Dark Mode Light Mode

Mantan Vokalis FEAR FACTORY Burton C Bell Ingin Terus Berkarya: ‘Saya Belum Usang’

Siapa bilang metalheads itu cuma bisa teriak dan headbang? Mantan vokalis Fear Factory, Burton C. Bell, membuktikan bahwa kreativitas tidak mengenal usia atau batasan genre. Setelah cabut dari band yang membesarkan namanya, Bell kini mantap bersolo karier, dan trust me, ini bukan sekadar proyek iseng pensiunan rocker.

Kiprah Bell dalam dunia musik metal memang tak perlu diragukan lagi. Dari Fear Factory hingga kolaborasinya dengan legenda seperti Geezer Butler (Black Sabbath) dan Al Jourgensen (Ministry), ia telah menorehkan sejarah. Lagu-lagu seperti "Replica," "Linchpin," dan "Edgecrusher" telah menjadi himne bagi para penggemar metal di seluruh dunia. Kepergiannya dari Fear Factory pada tahun 2020 sempat membuat banyak orang bertanya-tanya, tapi kini semuanya terjawab: solo kariernya adalah bukti bahwa api kreativitasnya masih membara.

Dari Tribute Rammstein ke Album Solo: Perjalanan Musik Burton C. Bell

Perjalanan solo Bell dimulai dari sesuatu yang cukup unik: sebuah tribute album untuk Rammstein. Dari sanalah ia bertemu dengan Alex Crescioni, produser yang kemudian menggarap single solo pertamanya, "Anti-Droid." Proses ini bagaikan menemukan korek api yang menyulut kembali semangat bermusiknya. Kolaborasi ini kemudian berkembang, dan Bell kini bekerja dengan band solid yang membantunya mewujudkan visi musiknya.

"Bekerja sendiri sekarang, aku bisa berkolaborasi dengan berbagai produser kapan saja," ujar Bell dalam sebuah wawancara. Ia menambahkan bahwa pertemuan dengan Alex Crescioni saat merekam cover "Du Hast" menjadi titik balik. Crescioni menawarkan sebuah lagu, dan Bell langsung merasa terpanggil untuk mengerjakannya. Hasilnya? "Anti-Droid," sebuah lagu yang menjadi gerbang menuju babak baru dalam karier musiknya.

Mantra Musik: Heavy, Groovy, Dark, dan Moody

Bell punya mantra sendiri untuk musiknya: heavy, groovy, dark, dan moody. Mantra ini menjadi landasan dalam setiap karyanya, termasuk single terbarunya, "Savages." Lagu ini ditulis bersama band solonya, dan menurut Bell, lagu ini merangkum semua elemen yang ia sukai dalam musik. Kita bisa merasakan pengaruh band-band favoritnya, namun tetap dengan sentuhan khas Burton C. Bell.

Single "Savages" dan lagu-lagu mendatang seperti "Cold Lazarus" digadang-gadang akan memberikan pengalaman familiar namun tetap segar bagi para pendengar. Bell ingin menciptakan sesuatu yang baru untuk dirinya sendiri, dan ia yakin bahwa penggemarnya akan merasakan energi yang sama. Proses kreatifnya sekarang adalah amalgamasi dari semua yang pernah ia lakukan, sebuah perpaduan yang menghasilkan sesuatu yang unik dan menggugah.

EP Menuju Album Penuh: Rencana Masa Depan Burton C. Bell

Lalu, apa rencana Bell ke depan? Ia berencana untuk merilis sebuah EP dalam waktu dekat, disusul dengan album penuh. Namun, yang terpenting baginya adalah terus berkarya dan merilis musik secara konsisten. Ia ingin menunjukkan kepada para penggemarnya bahwa ia masih hidup, masih berkarya, dan masih relevan. Dalam dunia musik yang serba cepat ini, konsistensi adalah kunci.

Burton C. Bell: Lebih dari Sekadar Vokalis Metal

Burton C. Bell bukan hanya sekadar vokalis metal. Ia adalah seorang storyteller, seorang seniman yang menuangkan pengalaman dan visinya ke dalam musik. Ia adalah bukti bahwa evolusi adalah kunci untuk tetap relevan dalam industri musik yang terus berubah. Dengan mantra "heavy, groovy, dark, dan moody," ia menciptakan musik yang menggugah, menghibur, dan tentunya, heavy.

Heavy, Groovy, Dark: Eksplorasi Musik Baru yang Bikin Penasaran

Bell memberikan sedikit bocoran tentang musik barunya. Salah satu lagu yang sedang digarap memiliki vibe ala Black Sabbath dan Type O Negative. Bayangkan perpaduan antara kegelapan Sabbath dan melankolisnya Type O – di tangan Bell, ini bisa menjadi sesuatu yang sangat menarik. Ia ingin terus bereksplorasi dan menciptakan musik yang sesuai dengan visi artistiknya.

Australia dan Selanjutnya: Tur dan Rekaman Musik Tanpa Henti

Setelah menyelesaikan tur solonya di Australia, Bell berencana untuk kembali ke studio dan terus merekam musik baru. Ia merasa sangat bersemangat dengan masa depannya dan ingin terus berkarya secara kreatif. Baginya, menjadi seorang seniman berarti terus berekspresi melalui berbagai media, baik itu musik, fotografi, atau seni lainnya.

Tetap Berkarya, Tetap Relevan: Resep Panjang Umur di Dunia Musik

Bell menyadari bahwa sebagai seorang seniman, kegagalan adalah bagian dari proses. Namun, ia tidak membiarkan kegagalan mendikte hidupnya. Ia belajar dari kesalahan dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik. Semangat inilah yang membuatnya tetap relevan setelah lebih dari tiga dekade berkecimpung di dunia musik. Learning by doing, kata anak muda zaman sekarang.

Solo Karier: Babak Baru yang Menantang dan Membanggakan

Memulai solo karier memang menakutkan, namun Bell merasa ini adalah langkah yang tepat untuknya. Ia mengikuti kata hatinya dan menciptakan musik yang benar-benar ia inginkan. Hasilnya adalah karya-karya yang jujur, otentik, dan mencerminkan dirinya sebagai seorang seniman. Keputusan ini mungkin terlihat berisiko, tapi terkadang, risiko adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan yang sejati.

Melihat perjalanan Burton C. Bell, kita bisa belajar bahwa kreativitas tidak mengenal batasan. Usia, genre, atau bahkan kegagalan bukanlah penghalang untuk terus berkarya dan mengejar passion. Yang terpenting adalah tetap setia pada diri sendiri dan terus bereksplorasi. Dan bagi para penggemar metal, ini adalah kabar baik: Burton C. Bell belum selesai. Ia baru saja memulai babak baru yang menjanjikan. Ia akan terus "dropping nuggets here and there for the fans," menunjukkan bahwa ia masih hidup, masih berkarya, dan belum obsolete.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Warner Bros Games Restrukturisasi: Prioritaskan GOT, Harry Potter, Mortal Kombat, dan DC

Next Post

Prabowo Restui Aceh Kuasai Pulau Sengketa: Potensi Konflik Nasional