Jangan kaget kalau suatu hari kamu bertemu babi hutan dengan taring melengkung ke atas menembus hidungnya. Bukan ilusi optik kok, itu bisa jadi adalah Babirusa Buru, salah satu mamalia paling unik dan misterius di Indonesia. Makhluk ini bukan cuma sekadar babi biasa, tapi juga saksi bisu sejarah panjang dan kekayaan budaya negeri ini.
Siapa Sebenarnya Babirusa Buru?
Babirusa Buru ( Babyrousa babyrussa) adalah spesies babi liar yang hanya bisa ditemukan di tiga pulau di Indonesia: Buru, Mangole, dan Taliabu, yang terletak di wilayah Maluku. Pulau-pulau ini jauh dari keramaian hutan Sumatra atau Borneo, menjadikannya surga tersembunyi bagi satwa endemik. Lebih menyukai hutan dataran rendah tropis dan perbukitan di dekat tepi sungai, rawa, dan kolam hutan yang kaya akan tanaman air.
Dulu, semua babirusa dikelompokkan menjadi satu spesies. Namun, sejak tahun 2001, para ilmuwan mengakui adanya tiga spesies yang masih ada, antara lain: Babirusa Buru, Babirusa Sulawesi Utara (B. celebensis), dan Babirusa Togian (B. togeanensis). Masing-masing spesies memiliki perbedaan halus dalam bentuk tengkorak, cakupan rambut, dan struktur taring, tetapi semuanya memiliki taring melengkung yang khas dan penampilan yang mencolok.
Kenapa Bentuknya Aneh Banget? Mengenal Ciri Fisik Babirusa
Babirusa Buru, juga disebut babirusa emas atau babirusa berbulu, mudah dikenali dari rambut tubuhnya yang panjang, tebal, dan berwarna cokelat keemasan – ciri yang tidak dimiliki oleh kerabatnya yang sebagian besar botak. Yang jantan memamerkan taring melengkung ke atas yang ikonik, yaitu gigi taring atas yang tumbuh menembus hidung dan melengkung ke arah dahi.
Betinanya memiliki taring yang jauh lebih kecil atau tidak ada sama sekali. Selain itu, semua babirusa memiliki ciri langka hanya memiliki satu pasang puting susu. Bentuknya yang unik ini membuat babirusa sering dijuluki “deer-pig” atau babi rusa. Bayangkan saja rusa yang mencoba cosplay jadi babi, lucu kan?
Menu Makan Malam Babirusa: Bukan Cuma Babi Ngepet
Babirusa adalah omnivora, dengan makanan yang mencakup daun, akar, buah, dan materi hewani. Mereka tidak mengorek tanah seperti babi lain, karena tidak memiliki tulang rostral di hidungnya, tetapi akan menggali di lumpur atau tanah lunak. Rahang mereka yang kuat memungkinkan mereka untuk menghancurkan kacang keras dengan mudah, membuat mereka beradaptasi dengan baik di lantai hutan. Meskipun anatomi perut mereka mencakup kantung yang membesar yang dulunya menunjukkan perilaku ruminansia, bukti menunjukkan bahwa mereka tidak mengunyah makanan.
Sebagai pencari makan di hutan, Babirusa Buru membantu mendaur ulang nutrisi dan menyebarkan biji melalui kotorannya. Penggalian mereka di tanah lunak dapat menganginkan tanah dan membantu pertumbuhan tanaman. Diet mereka yang bervariasi juga membatasi pertumbuhan berlebihan tanaman tertentu, membantu menjaga keseimbangan di lapisan bawah hutan. Sebagai mangsa bagi predator besar, mereka adalah bagian penting dari jaring ekologis mereka.
Kehidupan Sosial Ala Babirusa: Jomblo Happy atau Geng Emak-Emak?
Babirusa aktif di siang hari dan menunjukkan perilaku sosial yang berbeda menurut jenis kelamin. Jantan dewasa biasanya soliter, kadang-kadang bepergian dalam kelompok kecil yang terdiri dari dua atau tiga ekor. Betina dan anak-anaknya sering membentuk kelompok yang lebih besar, terkadang hingga 84 individu, meskipun biasanya tidak lebih dari tiga betina dewasa.
