Dark Mode Light Mode

Marvel vs Capcom Dulu adalah Waralaba Game Klasik

Siapa sih yang nggak kenal Marvel vs. Capcom? Dulu, anak warnet mana yang nggak rebutan main game ini? Pertarungan epik antara superhero Marvel dan karakter-karakter ikonik Capcom ini memang bikin nagih. Tapi, setelah sekian lama, nasib franchise ini kok kayak roller coaster ya? Kadang naik, kadang…ya, gitu deh. Mari kita ulas lebih dalam, sambil nostalgia dikit, oke?

Kejayaan dan Keruntuhan: Kisah Cinta dan Benci Marvel vs. Capcom

Genre fighting game memang dikenal punya tingkat kesulitan yang lumayan bikin mikir. Nah, Marvel vs. Capcom ini hadir sebagai angin segar, menggabungkan karakter-karakter populer yang udah kita kenal dengan gameplay yang seru. Formula ini ternyata ampuh banget buat narik perhatian banyak orang, bahkan yang tadinya nggak terlalu suka fighting game. Bayangin aja, bisa ngeliat Spider-Man gebukin Ryu! Siapa yang nggak tertarik, coba?

Perjalanan Marvel vs. Capcom dimulai dengan X-Men: Children of the Atom di tahun 1994. Game ini jadi pondasi kuat buat seri Marvel vs. Capcom yang kita kenal sekarang. Walaupun belum tag team, tapi mekanik-mekanik di game ini udah nunjukkin potensi kolaborasi antara Marvel dan Capcom. Bisa dibilang, ini adalah "percobaan" yang sukses besar.

Kemudian, muncul Marvel Super Heroes vs. Street Fighter yang memperkenalkan sistem tag team yang makin memantapkan identitas seri ini. Pemain bisa gonta-ganti karakter di tengah pertarungan, bikin kombinasinya makin seru dan nggak ketebak. Dan puncaknya, tentu saja, Marvel vs. Capcom 2: New Age of Heroes yang rilis tahun 2000. Game ini dianggap sebagai mahakarya, dengan roster karakter yang bejibun dan gameplay yang adiktif.

Marvel vs. Capcom 2 memperkenalkan pertarungan 3v3, dengan grafis 2.5D yang unik dan art style kartun yang menarik. Sayangnya, keseimbangan karakter di game ini amburadul banget. Ada beberapa karakter yang overpowered, dan bug yang nggak pernah diperbaiki, bikin pengalaman bermain jadi kurang optimal, terutama di ranah kompetitif. Tapi, tetep aja, game ini dicintai banyak orang.

Setelah itu, Marvel vs. Capcom 3: Fate of Two Worlds hadir dengan upgrade grafis yang signifikan dan beberapa karakter baru yang keren, termasuk Vergil dari Devil May Cry dan Phoenix Wright dari Ace Attorney. Game ini juga menghasilkan momen-momen epik di dunia kompetitif, dan dikenang sebagai salah satu game fighting terbaik sepanjang masa. Tapi, semua kesenangan ini harus berakhir…

Marvel vs. Capcom Infinite: Akhir dari Segalanya?

Sayangnya, nggak semua game Marvel vs. Capcom disukai fans. Marvel vs. Capcom Infinite, yang rilis tahun 2017, jadi titik balik yang menyedihkan. Ekspektasi tinggi, tapi hasilnya…ya, mengecewakan. Kritikus dan pemain sama-sama punya banyak keluhan tentang game ini. Apa aja sih masalahnya?

Pertama, Marvel vs. Capcom Infinite balik lagi ke pertarungan 2v2, yang dianggap sebagai kemunduran setelah bertahun-tahun menikmati pertarungan 3v3 yang lebih kompleks. Ini bikin pemain kecewa karena menghilangkan aspek skill expression yang penting dalam game fighting. Padahal, banyak pemain pro yang jago banget bikin kombo 3 karakter yang mematikan.

Kedua, roster karakter di game ini jauh lebih sedikit dari Marvel vs. Capcom 3. Karakter-karakter populer seperti Vergil dan Phoenix Wright nggak ada, bikin pemain makin kecewa. Desain karakter juga jadi sorotan, karena dianggap kurang menarik dan terkesan "murahan". Kesannya kayak Capcom kurang niat bikin game ini.

Ketiga, dan ini yang paling parah, Marvel vs. Capcom Infinite kalah saing dengan Dragon Ball FighterZ yang rilis nggak lama setelahnya. Dragon Ball FighterZ punya grafis anime yang memukau, gameplay yang flashy, dan basis penggemar yang besar. Alhasil, Marvel vs. Capcom Infinite ketutupan, dan nggak bisa bersinar. It's over.

Sejak saat itu, franchise Marvel vs. Capcom jadi mati suri. Nggak ada lagi game baru yang dirilis, kecuali koleksi game-game lawas. Banyak fans yang khawatir kalau seri ini nggak akan pernah bangkit lagi. Apalagi, dengan munculnya game fighting superhero baru dari developer lain, harapan untuk melihat Marvel vs. Capcom berjaya lagi kayaknya makin tipis.

Apakah Superhero Fighting Game Lain Akan Mengguncang Genre Fighting?

Selama ini, Marvel cuma kerja sama dengan Capcom buat bikin game fighting. Tapi, setelah kegagalan Marvel vs. Capcom Infinite, Marvel kayaknya mulai buka mata dan ngelirik developer lain. Dan ternyata, ada satu developer yang lagi naik daun banget: Arc System Works.

Arc System Works sukses besar dengan Dragon Ball FighterZ, dan Marvel ngeliat potensi mereka buat bikin game fighting Marvel yang keren. Hasilnya, di acara Sony State of Play bulan Juni lalu, Arc System Works ngumumin game baru mereka: Marvel Tokon: Fighting Souls. Ini adalah game tag team 4v4 yang menampilkan banyak banget karakter Marvel. Grafisnya juga keren abis, mirip kayak Guilty Gear: Strive.

Marvel Tokon: Fighting Souls dijadwalkan rilis tahun 2026, dan banyak fans yang udah nggak sabar pengen nyobain. Dengan gameplay yang inovatif dan grafis yang memukau, game ini berpotensi buat jadi game fighting superhero terbaik sepanjang masa. Ini sekaligus jadi sinyal kuat kalau era Marvel vs. Capcom mungkin udah bener-bener berakhir.

Selamat Tinggal, Marvel vs. Capcom?

Marvel vs. Capcom dulu adalah salah satu franchise fighting game yang paling penting dan berpengaruh. Tapi, kegagalan belakangan ini nunjukkin kalau Marvel mungkin harus nyari partner lain buat bikin game fighting. Dengan munculnya game superhero fighting baru yang lebih menjanjikan, mungkin udah waktunya buat kita semua nerima kenyataan kalau Marvel vs. Capcom nggak akan pernah bisa balik ke masa kejayaannya lagi. So long, partner.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Bono "Siap Hadapi Masa Depan" bersama U2, Band Punya "25 Lagu Hebat" untuk Album Baru

Next Post

Indonesia Setop Impor Jagung Guna Pacu Produksi Lokal