Popular Now

Jugband Blues: Ayah Penulis Surat Kabar Terkejut Jadi Bagian dari ‘Sonic Mayhem’ Pink Floyd

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Taylor Swift Dominasi SiriusXM: Hadirkan “Taylor’s Channel 13” Jelang Album Baru

Mobil Rally Jepang Ikonik: Subaru WRX Vs Mitsubishi Evo, Mana Pilihanmu?

Dulu, kalau lihat mobil reli lewat, rasanya kayak lihat alien. Bikin bertanya-tanya, “Ini mobil apa pesawat sih? Kok, bisa ya belok patah tanpa nyium pembatas jalan?” Nah, di antara spesies mobil reli yang paling bikin penasaran, ada dua nama yang selalu bikin debat kusir: Mitsubishi Lancer Evolution dan Subaru Impreza WRX. Dua-duanya jagoan, tapi karakternya beda jauh. Ibaratnya, Evo itu rocker brutal, WRX itu anak baik tapi bisa ngebut.

Evo vs. WRX: Pertarungan Dua Kutub Rally

Era 90-an adalah panggung pertunjukan mobil-mobil reli Jepang. Subaru, dengan dukungan Prodrive, sukses meraih tiga gelar juara konstruktor WRC berturut-turut (1995-1997). Colin McRae, Richard Burns, dan Petter Solberg jadi maskotnya. WRX dikenal ramah, gampang dikendalikan, dan bikin pembalap cepat adaptasi. Sementara itu, Mitsubishi lewat Tommi Mäkinen menguasai WRC dengan empat gelar juara dunia pembalap (1996-1999) dan satu gelar konstruktor (1998). Ini bukti bahwa Evo yang brutal bisa diandalkan untuk meraih poin konsisten.

Kalau dilihat dari speknya, Evo itu kayak cheat code di game balap. Ringan, responsif, dan setiap generasi makin disempurnakan buat ngebut di lintasan. Sementara WRX, lebih kayak mobil harian yang dikasih buff. Tetap nyaman, tapi kalau diajak ngebut, jangan kaget kalau bisa ngalahin mobil sport.

Mobil versi jalan rayanya pun nggak jauh beda. Evo tetap brutal, WRX tetap nyaman. Mari kita telaah lebih dalam evolusi dua mobil legendaris ini.

Mitsubishi Lancer Evolution: Dari Spartan Hingga Canggih

Lahir tahun 1992, Lancer Evo I alias Lancer GSR Evolution langsung bikin geger. Mesin 2.0 liter turbo 4G63 bertenaga 250 hp, transmisi manual lima percepatan, dan penggerak 4WD. Jujur aja, interiornya spartan abis. Tapi, performanya nggak main-main. Evo II muncul setahun kemudian dengan sedikit ubahan di desain dan aerodinamika. Respons turbonya ditingkatkan, drivetrain-nya di-tuning ulang. Kabinnya? Tetap spartan.

Antara tahun 1995 dan 1999, Mitsubishi merilis Evo III, Evo IV, Evo V, dan Evo VI secara beruntun. Di era ini, aerodinamika makin progresif, jeroan mesin diperkuat, dan muncul teknologi andalan: Active Yaw Control (AYC). AYC ini kayak item khusus yang bikin Evo lebih stabil di tikungan. Evo VI Tommi Mäkinen Edition diluncurkan tahun 1999 untuk merayakan kemenangan sang legenda. Kursi Recaro, setir Momo, suspensi yang di-tweak, dan upgrade mekanis lainnya jadi pembeda. Tenaga Evo memang besar di putaran tengah, tapi kalau sudah di limit, ampun dah.

Evo VII (2001) punya track yang lebih lebar, hardware AWD yang lebih canggih, dan sasis yang lebih kaku. Hasilnya? Mobil balap yang bisa dipakai di jalan raya. Tapi, jangan harap nyaman buat dipakai ngantor. Tahun 2003, Evo VIII akhirnya diekspor ke Amerika Serikat. Turbonya lebih kuat, suspensinya lebih nyaman, dan setirnya responsif banget. Evo IX (2005) menambahkan MIVEC (Mitsubishi Innovative Valve timing Electronic Control system) di beberapa negara. Tenaga naik, harga juga ikut naik.

Tahun 2007, Mitsubishi merilis Evo X. Ini adalah Evo terakhir. Mesinnya baru, 2.0 liter turbo, dan ada opsi transmisi otomatis twin-clutch SST. Tujuannya? Biar lebih diterima pasar. Hasilnya? Keseimbangan antara kecepatan dan kenyamanan memang lebih baik. Tapi, suspensinya tetap keras dan harganya makin mahal.