Jantan menggunakan taringnya dalam perkelahian untuk dominasi, dengan taring atas berfungsi secara defensif dan yang bawah secara ofensif. Tanpa aktivitas rutin untuk mengikisnya, taring dapat tumbuh cukup panjang untuk menembus tengkorak hewan itu sendiri. Jangan sampai taringnya jadi bumerang sendiri ya!
Keluarga Berencana Ala Babirusa: Satu atau Dua Cukup
Betina mencapai kematangan seksual antara usia 5 dan 10 bulan dan melahirkan hanya satu atau dua anak babi setelah masa kehamilan sekitar 150 hingga 157 hari. Bayi yang baru lahir memiliki berat antara 380 hingga 1.050 gram dan menyusu selama enam hingga delapan bulan. Babirusa Buru dapat hidup hingga 24 tahun, tetapi laju reproduksi mereka yang lambat membuat pemulihan populasi menjadi sulit ketika jumlahnya menurun.
Seni Kuno Mengungkapkan Hubungan Budaya yang Mendalam
Babirusa telah lama menarik imajinasi orang-orang yang berbagi rumah pulaunya. Salah satu bukti paling menakjubkan dari hubungan ini ditemukan di gua-gua batu kapur di Sulawesi selatan. Di gua Leang Timpuseng, lukisan luar biasa seekor babirusa betina diperkirakan berusia setidaknya 35.400 tahun, menjadikannya salah satu penggambaran figuratif hewan tertua yang diketahui di dunia. Ditemukan di samping stensil tangan berusia 39.900 tahun, karya seni ini mengungkapkan bahwa manusia modern awal di Indonesia terlibat dalam ekspresi artistik yang bermakna jauh di prasejarah.
Dibuat dengan pigmen yang ditiup untuk cetakan tangan dan sapuan kuas yang mendetail untuk hewan, dinding gua menggambarkan spesies asli Sulawesi seperti anoa dan babi kutil Sulawesi. Namun, babirusa menonjol, dengan taring surealisnya dan bentuknya yang tidak biasa, menunjukkan bahwa ia memegang makna khusus bagi para seniman yang melukisnya.
Ancaman Apa Saja yang Dihadapi Babirusa Saat Ini?
Babirusa Buru terdaftar sebagai Rentan oleh IUCN. Meskipun dilindungi secara hukum di Indonesia, babirusa terancam oleh perburuan dan hilangnya habitat. Habitatnya membentang hanya 20.000 kilometer persegi di tiga pulau. Penebangan telah memfragmentasi rumah hutan mereka, menghilangkan vegetasi yang dulunya menawarkan perlindungan dari pemburu. Karena jangkauan mereka menyusut dan akses menjadi lebih mudah, hewan-hewan ini menghadapi risiko yang lebih besar, terutama karena mereka bereproduksi dengan lambat.
Status Konservasi Saat Ini dan Apa yang Sedang Dilakukan
Babirusa Buru telah dilindungi secara hukum di Indonesia sejak tahun 1931. Dua cagar alam di Buru—Gunung Kapalat Mada dan Waeapo—telah dibuat sebagian untuk melestarikan habitat hutan yang tersisa. Upaya konservasi yang berkelanjutan bertujuan untuk membatasi penebangan, memberlakukan larangan berburu, dan melibatkan masyarakat lokal dalam melindungi spesies langka ini. Pendidikan tentang nilai ekologis dan budayanya adalah kunci untuk memastikan bahwa babi berambut emas ini tidak menghilang dari hutan Indonesia.
Mengapa Babirusa Itu Penting dan Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai salah satu hewan yang paling khas secara visual dan penting secara ekologis di Asia Tenggara, Babirusa Buru berdiri sebagai simbol yang kuat dari keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya dan rapuh. Hilangnya satu spesies saja dapat memiliki efek domino yang merugikan ekosistem secara keseluruhan. Dengan melindungi babirusa, kita juga melindungi hutan yang mereka tinggali, yang juga penting untuk mitigasi perubahan iklim dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Investasi di masa depan Babirusa Buru adalah investasi di masa depan Indonesia. Dukung organisasi konservasi yang bekerja di lapangan, sebarkan kesadaran tentang spesies yang luar biasa ini, dan buat pilihan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari kita. Mari kita pastikan bahwa generasi mendatang dapat mengagumi makhluk yang luar biasa ini. Siapa tahu, mungkin cucu kita nanti bisa melihat babirusa terbang ke bulan… oke, mungkin itu terlalu jauh, tapi mimpi kan gratis!