Pernah merasa hidup ini terlalu lurus dan butuh sedikit belokan ke dimensi lain tanpa harus kena tilang? Nah, selamat datang di dunia neo-psychedelia 90-an dan 2000-an, sebuah era di mana musik bukan cuma didengar, tapi juga dialami. Jika psych-rock klasik adalah pelayaran yang tenang di perairan familiar, maka neo-psychedelia adalah perjalanan kosmik yang bikin pendengarnya bertanya-tanya apakah pilotnya lupa pakai kacamata atau memang sengaja ingin kita nyasar ke galaksi lain. Empat band berikut ini siap jadi pemandu wisata virtual untuk otak, memastikan kekacauan yang terkontrol—atau bahkan yang tidak terkontrol—berkuasa di frekuensi-frekuensi musikal.
Genre ikonik ini mengambil fondasi psych-rock klasik dan memberinya sentuhan ekstra, menambahkan sedikit oomph dan banyak kejutan yang tidak terduga. Ini seperti versi upgrade dari operating system favorit, dengan fitur-fitur baru yang lebih berani dan terkadang sedikit gila. Kekacauan, baik yang direncanakan dengan matang maupun yang muncul begitu saja, menjadi raja di arena ini.
Neo-psychedelia bukan sekadar mengulang formula lama, melainkan mengeksplorasinya lebih jauh, menembus batas-batas sonic yang kadang membuat pendengar terdiam sejenak. Ada yang memilih pendekatan halus, lambat, dan penuh groove yang menenangkan, seolah sedang melayang di atas awan. Namun, ada pula yang berani melancarkan freak-out saksofon improvisasi yang tiba-tiba muncul dan mengambil alih kendali.
Semua elemen ini merupakan bagian dari kolektif psych-rock, sebuah gerakan yang melintasi waktu dan ruang pada level musikal yang tak terbatas. Gerakan ini membuktikan bahwa batas dalam musik hanya ada di imajinasi, dan para musisi ini siap meruntuhkan setiap batasan tersebut. Bersiaplah untuk pengalaman mendengarkan yang akan menggeser persepsi dan mungkin membuat merasa sedikit “oleng” dengan cara yang paling asyik.
Ketika Musik Lawas Kena Upgrade Otak Baru
Dead Meadow, sebuah grup yang terbentuk pada tahun 1998, membuktikan bahwa warisan psych-rock 60-an dan 70-an masih sangat relevan di era baru. Mereka telah merilis tujuh album, dimulai dengan album debut self-titled pada tahun 2000, hingga rilisan terbaru Voyager To Voyager yang dijadwalkan pada Maret 2025. Formasi inti band ini terdiri dari vokalis sekaligus gitaris Jason Simon dan drummer Mark Laughlin, menyusul berpulangnya basis Steve Kille pada tahun 2024.
Pada album debut mereka, alur gitar Simon yang seperti sungai berkelok-kelok terasa mendominasi, ditemani oleh dentuman drum Laughlin yang solid dan bassline Kille yang kaya. Elemen-elemen ini bersatu membentuk sebuah kotak puzzle neo-psychedelia yang secara jelas merefleksikan pendahulunya. Karya mereka mengambil bentuk seperti latar belakang dalam reenactment sejarah kota kecil, memadukan yang lama dan baru sedemikian rupa sehingga mengaburkan batas antara masa lalu dan masa kini.
Resep Rahasia Khruangbin: Bumbu Asia, Rasa Semesta
Khruangbin, trio asal Texas, berhasil menciptakan resep musik yang unik dengan memadukan pengaruh global seperti rock Thailand era 70-an dengan sentuhan neo-psychedelia yang nostalgia. Mereka menciptakan sebuah percampuran funky groove yang memanjakan telinga. Laura Lee Ochoa mengisi posisi bass, Mark Speer di gitar, dan Donald “DJ” Johnson pada perkusi, dengan ketiganya turut menyumbangkan vokal. Pada tahun 2024, mereka merilis album terbaru mereka, A LA SALA.
