakan Great Magic, semacam serangan nuke yang nggak bisa dihindari dan ngasih damage elemen ke semua musuh. Beberapa ability juga butuh mark kombinasi, yang bisa dihasilkan dengan menggunakan magic spell tingkat tinggi atau menggabungkan dua spell. Sistemnya lumayan oke, dan bikin pertarungan jadi lebih menarik. Tapi, sebagian besar encounter biasa cuma jadi ajang spam tombol kotak sampai musuhnya mati.
Musuh yang Itu-Itu Mulu: Bikin Otak Jadi Numb
Kamu mungkin sadar kalau bagian combat di review ini agak pendek. Soalnya, ya emang nggak terlalu dalam. Kamu bisa assign elemental spell, buff, dan debuff ke party kamu sesuka hati. Tapi, setelah sepuluh jam nembakin Puyo pakai panah, gue mulai ngerasa otak gue jadi numb. Ada banyak jenis musuh selain Puyo, sih. Tapi, tetep aja, kayaknya gue ngelawan mereka terlalu lama, sampai-sampai gue ngerasa kayak lagi ngelawan musuh tutorial. Nggak enak banget rasanya ngelawan musuh yang sama selama 15 jam lebih di dungeon crawler yang repetitif.
Apakah Mado Monogatari Layak Dimainkan?
Secara keseluruhan, game ini lumayan lah buat ngisi waktu. Tapi, tone komedinya bikin gue pusing, dan aspek dungeon crawling-nya nggak terlalu menarik buat bikin gue bolak-balik dari dungeon ke sekolah. Dengan harga sekitar 500 ribuan, gue ngerasa game ini agak kemahalan. Mending tunggu diskon aja deh. Tapi, kalau kamu die-hard fan dungeon crawler atau komedi slapstick ala anime, mungkin kamu bakal tetep enjoy sama game ini.
Tunggu Diskon, Baru Gas!
Jadi, kesimpulannya? Mado Monogatari: Fia and the Wondrous Academy ini punya potensi, tapi sayang, nggak digarap maksimal. Komedinya mungkin nggak cocok buat semua orang, dan gameplay-nya agak repetitif. Kalau kamu penasaran, mending tunggu diskon aja deh. Siapa tahu pas lagi murah, game ini jadi lebih worth it buat dimainkan. Tapi inget, jangan berekspektasi terlalu tinggi, ya!