Subaru Impreza WRX: Nyaman Tapi Nggak Lemot

Sama seperti Evo, Subaru Impreza WRX juga lahir tahun 1992. Gelar juara dunia WRC pertama diraih oleh Colin McRae tahun 1995. WRX versi jalan raya menggunakan mesin boxer turbo 2.0 liter seri EJ bertenaga 250 hp. Penggerak AWD simetris khas Subaru, transmisi manual lima percepatan, dan viscous center diff jadi standar di versi wagon dan sedan. Varian STi dan Type-RA (lightweight) muncul lebih awal. Hasilnya? Mobil yang nyaman dikendalikan, tapi nggak sebrutal Evo. Generasi pertama Impreza WRX (versi 1-4) bertahan hingga akhir 90-an.

Tahun 2000, muncul generasi kedua WRX yang kontroversial. Julukannya “bug-eyed” alias mata belo. Mesinnya EJ25 2.5 liter. Tenaga naik jadi 280 hp. WRX generasi ini lebih mudah ditemukan di seluruh dunia karena tenaganya besar, punya sejarah reli yang mentereng, dan lebih nyaman dari Evo.

Generasi ketiga (2007-2014) hadir dengan varian STi wide-body, spoiler gede, tenaga lebih besar, sasis lebih kaku, dan interior lebih mewah. Torsi di putaran tengah lebih nendang. Tapi, beberapa kritikus bilang WRX sudah kehilangan “jati dirinya”.

Tahun 2014, nama WRX dipisahkan dari Impreza. WRX jadi model independen. Tapi, tetap pakai mesin boxer turbo, penggerak AWD, dan transmisi manual enam percepatan.

Perbandingan Langsung: Brutal vs. Nyaman

Kalau dibandingkan langsung, perbedaannya jelas terasa. Evo itu fokusnya ngejar catatan waktu terbaik dan kejayaan di dunia balap. Lebih ringan, setir lebih tajam, cengkeraman mekanis lebih kuat, dan suspensi yang bikin setiap kerikil terasa. WRX lebih mengutamakan kenyamanan. Suspensi dan tata letaknya bikin kualitas berkendara lebih baik. Pengemudi yang pengen santai dulu sebelum ngebut bisa melakukannya tanpa merasa capek duluan. Pendekatan Subaru ini sukses meraih gelar juara konstruktor di pertengahan 90-an dan pelanggan setia di seluruh dunia. Sementara Mitsubishi, dengan pendekatan yang tanpa kompromi, memberikan gelar juara dunia dan penggemar fanatik.

Kata Jeremy Clarkson

Dalam salah satu ulasannya yang khas, Jeremy Clarkson dari Top Gear BBC bercanda bahwa Lancer Evolution adalah pilihan kalau mau bikin rekor lap atau nakut-nakutin penumpang. Sementara Subaru, adalah mobil yang pengen kamu pakai buat pulang. Evo lebih brutal, lebih cepat, dan lebih fokus. Impreza lebih nyaman dan bisa diandalkan. Bagi Clarkson, perbedaan ini bukan kekurangan. Justru ini yang bikin persaingan mereka menarik. Dua mobil yang lahir dari akar motorsport yang sama, tapi memberikan pengalaman yang sangat berbeda.

Kedua mobil ini meninggalkan warisan yang melebihi karir reli mereka. Evo jadi simbol mobil yang siap ngebut di lintasan. Impreza WRX jadi contoh mobil performa yang bisa dipakai sehari-hari. Persaingan mereka selama 20 tahun adalah studi tentang tradeoff: kecepatan dan ketajaman (Mitsubishi) vs kenyamanan (Subaru). Hasilnya? Lahirlah mobil-mobil legendaris yang dicintai di seluruh dunia.

Kalau kamu harus memilih salah satu hari ini, Evo adalah pilihan buat yang pengen merasakan sensasi reli yang mentah dan analog. Impreza WRX buat pengemudi yang pengen ngebut tapi tetap bisa pulang dengan senyum lebar, bukan dengan pantat yang mati rasa. Apa pun pilihannya, jalanan dan sejarah WRC jadi lebih berwarna berkat persaingan mereka.

Previous Post

Kesalahan Traveler: Dampak Kecil, Perubahan Besar di Luar Negeri

Next Post

Respons India: Balas Telak Sindiran Pakistan di Sidang Umum PBB!

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *