Siap-siap! Kita akan membahas topik yang mungkin terdengar membosankan, tapi sebenarnya super penting: ekonomi perawatan (care economy) di era digital. Bayangkan, dunia di mana merawat anak, orang tua, atau bahkan rumah tangga bisa semudah memesan kopi online. Menarik, kan?
Ekonomi Perawatan Digital: Peluang Emas di Era Modern
Ekonomi perawatan, yang mencakup layanan berbayar dan tidak berbayar terkait perawatan anak, lansia, dan pekerjaan rumah tangga, adalah fondasi pertumbuhan ekonomi inklusif dan kesetaraan gender. Ironisnya, pekerjaan ini seringkali diremehkan, padahal wanita memikul beban terbesarnya. Studi menunjukkan bahwa wanita melakukan pekerjaan perawatan tidak berbayar hampir tiga kali lipat lebih banyak daripada pria. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka ini bisa jadi lebih tinggi.
Pandemi COVID-19 menjadi wake-up call bagi kita semua. Tiba-tiba, semua orang menyadari betapa pentingnya pekerjaan perawatan ini. Untungnya, digitalisasi menawarkan solusi untuk meningkatkan akses dan efisiensi layanan perawatan. Kita bicara tentang aplikasi, platform online, perangkat lunak manajemen perawatan, dan pemantauan jarak jauh.
Digitalisasi ekonomi perawatan punya potensi besar mengatasi kesenjangan akses perawatan yang kritis, yang selama ini memicu ketergantungan berlebihan pada perawatan tidak berbayar. Ini juga berarti memberikan lebih banyak kesempatan bagi wanita untuk berkarier dan berkembang. UN Women bahkan menemukan bahwa perusahaan perawatan digital di Asia Tenggara meningkatkan fleksibilitas, otonomi, pendapatan, dan kesempatan belajar bagi pekerja wanita.
Namun, ada dua aspek penting yang perlu diperhatikan: model layanan perawatan digital yang berkembang, termasuk gig work, dan peran kesenjangan gender digital dalam perkembangannya. Kita akan menyelami keduanya.
Model Layanan Perawatan Digital: Lebih dari Sekadar Aplikasi
Ekonomi perawatan digital mendobrak model perawatan konvensional dengan mengintegrasikan teknologi. Bayangkan, Anda bisa memesan babysitter terlatih on-demand lewat aplikasi seperti Kiddocare di Malaysia, atau mendapatkan layanan perawatan lansia melalui platform seperti LoveCare di Indonesia. Ini semua berkat inovasi digital.
Di kota-kota besar Indonesia, platform online yang menawarkan layanan perawatan anak (seperti penitipan anak online) dan lansia semakin menjamur. Mereka menawarkan berbagai layanan, mulai dari babysitter on-demand hingga pendampingan lansia, bahkan menyediakan kegiatan online untuk mengatasi isolasi sosial.
Perkembangan pesat ini mengintegrasikan pekerjaan perawatan dengan gig work dan platform quick commerce. Contohnya, Urban Company, salah satu platform gig economy terbesar di India, menawarkan layanan "Insta Help" yang menyediakan layanan rumah tangga instan seperti memasak dan membersihkan rumah. Snabbit bahkan menawarkan layanan serupa dalam 10 menit saja! Wow, kecepatan kilat!
Meskipun digitalisasi dan platformisasi pekerjaan perawatan berpotensi meningkatkan pendapatan dan otonomi bagi pekerja wanita, kita tidak boleh menutup mata terhadap tantangan yang ada. Masalah seperti kompensasi yang adil, keamanan kerja, kekuatan tawar-menawar, dan diskriminasi algoritmik masih menjadi isu penting.
Kesenjangan Gender Digital: Rintangan Tersembunyi
Tema Hari Telekomunikasi dan Masyarakat Informasi Dunia tahun ini adalah "Kesetaraan Gender dalam Transformasi Digital." Ini super relevan, karena kesenjangan gender dalam akses ke teknologi digital menghambat peluang ekonomi, pengembangan keterampilan, dan partisipasi wanita dalam ekonomi dan masyarakat digital secara keseluruhan.
Meskipun teknologi digital membuka peluang bagi semua orang, sayangnya masih banyak wanita dan anak perempuan yang tidak terhubung. Di Indonesia, kesenjangan gender digital masih cukup tinggi. Banyak wanita yang tidak memiliki smartphone atau akses internet yang memadai.
Kesenjangan ini akan memengaruhi partisipasi wanita dalam ekonomi perawatan digital. Pekerjaan tidak berbayar yang dilakukan wanita sangat penting bagi kesejahteraan rumah tangga, masyarakat, dan ekonomi, namun seringkali tidak diakui dan kurang dihargai. Meningkatkan investasi di ekonomi perawatan adalah langkah maju untuk mengatasi distribusi pekerjaan tidak berbayar yang tidak setara.
Investasi ini bukan hanya soal uang, tapi juga soal mengubah persepsi dan kebijakan. Kita perlu mengakui bahwa pekerjaan perawatan adalah investasi, bukan beban. Kita perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung para pekerja perawatan, baik yang bekerja online maupun offline.
Akses Internet Merata: Kunci Kesetaraan Gender
Akses internet yang merata adalah kunci untuk membuka potensi wanita di ekonomi perawatan. Dengan memiliki akses ke internet dan keterampilan digital yang memadai, wanita dapat mengakses informasi, pelatihan, dan peluang kerja yang lebih baik.
Pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menyediakan infrastruktur digital yang terjangkau dan mudah diakses di seluruh Indonesia. Selain itu, program pelatihan keterampilan digital yang ditargetkan untuk wanita juga sangat penting.
Kita juga perlu mengatasi norma sosial dan budaya yang menghambat partisipasi wanita dalam ekonomi digital. Ini berarti mengubah persepsi tentang peran gender dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi wanita.
Kesimpulan: Masa Depan Ekonomi Perawatan Ada di Tangan Kita
Ekonomi perawatan digital memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita merawat satu sama lain dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Namun, kita perlu mengatasi tantangan yang ada, termasuk kesenjangan gender digital dan masalah yang terkait dengan gig work.
Dengan investasi yang tepat dan kebijakan yang mendukung, kita dapat menciptakan masa depan di mana semua orang memiliki akses ke layanan perawatan yang berkualitas dan para pekerja perawatan dihargai dan dihormati. Jadi, mari kita mulai membangun masa depan itu sekarang! Karena, well, masa depan gak akan menunggu kita.