Google Gemini di Chrome: Perang Browser AI Dimulai?
Bayangkan ini: masa depan internet di mana browser Anda bukan hanya alat untuk menjelajahi web, tetapi juga bestie AI pribadi Anda. Kedengarannya futuristik? Ya, tapi Mozilla punya sedikit concern soal rencana Google ini.
Google Gemini dan Ambisi Integrasi AI
Google sedang berupaya mengintegrasikan model AI Gemini Nano ke dalam browser Chrome. Ini artinya, developer web bisa membuat aplikasi atau ekstensi browser yang memanfaatkan local version dari Gemini Nano. Pengguna bisa mengunduhnya dan menjalankannya langsung di browser mereka.
Namun, di balik kemudahan ini, ada potensi masalah yang mengintai. Mozilla khawatir dominasi Google di pasar browser dan periklanan akan semakin tak tertandingi. Mereka berpendapat, ini bukan sekadar update fitur biasa.
Inisiatif Google ini melibatkan serangkaian application programming interfaces (APIs) berbasis AI. Beberapa di antaranya sudah tersedia, dan Google terus mengembangkan yang lain. Tujuan utamanya adalah mempermudah pengembangan aplikasi web cerdas yang memanfaatkan kekuatan AI.
Mozilla, bersama pihak lain yang berkepentingan, telah berdiskusi panjang lebar tentang rencana Google ini sejak tahun lalu. Awalnya, sikap mereka adalah "wait-and-see". Tapi, setelah berdiskusi dengan developer Google, posisi mereka berubah menjadi negative.
Mengapa Mozilla Resah? Ancaman Dominasi?
Kekhawatiran utama Mozilla adalah, dengan mendasarkan APIs ini pada Gemini Nano di Chrome, developer akan cenderung membuat aplikasi yang optimized untuk perilaku Gemini. Jika aplikasi tersebut berperilaku berbeda di browser lain yang menggunakan APIs serupa dengan model yang berbeda, developer kemungkinan besar akan lebih memilih Chrome dengan Gemini. Ibaratnya, semua orang jadi ingin pakai template yang sama biar nggak ribet.
Brian Grinstead, senior principal engineer di Mozilla, telah menyampaikan posisi perusahaannya dalam serangkaian post tentang Writing Assistance APIs. Menurutnya, menyatukan Gemini ke dalam Chrome bukan hanya detail teknis kecil. Pilihan model AI oleh browser berpotensi memperburuk pengalaman pengguna di Firefox dan browser lain.
"Kita bisa mencoba mengatasinya dengan menyertakan model built-in Chrome di Firefox, tetapi bukan itu cara kerja web platform, dan ini menunjukkan serangkaian kekhawatiran yang lebih luas tentang persaingan pasar," kata Grinstead.
Browser Wars Jilid Dua: AI sebagai Medan Pertempuran Baru
Ada preseden untuk kekhawatiran Mozilla. Perbedaan perilaku browser telah menyebabkan website merekomendasikan browser tertentu – seperti Microsoft Explorer di tahun 1990-an atau Chrome baru-baru ini – karena lebih mudah bagi pemilik situs untuk meminta penggunaan satu browser daripada membuat kode untuk cara yang berbeda dari setiap browser dalam menampilkan halaman.
Mozilla juga tidak ingin Google menggunakan dominasi pangsa pasar Chrome-nya untuk mencapai keunggulan distribusi di pasar model AI yang sedang berkembang. Ini seperti memberikan advantage pada satu pemain sebelum pertandingan dimulai.
Google sendiri menanggapi argumen Grinstead. Domenic Denicola, seorang software engineer di Google, berpendapat bahwa perusahaan tidak berusaha memilih pemenang dan meminta Grinstead untuk memberikan contoh upaya yang dimaksudkan untuk menghubungkan Gemini ke Chrome, yang kemudian diberikan oleh Grinstead.
Masa Depan Internet: Terpusat atau Terdesentralisasi?
Baik suka atau tidak, penyatuan browser dan AI memperumit pasar browser dan cara kerja ekosistem web. AI Overviews dan AI Mode Google, misalnya, dilaporkan mengalihkan web traffic dari situs berita. Munculnya antarmuka chatbot seperti ChatGPT berarti beberapa pertanyaan yang mungkin ditangani oleh mesin pencari web sekarang dijawab tanpa browser sama sekali.
Anthony Enzor-DeMeo, Firefox SVP, mengatakan bahwa ia melihat browser wars sedang diulang terkait AI. "Saya pikir misi Mozilla dalam hal privasi dan pilihan akan menjadi lebih penting dalam hal AI," katanya. "Yang sedikit saya khawatirkan adalah Anda akan memiliki lebih sedikit pilihan, jika semuanya dikendalikan oleh satu entitas."
Enzor-DeMeo mengatakan dia masih menjajaki bagaimana Firefox akan berinteraksi dengan AI, tetapi dia mengamati dengan cermat model lokal yang dapat disimpan di perangkat dan tidak mengirimkan informasi ke cloud.
Intinya? Integrasi AI ke dalam browser membuka peluang baru yang menarik, tetapi juga menimbulkan pertanyaan serius tentang persaingan, inovasi, dan pilihan pengguna. Apakah kita akan melihat ekosistem yang lebih terpusat dan didominasi oleh satu pemain, atau web yang lebih terbuka dan beragam? Waktu yang akan menjawab.