Secara musikal, instrumental mereka cenderung low and slow, mengalir melalui frasa gitar yang lezat dan bass lick yang lentur. Vokal mereka meluncur dengan mudah, seperti pesawat yang menembus awan tanpa hambatan—dan memang nama band ini secara harfiah diterjemahkan dari bahasa Thailand sebagai “mesin terbang”. A LA SALA adalah album yang sempurna untuk didengarkan ketika tiba di garasi setelah perjalanan panjang, dengan kegelapan malam menekan jendela dan mata yang lelah dari lampu depan lawan arah, seraya berharap untuk segera ambruk di kasur sendiri.
Gorky’s Zygotic Mynci: Psychedelia dengan Senyum Manis
Gorky’s Zygotic Mynci, yang terbentuk di Wales pada tahun 1991, memiliki nama yang terdengar seperti band psychedelic 60-an yang mungkin didengarkan oleh para ayah generasi kita. Namun, suara mereka justru lebih ringan dan lembut, membawa neo-psychedelia ke atmosfer yang lebih menenangkan dan menawan. Band ini dibentuk oleh Euros Childs pada vokal dan keyboard, John Lawrence pada vokal dan gitar, serta Richard James pada bass, dengan beberapa anggota lain yang datang dan pergi. Secara keseluruhan, mereka merilis 12 album studio sebelum bubar pada tahun 2006.
Tampil dalam bahasa Welsh dan Inggris memberikan Gorky’s Zygotic Mynci sentuhan keanehan yang khas, dan mereka memanfaatkan keunikan itu dengan maksimal. Mereka menggabungkan banyak elemen, mulai dari kekacauan yang terkontrol ala Talking Heads (seperti dalam “Poodle Rockin’”) hingga deklarasi lembut dan berbisik (seperti “Stood On Gold”). Dan tentu saja, mereka juga mengemas segala sesuatu di antaranya, menciptakan spektrum suara yang kaya dan beragam.
Raccoo-oo-oon: Bukan Sekadar Musik, Ini Terapi Kejut Otak
Berawal dari Iowa sekitar tahun 2004, Raccoo-oo-oon terlibat dalam eksperimen musik yang sangat berat selama empat tahun singkat masa aktif mereka. Improvisasi liar, ledakan saksofon yang terkesan acak, serta perkusi yang mengisi setiap ruang kosong di otak—di mana sebelumnya orang berpikir tentang tempo yang konsisten dan komposisi. Raccoo-oo-oon jelas merupakan neo-psychedelia dalam bentuknya yang paling liar dan tak terkendali.
Anggota pendiri mereka terdiri dari Andy Spore, Daren Ho, Ryan Garbes, dan Shawn Reed. Album mereka tahun 2005, Behold Secret Kingdom, dibangun di atas fondasi kekacauan dan instrumental freak-outs yang memekakkan telinga. Saksofon menjadi sangat gila di lagu “Invisible Sun,” hampir menenggelamkan vokal yang meraung. Musik mereka memiliki nuansa IDLES yang sedang di bawah pengaruh acid, didukung oleh beberapa musisi yang mungkin dipecat dari band jazz mereka—dan itu benar-benar akan mengubah hidup pendengarnya.
Dari alunan yang tenang dan menggoda hingga ledakan suara yang tak terduga, band-band neo-psychedelia dari era 90-an dan 2000-an ini telah membuktikan bahwa musik adalah sebuah kanvas tanpa batas. Mereka tidak hanya mengusung genre ikonik ini, tetapi juga memberinya napas baru, energi yang membakar, dan kekacauan yang disengaja. Ini adalah bukti bahwa eksplorasi sonik tak pernah usai, dan selalu ada ruang untuk petualangan baru di setiap frekuensi yang kita dengar.