Mungkin sebagian dari kita masih ingat masa-masa nge-fans berat sama idola dan rela antre tiket konser berjam-jam. Tapi, tahukah kamu kalau ternyata banyak artist besar yang justru kurang sreg dengan tur? Bahkan, beberapa dari mereka terang-terangan bilang kalau tur itu nggak cocok buat mereka. Miley Cyrus, sang pelantun “Flowers”, baru-baru ini blak-blakan tentang alasannya nggak lagi berniat untuk tur. Ini bukan sekadar masalah jadwal padat, tapi ada alasan yang lebih dalam dari itu.
Kenapa Tur Nggak Selalu Jadi Impian Artis?
Industri musik seringkali identik dengan tur keliling dunia. Bayangkan, panggung megah, ribuan penggemar yang histeris, dan energi yang luar biasa. Tapi, di balik gemerlap itu, ada realita yang mungkin nggak banyak diketahui orang. Tur bisa jadi sangat melelahkan secara fisik dan mental. Jadwal yang padat, perjalanan yang konstan, dan tuntutan untuk selalu tampil prima bisa menguras energi seorang artist. Ini bukan cuma sekadar capek fisik, tapi juga tekanan mental yang besar.
Selain itu, infrastruktur yang mendukung tur bagi entertainer, menurut Miley Cyrus, belum memadai. Kita seringkali hanya melihat hasil akhir: konser yang spektakuler. Tapi, di belakang layar, ada banyak sekali aspek yang perlu diperhatikan, mulai dari keamanan, logistik, hingga kesehatan mental para artist. Tanpa dukungan yang memadai, tur bisa menjadi beban yang sangat berat.
Kesehatan mental adalah isu yang semakin banyak dibicarakan di kalangan artist. Tekanan untuk selalu tampil sempurna di depan publik, ditambah lagi dengan isolasi yang bisa dirasakan saat berada jauh dari rumah dan keluarga, bisa memicu masalah kesehatan mental. Banyak artist yang berjuang dengan anxiety, depresi, dan masalah lainnya akibat tuntutan pekerjaan yang berat.
Dopamin Rush: Antara Cinta Penggemar dan Jurang Kesepian
Miley Cyrus menjelaskan bahwa pertunjukan yang melibatkan ribuan orang yang berteriak mencintaimu menghasilkan dopamine rush, perasaan euforia yang luar biasa. Namun, setelah konser selesai, ketika artist kembali ke kamar hotel yang sepi, mereka mengalami crashing, perasaan sedih dan kesepian yang mendalam. Perbandingan ini memunculkan pertanyaan penting: apakah cinta dari puluhan ribu penggemar bisa menggantikan kehangatan satu pelukan orang tersayang?
Dopamin, si biang keladi, memberikan efek yang kuat saat tampil di depan ribuan penggemar. Namun, ketergantungan pada dopamine rush ini bisa menjadi masalah tersendiri. Artist mungkin mulai merasa bahwa satu orang saja tidak cukup untuk mencintai mereka. Mereka membutuhkan validasi dari ribuan orang untuk merasa berharga. Ini adalah mental mind games yang berbahaya dan bisa merusak kesehatan mental.
Selain itu, sobriety atau keadaan bebas dari zat adiktif juga menjadi tantangan besar saat tur. Lingkungan di sekitar tur seringkali penuh dengan godaan, mulai dari alkohol hingga narkoba. Bagi artist yang sedang berjuang untuk tetap sober, tur bisa menjadi medan perang yang berat. Miley Cyrus secara terbuka mengakui bahwa menjaga sobriety saat tur sangat sulit dan merupakan pilar penting dalam stabilitas hidupnya.
Adele Hengkang dari Tur: Ketika Rumah Lebih Menarik dari Panggung
Bukan cuma Miley Cyrus yang merasa insecure dengan tur. Adele, diva bersuara emas, juga pernah mengungkapkan keengganannya untuk tur. Adele mengaku bahwa dirinya adalah seorang homebody dan merasa lebih bahagia dengan hal-hal kecil dalam hidup. Selain itu, ia juga memiliki pengalaman buruk dengan tur di masa lalu. “I fucking hate touring”, ujarnya dengan nada bercanda namun jujur.
Keputusan Adele untuk mengurangi atau bahkan berhenti tur tentu saja mengejutkan banyak penggemar. Tapi, ini juga menunjukkan bahwa prioritas hidup setiap orang berbeda-beda. Bagi Adele, kebahagiaan dan keseimbangan hidup lebih penting daripada mengejar popularitas dan kekayaan melalui tur. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan menikmati hal-hal sederhana dalam hidup.
Mengubah Paradigma: Alternatif untuk Tetap Berkarya Tanpa Tur
Lalu, bagaimana caranya agar artist tetap bisa berkarya dan terhubung dengan penggemar tanpa harus melakukan tur yang melelahkan? Jawabannya adalah dengan memanfaatkan teknologi dan platform digital. Konser virtual, live streaming, dan interaksi melalui media sosial adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjangkau penggemar di seluruh dunia tanpa harus meninggalkan rumah.
Residensi di Las Vegas juga menjadi alternatif yang semakin populer di kalangan artist. Dengan residensi, artist bisa tampil secara reguler di satu tempat dalam jangka waktu tertentu. Ini memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dengan penggemar tanpa harus melakukan perjalanan yang melelahkan. Selain itu, residensi juga memberikan stabilitas dan kesempatan untuk mengeksplorasi kreativitas tanpa tekanan tur.
Platform digital dan residensi menjadi contoh bagaimana industri musik terus beradaptasi dengan perubahan zaman dan kebutuhan artist. Dulu, tur adalah satu-satunya cara untuk mempromosikan album dan terhubung dengan penggemar. Sekarang, ada banyak cara lain yang bisa dilakukan, dan artist memiliki lebih banyak pilihan untuk menentukan jalan karir mereka.
Fleksibilitas Jadi Kunci: Mengutamakan Kesehatan Mental dan Keseimbangan Hidup
Intinya, keseimbangan hidup dan kesehatan mental adalah hal yang paling penting. Bagi beberapa artist, tur mungkin adalah impian yang menjadi kenyataan. Tapi, bagi yang lain, tur justru menjadi beban yang berat. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Yang terpenting adalah artist bisa menemukan cara untuk berkarya dan terhubung dengan penggemar tanpa mengorbankan kesehatan mental dan keseimbangan hidup.
Industri musik perlu lebih peduli terhadap kesejahteraan artist. Bukan hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga memberikan dukungan yang memadai, baik secara finansial maupun mental. Dengan begitu, artist bisa berkarya dengan lebih optimal dan memberikan yang terbaik bagi para penggemar tanpa harus merasa tertekan dan kelelahan.
Jadi, lain kali saat kita melihat artist favorit kita tidak melakukan tur, jangan langsung kecewa. Mungkin saja mereka sedang menjaga kesehatan mental mereka dan mencari cara lain untuk terhubung dengan kita. Yang terpenting, kita tetap bisa menikmati karya mereka dan mendukung mereka dalam perjalanan karir mereka.
Mungkin, setelah ini, kita bisa lebih menghargai konser yang kita tonton. Bahwa dibalik kemegahannya, ada pertimbangan matang dari sang artis, bahkan mungkin perjuangan yang luar biasa. Jangan lupa apresiasi juga kru yang bekerja keras di balik layar, ya!