Siapa bilang musisi tidak bisa punya complicated relationship? Sama seperti kita dengan mantan, kadang cinta, kadang benci, tapi lagunya tetap didengar. Kali ini, mari kita bedah hubungan unik antara Nick Cave dan Morrissey, dua ikon musik yang punya pandangan dunia yang…ehem…berbeda.
Dilema Musikal: Mengagumi Karya, Mengabaikan Kontroversi?
Dunia musik sering kali menawarkan paradoks: bagaimana kita memisahkan karya seni dari pembuatnya, terutama ketika sang seniman punya pandangan yang kontroversial? Pertanyaan ini semakin relevan di era digital, di mana setiap opini terpampang nyata di media sosial. Nick Cave, musisi legendaris dengan lirik yang mendalam dan gaya yang khas, kembali menyuarakan kekagumannya pada Morrissey, vokalis The Smiths yang dikenal dengan lirik puitis namun juga pandangan politiknya yang kontroversial.
Sejak lama, Nick Cave tidak sungkan memuji karya-karya Morrissey. Hal ini menjadi perhatian karena Morrissey sendiri kerap kali terlibat dalam kontroversi, termasuk dukungannya terhadap partai politik sayap kanan yang rasis. Pada tahun 2019, Morrissey bahkan memakai pin yang mendukung partai tersebut saat tampil di acara The Tonight Show.
Meskipun demikian, Cave pernah menulis, "Apapun kegilaan yang mungkin dia (Morrissey) ajukan, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dia telah menulis katalog yang luas dan luar biasa, yang telah meningkatkan kehidupan banyak penggemarnya di luar pengakuan." Ini menunjukkan bahwa bagi Cave, nilai musik Morrissey melampaui pandangan politiknya.
Kisah Ditolaknya Nick Cave: ‘No' untuk Anti-Woke
Dalam newsletter terbarunya, The Red Hand Files, Cave kembali membahas kekagumannya pada musik Morrissey. Namun, yang menarik, ia juga mengungkapkan bahwa ia menolak tawaran untuk menyanyi dalam lagu baru Morrissey. Mengapa? Ternyata, lagu tersebut berisi "kritik anti-woke yang tidak perlu provokatif dan agak konyol" di atas intro bouzouki ala Yunani yang panjang.
Cave menjelaskan bahwa ia setuju dengan sentimennya pada tingkat tertentu, tetapi itu bukan gayanya. Ia lebih memilih untuk menjauhkan politik, baik budaya maupun lainnya, dari musik yang ia terlibat. Menurutnya, hal itu memiliki efek yang mengurangi dan bertentangan dengan apa pun yang ingin ia capai. Fair enough, ya kan?
Politik vs. Seni: Batasan yang Kabur
Keputusan Nick Cave untuk menolak tawaran Morrissey menimbulkan pertanyaan menarik: Seberapa jauh seharusnya seorang seniman membiarkan pandangan politiknya memengaruhi karyanya? Apakah mungkin untuk benar-benar memisahkan seni dari politik, terutama di era saat ini?
Beberapa orang berpendapat bahwa seniman memiliki tanggung jawab untuk menggunakan platform mereka untuk menyuarakan pendapat mereka tentang isu-isu sosial dan politik. Yang lain berpendapat bahwa seni seharusnya murni dan tidak tercemar oleh agenda politik. Lalu, bagaimana cara yang tepat?
Cave sendiri tampaknya percaya bahwa musik memiliki kekuatan untuk melampaui perbedaan politik dan budaya. Ia mengatakan bahwa musik dapat "mengisi kekosongan, membuat kita merasa utuh dan tidak terlalu ditinggalkan." Ia percaya bahwa musik Morrissey, terlepas dari bagaimana sinis dan tidak puasnya lagu-lagunya kadang-kadang, melakukan hal itu dengan tepat, mengarahkan kita menuju apa yang benar.
YHWH Nailgun: Rekomendasi Anti-Mainstream dari Nick Cave
Selain membahas Morrissey, Cave juga memberikan rekomendasi musik yang menarik: band muda bernama YHWH Nailgun. Ia menyebut band tersebut "benar-benar luar biasa." Jadi, kalau kamu bosan dengan lagu-lagu mainstream yang itu-itu saja, mungkin YHWH Nailgun bisa menjadi angin segar di playlist kamu.
Musik Sebagai Pelarian atau Cerminan?
Pada akhirnya, hubungan rumit antara Nick Cave dan Morrissey mengingatkan kita bahwa seni dan politik sering kali terjalin erat. Kita sebagai pendengar memiliki pilihan untuk menerima atau menolak karya seorang seniman berdasarkan pandangan politik mereka. Namun, penting untuk diingat bahwa musik memiliki kekuatan untuk menghubungkan kita, bahkan dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sangat berbeda.
Apakah musik seharusnya menjadi pelarian dari realitas politik atau cerminan dari realitas itu sendiri? Jawabannya mungkin berbeda untuk setiap orang. Tapi yang pasti, musik selalu menjadi medium yang kuat untuk mengekspresikan diri dan terhubung dengan orang lain.
Jadi, sambil mendengarkan lagu-lagu favoritmu, jangan lupa untuk berpikir kritis tentang pesan yang disampaikan dan bagaimana pesan itu memengaruhi cara kamu melihat dunia. Siapa tahu, kamu bisa menemukan sesuatu yang baru dan mengejutkan! Ingat, stay woke, tapi jangan lupa juga untuk menikmati musiknya. 😉