Mungkin kamu pernah bertanya-tanya, kenapa album-album Opeth tidak lagi diproduseri oleh Steven Wilson? Kabar baiknya, rasa penasaranmu akan segera terjawab. Mari kita selami lebih dalam dinamika musik progresif yang kompleks ini, lengkap dengan intrik di balik layar yang mungkin belum kamu ketahui. Siapkan diri untuk perjalanan sonic yang penuh kejutan!
Opeth, band progressive death metal asal Swedia, dikenal dengan eksplorasi musik yang out of the box. Mereka menggabungkan unsur-unsur death metal yang keras dengan keindahan prog rock yang melodis. Hasilnya? Musik yang menantang dan memuaskan dahaga para audiophile sejati.
Steven Wilson, pentolan Porcupine Tree, punya peran penting dalam perjalanan Opeth. Ia menjadi co-producer untuk album-album penting mereka, seperti Blackwater Park (2001), Deliverance (2002), dan Damnation (2003). Kolaborasi ini menghasilkan karya-karya yang dianggap sebagai puncak karir Opeth.
Namun, setelah itu, Wilson tak lagi terlibat dalam produksi album Opeth. Album Ghost Reveries (2005) menjadi penanda perubahan, dengan Jens Bogren mengambil alih kendali di balik mixing console. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ada drama tersembunyi?
Menurut Mikael Åkerfeldt, frontman Opeth, keputusan ini bukan karena perselisihan atau masalah pribadi. Justru, ini adalah evolusi alami dalam workflow kreatif band. Åkerfeldt merasa sudah cukup belajar dari Wilson dan mulai percaya diri untuk mengambil peran produser sendiri.
Åkerfeldt mengakui bahwa ia mungkin sempat meminta Wilson untuk terlibat dalam Ghost Reveries. Tapi pada titik itu, ia merasa sudah memahami metode Wilson dengan baik. Ia mulai punya visi sendiri tentang bagaimana album itu seharusnya terdengar.
Jadi, bisa dibilang, Åkerfeldt mengalami level up dalam skill produksinya. Ia merasa mampu mewujudkan ide-ide musiknya tanpa harus bergantung pada Wilson. Keputusan ini menunjukkan kematangan Opeth sebagai band yang terus berkembang.
Produksi Mandiri: Opeth Goes Solo
Setelah beberapa album yang diproduseri oleh Steven Wilson, Opeth memutuskan untuk mengambil alih kendali kreatif sepenuhnya. Ghost Reveries menjadi pilot project untuk era baru ini.
Keputusan ini bukan tanpa tantangan. Åkerfeldt mengakui bahwa proses rekaman Ghost Reveries sangat chaotic. Ia merasa sendirian dan terbebani dengan tanggung jawab untuk memastikan semuanya berjalan lancar.
Ketegangan internal di antara personel band, terutama antara Martin Lopez (drums) dan Peter Lindgren (gitar), semakin memperparah situasi. Namun, Jens Bogren, yang saat itu belum sepopuler sekarang, justru menjadi partner in crime yang solid bagi Åkerfeldt.
Bogren melihat dinamika yang kurang sehat dalam band dan memilih untuk mendukung visi Åkerfeldt. Bersama-sama, mereka berhasil melewati badai dan menghasilkan Ghost Reveries, album yang tetap dianggap sebagai salah satu karya terbaik Opeth.
Ghost Reveries: Lahirnya Produser Baru?
Album Ghost Reveries menandai transisi penting dalam karir Opeth. Bukan hanya karena perubahan sound yang semakin kompleks, tetapi juga karena lahirnya Åkerfeldt sebagai produser yang kompeten.
Åkerfeldt belajar banyak dari Steven Wilson selama kolaborasi mereka. Ia mengamati bagaimana Wilson menangani mixing, mastering, dan aspek teknis lainnya. Ia juga belajar bagaimana mengarahkan band secara efektif di studio.
Pengalaman ini memberinya kepercayaan diri untuk mengambil alih kendali. Ia merasa sudah punya skill dan pengetahuan yang cukup untuk mewujudkan visinya sendiri. Ghost Reveries menjadi bukti bahwa ia mampu melakukannya.
Steven Wilson dan Opeth: Tetap Sahabat, Walau Tak Lagi Sepanggung
Meskipun tidak lagi berkolaborasi dalam produksi album, Åkerfeldt menegaskan bahwa ia tetap menganggap Steven Wilson sebagai teman dan mentor. Keduanya bahkan sempat membentuk proyek sampingan bernama Storm Corrosion pada tahun 2012.
Selain itu, Wilson juga terlibat dalam mixing album Opeth tahun 2014, Pale Communion. Ini menunjukkan bahwa hubungan mereka tetap baik dan saling menghargai, meskipun tidak lagi bekerja sama secara intensif.
Baik Opeth maupun Steven Wilson terus berkarya dan menghasilkan musik yang berkualitas. Opeth merilis album terbaru mereka, The Last Will and Testament, sementara Wilson juga merilis album solo baru, The Overview. Keduanya mendapatkan pujian dari kritikus musik dan penggemar.
Jadi, alasan Steven Wilson berhenti memproduseri album Opeth bukanlah karena konflik atau masalah pribadi. Ini adalah evolusi alami dalam karir Opeth, di mana Åkerfeldt merasa sudah siap untuk mengambil alih kendali kreatif. Keduanya tetap berteman baik dan saling mendukung, membuktikan bahwa dunia musik bisa penuh persahabatan, bukan hanya persaingan.