Dark Mode Light Mode

MARK MORTON LAMB OF GOD Tentang Memoirnya: Tak Ada yang Membuatku Malu

Siap-siap, metalheads dan para pencinta kisah inspiratif! Salah satu gitaris dari band legendaris Lamb of God, Mark Morton, baru saja merilis memoarnya yang berjudul "Desolation: A Heavy Metal Memoir." Bukan sekadar catatan perjalanan karir, buku ini ternyata menyimpan banyak sekali kejutan dan pelajaran hidup yang mungkin bisa mengubah pandanganmu tentang musik metal dan kehidupan itu sendiri. Trust me, this isn't just another rock biography.

Membuka Tirai Kehidupan: Lebih dari Sekadar Gitar Riffs

Memoar ini, hasil kolaborasi Morton dengan Ben Opipari, menyelami lebih dalam kehidupan Mark, dari gemerlap panggung hingga jurang kelam adiksi dan proses pemulihannya. Morton mengungkapkan bahwa keputusan untuk menulis buku ini bukanlah hal yang mudah. Namun, begitu ia memutuskan untuk melakukannya, ia tak menoleh ke belakang. Baginya, tak ada rasa malu atau canggung untuk menceritakan kisah hidupnya, baik suka maupun duka.

Mark berharap, melalui "Desolation," pembaca dapat menemukan sesuatu yang relevan dengan kehidupan mereka, atau sekadar merasakan semangat yang tersirat di dalamnya. Atau, ya sudah, it's cool too. Karena pada akhirnya, ini adalah kisahnya, apa adanya. No sugarcoating, no filters.

Therapy atau Tidak? Perjalanan Menemukan Makna

Saat ditanya tentang hal paling mengejutkan yang ia temukan tentang dirinya sendiri selama proses penulisan, Mark mengaku awalnya berharap buku ini akan menjadi semacam terapi atau proses penemuan diri. Namun, ternyata tidak sepenuhnya demikian. Ia justru merasa lega dan bersyukur telah melewati semua masa sulit yang diceritakan dalam buku tersebut.

Meskipun hidupnya dipenuhi dengan pengalaman-pengalaman seru dan lucu, ada juga tragedi dan trauma yang membekas. Kemampuan Mark untuk merefleksikan semua itu dari posisinya saat ini memberinya rasa harapan. Ia berharap, inilah yang bisa diambil pembaca dari "Desolation": selalu ada harapan dan kesempatan untuk menjadi lebih baik.

Mengungkap Luka: Batas Antara Kejujuran dan Sensasionalisme

Menyeimbangkan antara berbagi tragedi pribadi dan menjaga privasi adalah tantangan tersendiri. Mark menyadari bahwa ada banyak cara untuk menceritakan kisah-kisah personal yang sangat sensitif. Ia bisa saja memilih pendekatan yang mengejutkan atau justru lebih tertutup.

Sebagai penulis pemula (Mark mengaku jarang membaca buku, kecuali memoar musisi rock!), ia harus belajar bagaimana menavigasi hal ini. Kuncinya, menurut Mark, adalah genuine, jujur, dan mencoba menceritakan kisah-kisah tersebut dengan rasa hormat. Hormat terhadap pengalaman yang ia alami, serta hormat terhadap orang-orang yang mungkin pernah mengalami hal serupa.

Bab Terberat: Mengenang Sang Putri

Mark mengungkapkan bahwa bab yang paling sulit untuk ditulis adalah tentang kepergian putrinya, Madalyn Grace Morton, yang meninggal dunia sehari setelah kelahirannya pada tahun 2009. Ia telah menulis tentang kehilangan ini dalam lagu "Embers" dan sebuah esai.

Kesulitan ini bukan karena ia menemukan fakta baru, melainkan karena ia berjuang untuk menghormati momen tersebut dan merangkainya dengan kata-kata yang tepat. Mark ingin menghindari komodifikasi tragedi ini. Ia tidak ingin bukunya hanya tentang hal itu, tetapi ia juga tidak bisa menceritakan kisahnya tanpa menyinggungnya. Finding the balance adalah kuncinya, agar ia bisa menghormati kenangan sang putri tanpa mengeksploitasinya.

Kilasan Balik Masa Lalu: Kegilaan dan Kekacauan BURN THE PRIEST

Di sisi lain, bab yang paling menyenangkan untuk ditulis adalah tentang masa-masa awal band Lamb of God, ketika mereka masih bernama BURN THE PRIEST. Mark sangat menikmati mengenang semua kegilaan dan kekacauan yang mereka alami.

Ia bahkan menghubungi teman-teman lama dan penggemar untuk memastikan ingatannya akurat. Ada seorang penggemar yang menghubunginya melalui media sosial dan mengklaim pernah menghadiri beberapa pertunjukan awal mereka. Mark menelponnya dan membandingkan ingatannya dengan ingatan penggemar tersebut. Pretty cool, kan?

Desolation: Lebih dari Sekadar Kisah Metal

"Desolation" bukan hanya tentang musik metal, melainkan tentang pencarian jati diri, penerimaan diri, dan perjuangan melawan adiksi. Buku ini menunjukkan bagaimana tekanan kesuksesan karir dan masalah pribadi dapat berbenturan dengan dedikasi terhadap proses kreatif. Di tengah keputusasaan, Mark menemukan harapan, koneksi personal, dan makna hidup melalui interaksi dengan penggemar.

Dari Ketakutan Menjadi Gratitude: Sebuah Kebangkitan Spiritual

Melalui pasang surut kehidupan, Mark belajar bagaimana menemukan kehadiran dan gratitude di tempat yang dulu hanya ada ketakutan dan kebencian. Proses ini ia anggap sebagai a gift of spiritual awakening. "Desolation" adalah perjalanan seorang musisi dalam mengatasi keraguan diri, kecemasan, dan penyakit adiksi, dan pada akhirnya menemukan ketenangan.

Pesan untuk Para Metalheads dan Pencari Jati Diri

Buku ini sangat cocok untuk penggemar Lamb of God, baik yang lama maupun yang baru, serta siapa pun yang pernah diuji dan didorong hingga batasnya. "Desolation" adalah investigasi full-throttle tentang pengalaman manusia.

Mark berharap, dengan berbagi pengalamannya, ia dapat menciptakan titik koneksi dan kesamaan dengan pembaca. Ada banyak kisah seru dan beberapa kisah sedih di dalamnya. Ia bersyukur memiliki kesempatan untuk berbagi semuanya.

Legacy di Balik Riffs: Lebih dari Sekadar Gitaris Metal

Mark Morton bukan hanya seorang gitaris metal yang hebat. Ia adalah seorang penulis, seorang ayah, seorang survivor. "Desolation" adalah bukti bahwa di balik setiap riff metal yang keras, ada kisah manusia yang kompleks dan inspiratif.

Jangan Hakimi Buku dari Sampulnya (Atau Judulnya): Ini Lebih dari Sekadar Memoar Metal

Mungkin kamu berpikir, "Ah, memoar musisi metal, palingan isinya sex, drugs, and rock ‘n' roll." Well, yes and no. "Desolation" memang mengandung unsur-unsur tersebut, tapi lebih dari itu, buku ini adalah tentang redemption, harapan, dan kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan.

Penutup: Temukan Inspirasi dalam Kegelapan

Jadi, tunggu apa lagi? Segera dapatkan "Desolation: A Heavy Metal Memoir" dan bersiaplah untuk terinspirasi. Siapa tahu, kamu akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu sendiri di dalamnya. Rock on, and stay strong! Intinya, hidup itu kadang memang desolate, tapi selalu ada celah untuk menemukan harapan dan kebahagiaan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Odyssey OLED G6 – Samsung Newsroom Malaysia: Masa Depan Gaming di Indonesia

Next Post

Implikasi Mengirim Oleh-Oleh Haji ke Indonesia