Dark Mode Light Mode

Menutup Saja Tidak Cukup, Banjir Tetap Mengintai

Seringkali kita merasa seperti Déjà vu setiap musim hujan tiba, kan? Banjir lagi, banjir lagi. Seolah playlist favorit yang di-repeat terus menerus, tapi versi nyebelin. Masalahnya, ini bukan sekadar soal curah hujan yang tinggi, tapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan lingkungan, terutama di hulu sungai.

Banjir di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Karawang (Jabodetabek) bagaikan drama musiman yang skenarionya itu-itu saja. Curah hujan tinggi memang jadi pemeran utama, tapi perubahan tata ruang di hulu sungai Bekasi, khususnya, adalah sutradara yang menentukan alur cerita menyebalkan ini. Menyalahkan cuaca saja sama seperti menyalahkan keyboard saat kita salah ketik—agak kurang tepat.

Kenapa Hulu Sungai Bekasi Jadi Biang Kerok?

Perubahan tata ruang di kawasan hulu sungai Bekasi, khususnya alih fungsi lahan, menjadi salah satu faktor kunci penyebab banjir. Area resapan air berkurang drastis, sehingga air hujan langsung mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir bandang. Ibaratnya, spons yang seharusnya menyerap air, malah dibuang begitu saja.

Segel Menyegel, Efektifkah?

Beberapa waktu lalu, kita sempat melihat aksi penyegelan beberapa perumahan di kawasan Sentul oleh Menteri ATR/BPN dan Menteri LHK. Tujuannya mulia, yaitu memberikan efek jera kepada pengembang yang melanggar aturan lingkungan. Namun, apakah aksi ini benar-benar efektif menyelesaikan masalah banjir? Well, penyegelan tanpa tindakan lanjutan yang komprehensif, ibarat memberi plester pada luka menganga.

Hilangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH): Goodbye Resapan Air!

Data menunjukkan bahwa luas lahan terbuka di hulu sungai Bekasi yang seharusnya menjadi area resapan air, terus berkurang. Dari 6,71 juta hektar pada tahun 2013, menjadi 7,62 juta hektar pada tahun 2023. Luasnya amazing, tapi sayangnya dalam konteks negatif. Kurangnya RTH membuat air hujan tidak terserap dengan baik, dan langsung mengalir ke sungai.

Vegetasi Menipis, Banjir Mengintai

Lebih mengkhawatirkan lagi, tutupan vegetasi alami di hulu sungai Bekasi hanya sekitar 21,24% dari total luas DAS (Daerah Aliran Sungai) Bekasi yang mencapai 145.952 hektar. Padahal, idealnya minimal 30% untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kurangnya vegetasi ini mengurangi kemampuan tanah dalam menyerap air dan mencegah erosi. Bisa dibilang, alam sudah memberi clue tapi kita seringkali pura-pura tidak lihat.

Citra City Sentul dan Alderwood Residence: Kasus yang Mencuat

Investigasi menunjukkan adanya pelanggaran di beberapa proyek perumahan seperti Citra City Sentul dan Alderwood Residence. Citra City, misalnya, diduga tidak memiliki sistem pengelolaan air limbah yang memadai, sehingga air hujan langsung mengalir ke Sungai Cijayanti. Sementara Alderwood Residence diduga tidak memiliki sediment trap yang berfungsi untuk menyaring material padat dari air yang mengalir.

Dampak Lingkungan yang Serius

Pelanggaran-pelanggaran ini berdampak serius pada lingkungan. Sedimentasi di sungai meningkat, kualitas air menurun, dan risiko banjir semakin tinggi. Belum lagi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan akibat banjir. Jadi, pembangunan yang tidak ramah lingkungan, bukan hanya merugikan alam, tapi juga dompet kita.

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Tentu saja, pengembang yang melanggar aturan lingkungan harus bertanggung jawab. Namun, pemerintah juga memiliki peran penting dalam pengawasan dan penegakan hukum. Jangan sampai tebang pilih dan berpihak pada kepentingan tertentu. Konsumen yang sudah membeli rumah juga tidak boleh dirugikan. Mereka berhak mendapatkan kompensasi dan jaminan bahwa masalah lingkungan akan diselesaikan.

Jangan Lupa Konsumen!

Penting untuk dicatat, konsumen yang sudah membeli rumah di perumahan bermasalah juga merupakan korban. Mereka harus dilindungi dan diberikan kompensasi yang sesuai. Jangan sampai mereka menjadi pihak yang paling dirugikan akibat kelalaian pengembang dan lemahnya pengawasan dari pemerintah.

Pemulihan DAS: Investasi Jangka Panjang

Pemerintah tidak punya pilihan lain selain memulihkan kawasan hulu sungai Bekasi. Ini bukan hanya soal mencegah banjir, tapi juga tentang menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sumber daya air. Pemulihan DAS adalah investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat bagi generasi mendatang.

Apa Saja yang Perlu Dilakukan?

  • Restorasi Lahan: Reboisasi dan penghijauan di kawasan hulu sungai.
  • Pengendalian Tata Ruang: Pengetatan izin pembangunan dan pengawasan yang ketat.
  • Normalisasi Sungai: Pengerukan sedimentasi dan penataan bantaran sungai.
  • Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan.
  • Penegakan Hukum: Tindak tegas pelanggar aturan lingkungan.

Stop Perubahan Alih Fungsi Lahan!

Perubahan alih fungsi lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi harus dihentikan. Alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan tidak memperhatikan aspek lingkungan telah memperparah kondisi DAS Bekasi, sehingga rentan terhadap banjir. Kita harus belajar dari pengalaman dan mengambil tindakan yang tegas untuk melindungi lingkungan.

Sudah Saatnya Kita Lebih Peduli

Sudah saatnya kita lebih peduli terhadap lingkungan. Banjir bukan hanya masalah pemerintah atau pengembang, tapi masalah kita semua. Dengan menjaga lingkungan, kita juga menjaga masa depan kita sendiri. Mari mulai dari hal-hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, menghemat air, dan menanam pohon.

Investasi Hijau: Masa Depan yang Lebih Baik

Berinvestasi pada lingkungan adalah berinvestasi pada masa depan yang lebih baik. Dengan lingkungan yang sehat, kita akan mendapatkan manfaat yang tak ternilai harganya, seperti udara bersih, air bersih, dan lingkungan yang nyaman. Yuk, mulai dari sekarang!

Banjir Itu…

Banjir bukan hanya sekadar air yang meluap. Banjir adalah alarm keras dari alam yang meminta kita untuk lebih bijak dalam mengelola lingkungan. Jika kita terus mengabaikan alarm ini, siap-siap saja menikmati “playlist banjir” yang terus berulang setiap tahun. Satu hal yang pasti: perubahan harus dimulai dari kita sendiri. Jangan tunggu sampai air bah datang, baru sibuk mencari perahu.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Magdalena Bay: Album Kedua, Buka Konser Billie Eilish, dan Dampak TikTok

Next Post

Semua Pengumuman Game Fighting dari Evo Japan 2025: Masa Depan Game Fighting Terungkap