Dark Mode Light Mode

Mendengarkan dengan Mata: Christine Sun Kim di Seattle Town Hall – Dampaknya

Siapa bilang seni itu membosankan? Siap-siap terkejut karena Christine Sun Kim, seniman yang berani mendobrak batasan komunikasi dan suara, baru saja memberikan kuliah yang mind-blowing di Town Hall Seattle. Dijamin, setelah ini, cara kamu memandang suara dan bahasa akan berubah total.

Seni yang Bicara: Christine Sun Kim dan Masa Depan Komunikasi

Christine Sun Kim, seorang seniman dengan pendekatan unik terhadap suara dan komunikasi, baru-baru ini menggemparkan Seattle. Kuliahnya, yang merupakan bagian dari seri Public Lectures University of Washington, berhasil memukau penonton dengan kombinasi proses artistik dan cerita personal yang menyentuh. Kim menantang asumsi umum bahwa suara adalah currency dan keheningan hanyalah kekosongan. Justru, ia merombak cara kita memahami bahasa itu sendiri.

Kim, yang berbicara dalam American Sign Language (ASL) dengan bantuan penerjemah, memulai presentasinya dengan sesuatu yang sedikit nyeleneh: tanda untuk "masa depan." Ia menjelaskan bagaimana ia mendekati seni dengan penuh intensitas. Jika seniman lain mungkin bekerja dengan tenang dan terstruktur, Kim justru menyelam sedalam mungkin ke dalam ide-idenya.

"Saat mencari sebuah ide, aku biasanya mengidentifikasi satu, meregangkannya, mengujinya, melakukan iterasi, dan kembali lagi. Ini berarti aku benar-benar terobsesi dengan banyak hal," kata Kim. Ia menambahkan bahwa dirinya sering terpaku pada sebuah konsep dan terus menjelajahinya sampai menemukan jawaban yang memuaskannya. Proses yang cukup… marathon, ya?

Terlahir dari orang tua imigran Korea di California, Kim saat ini berpraktik di Jerman. Ia membandingkan pengalamannya di Amerika dengan sejarah yang lebih kaya dan nyata di Jerman. Setelah menghabiskan sebulan di China, ia menyadari betapa kayanya sejarah di sana dibandingkan dengan pengalamannya sebelumnya. Akses ke masa lalu ini memengaruhi seninya, memungkinkannya untuk melihat ke masa depan dengan perspektif yang baru. Hal ini penting untuk konteks karyanya.

Sebagian besar karya Kim dibangun di atas bahasa utamanya, ASL. Ia menggambarkan perasaan aneh ketika menatap sebuah kata terlalu lama hingga kata itu kehilangan maknanya, terasa asing. Perasaan inilah yang ia rasakan dengan tanda untuk "masa depan." Ia membayangkan tanda ini memiliki massa, berat, dan ruang.

Proses mengubah tanda menjadi karya seni yang nyata tidak hanya terbatas pada ASL. Kim memperhatikan bagaimana isyarat nonverbal dan bentuk berinteraksi dengan cara kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan ruang. Melalui pemikiran ini, ia menghubungkan tanda "masa depan" dengan bentuk "gema," menawarkan perspektif unik tentang dunia di sekitar kita.

Menggali Lebih Dalam: "Ghost(ed) Notes" dan Makna Dibaliknya

Kim tidak berhenti di situ. Ia menggabungkan interpretasi ini dengan peristiwa dunia nyata seperti meningkatnya utang, pandemi, dan imigrasi untuk menciptakan komentar yang unik. Karyanya saat ini, "Ghost(ed) Notes" di Henry Art Gallery, merupakan lanjutan dari karya sebelumnya di UC Santa Barbara. Karya ini menggambarkan garis staf kosong dengan kata-kata yang terputus-putus, membentuk kalimat: "You don’t know how smart I am in my language." Sebuah pernyataan yang powerful, bukan?

Kim menjelaskan bahwa karya ini merupakan komentar tentang pengalamannya pribadi diabaikan melalui email, atau "di-ghosting" dalam bahasa gaulnya. Dalam "Ghost(ed) Notes," garis staf musik yang seharusnya lurus dan berfungsi sebagai panduan, justru melengkung di sekitar not-not yang mewakili dirinya dan rekan-rekannya. Ini adalah representasi visual dari perasaan diabaikan.

"Karena garis staf seharusnya tetap, kita diharapkan berinteraksi dengannya," kata Kim. "Kita menunggu garis-garis itu mengenai not-not tersebut, tetapi garis-garis itu malah nge-ghosting kita." Sebuah metafora yang sangat tepat!

Lebih dari Sekadar Seni: Perspektif Tuli yang Mengubah Segalanya

Presentasi Kim yang karismatik menunjukkan betapa ia sangat menghargai bahasa lisan sebagai emotional currency. Acara ini menarik perhatian mahasiswa, seniman, dosen, dan berbagai penggemar seni lainnya. Banyak dari mereka yang tetap tinggal setelah acara untuk mengajukan pertanyaan kepada Kim. Kuliahnya tidak hanya informatif, tetapi juga mengubah cara penonton menafsirkan pendengaran, suara, dan komunikasi.

Christine Sun Kim membuktikan bahwa perspektif Tuli tidak hanya penting, tetapi juga memperluas batasan seni dan komunikasi. Sebuah pengingat penting bahwa kita selalu bisa belajar dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

Melalui karyanya yang berlapis dan kehadirannya di publik, Christine Sun Kim terus memberikan argumentasi yang kuat bahwa perspektif Tuli bukan hanya diperlukan tetapi juga memperluas batasan tentang apa itu seni dan komunikasi. Jadi, lain kali kalau kamu merasa bosan dengan seni yang itu-itu saja, ingatlah Christine Sun Kim. Siapa tahu, karyanya bisa mengubah cara kamu melihat dunia.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kejuaraan Indo Dragon ke-5 Dimulai di Mall Alam Sutera, Banten: Pertanda Dominasi Baru?

Next Post

SIM Australia Terancam Dicabut: Bali Perketat Aturan Turis