Dark Mode Light Mode

Mantan Pengembang Bungie Ungkap Budaya Studio Kacau dan Ambisi Monetisasi

Dunia gaming memang penuh kejutan. Dari easter egg tersembunyi hingga plot twist yang bikin tercengang, ada saja drama seru. Tapi, kali ini bukan soal gameplay, melainkan intrik di balik layar salah satu studio game ternama: Bungie. Siap menyimak?

Bungie: Antara Prestasi dan Kontroversi

Bungie, studio di balik Destiny 2 dan Marathon, tengah menjadi sorotan bukan karena update terbaru atau ekspansi yang memukau, melainkan karena isu internal yang cukup bikin geleng-geleng kepala. Kabarnya, suasana kerja di studio ini sedang tidak baik-baik saja. Kita semua tahu, kan, bikin game itu bukan sekadar duduk manis lalu mengetik kode. Butuh kolaborasi, kreativitas, dan yang paling penting, lingkungan kerja yang sehat.

Rumor yang beredar menyebutkan adanya "klub anak keren" di jajaran kepemimpinan Bungie. Gimana, tuh? Jadi, kalau ada developer yang berani berbeda pendapat atau punya ide yang dianggap "kurang keren" oleh para petinggi, mereka konon akan masuk daftar hitam, dikritik di depan umum, dan idenya diabaikan mentah-mentah. Duh, nggak asyik banget, ya? Ini bisa jadi indikasi masalah budaya perusahaan yang kurang inklusif.

Salah seorang mantan developer bahkan mengatakan bahwa kreativitas di studio itu "dibungkam sampai ke akar-akarnya." Ada juga yang mengungkapkan bahwa jika ide tersebut bukan berasal dari pimpinan, maka dianggap tidak berharga. Ironisnya, ide-ide dari para petinggi pun tak jarang kandas di tengah jalan. Ini bisa jadi masalah dalam proses pengambilan keputusan yang kurang efektif.

Salah satu ide yang sempat muncul adalah menambahkan sistem subscription ke Destiny 2. Bayangkan, sudah beli game, masih harus bayar bulanan. Untungnya, ide ini ditolak mentah-mentah. Selain itu, ada juga upaya untuk memblokir armor glow pada Trials of Osiris karena dianggap "terlalu menarik" dan bisa mengalihkan perhatian dari penjualan skin di cash shop. What? Alasan yang cukup absurd, bukan?

Meskipun ide-ide tersebut ditolak, para developer malah mendapatkan "omel-omelan monetisasi" yang cukup keras. Seolah-olah, monetisasi Destiny 2 lebih diprioritaskan daripada pengalaman bermain game bagi para player. Ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar tentang prioritas perusahaan dan nilai-nilai yang dianut.

Berbagai tuduhan lain juga muncul, termasuk dugaan upaya menutup-nutupi sesuatu oleh mantan anggota HR Bungie demi mendapatkan kompensasi jutaan dolar setelah akuisisi oleh Sony. Ada juga cerita tentang para petinggi yang mendapatkan penthouse mewah sebagai "tempat istirahat" yang konon dibiayai oleh Bungie. Hm, menarik.

Selain itu, ada pergeseran internal dalam penyebutan game. Dulu, game adalah karya seni, sekarang jadi "produk." Dulu, player adalah komunitas, sekarang jadi "pelanggan." Perubahan terminologi ini mungkin terdengar sepele, tapi bisa jadi mencerminkan pergeseran fokus perusahaan dari kualitas dan komunitas ke keuntungan semata.

Nasib Marathon: Proyek "Buangan" Para Petinggi?

Bagaimana dengan Marathon, game terbaru Bungie? Kabarnya, para petinggi yang dianggap "bermasalah" dipindahkan ke proyek ini. Selain itu, banyak developer yang kurang berpengalaman ditempatkan di tim Marathon. Tak heran jika proyek ini mengalami berbagai masalah dan kendala. Ini bisa jadi pertanda bahwa manajemen proyek di Bungie sedang kurang optimal.

Beberapa developer juga memberikan pendapat tentang kepemimpinan secara umum dan secara spesifik. Mantan director Destiny 2, Joe Blackburn, kabarnya cukup disukai oleh para karyawan. Ada juga yang berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi Bungie untuk maju adalah dengan sepenuhnya diintegrasikan ke dalam Sony. Namun, sebagian besar berpendapat bahwa "segala sesuatu yang terjadi di Bungie adalah karena keserakahan." Wow, pernyataan yang cukup pedas!

Apakah Game = Produk? Pergeseran Paradigma di Bungie

Perubahan cara Bungie memandang game, dari karya seni menjadi produk, menandakan pergeseran prioritas yang cukup signifikan. Dulu, semangat gamer adalah segalanya. Sekarang, profit seolah menjadi tujuan utama. Ini bisa jadi dampak dari tekanan investor dan ekspektasi keuntungan yang semakin tinggi.

Masa Depan Bungie: Antara Harapan dan Kekhawatiran

Lalu, bagaimana masa depan Bungie? Dengan segala kontroversi yang ada, tentu banyak yang merasa khawatir. Namun, di sisi lain, masih ada harapan bahwa Bungie bisa kembali ke jalur yang benar. Dengan evaluasi menyeluruh dan perubahan budaya perusahaan yang positif, bukan tidak mungkin Bungie akan kembali menjadi studio game yang dihormati dan dicintai.

Intinya, kisah Bungie ini menjadi pengingat bahwa di balik game yang kita nikmati, ada kerja keras, keringat, dan kadang-kadang, air mata. Penting bagi kita untuk menghargai para developer dan menuntut lingkungan kerja yang sehat dan suportif. Karena game yang hebat lahir dari tim yang hebat!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Jaksa Jakarta Tahan Eks Pejabat Kominfo, Implikasi Korupsi Pusat Data Terungkap

Next Post

DJI Terus Berinovasi: Bocoran Mini 5 Pro, Avata 3, dan Neo 2 Terungkap