Dulu, musik itu rumit. Sekarang? Kita punya vaporwave, sebuah genre yang lahir dari internet dan tumbuh subur di sana. Bayangkan sebuah dunia di mana nostalgia bertemu dengan teknologi, menghasilkan suara yang membuatmu merasa familiar sekaligus asing. Pernah dengar? Kalau belum, siap-siap terkejut!
Eksplorasi Suara: Dari Eccojams ke Vaporwave
Semuanya dimulai dengan Eccojams, sebuah proyek yang sedikit aneh tapi sangat berpengaruh. Di balik proyek ini ada nama Daniel Lopatin, atau lebih dikenal sebagai Oneohtrix Point Never. Ia menciptakan musik yang terdengar seperti kaset rusak dari era 80-an, di mana pop culture bertemu dengan kegagalan teknologi. Singkatnya, Eccojams adalah blueprint untuk vaporwave.
Dari Eccojams, munculah para pengikut, seperti Laserdisc Visions dan New Dreams Ltd., keduanya adalah alter ego dari produser asal Portland, Vektroid. Namun, fenomena ini dengan cepat bermetamorfosis menjadi "vaporwave," sebuah kolase musik slowpoke yang menjarah era 80-an dan 90-an untuk R&B, smooth jazz, Japanese pop, muzak, video game, dan efek suara Microsoft.
Meskipun banyak yang menyebut chillwave atau hypnogogic pop sebagai kelahiran musik "too-online," vaporwave adalah mikrogenre internet pertama yang sesungguhnya. Ini adalah komunitas mandiri yang diabaikan oleh banyak pengamat musik besar, kecuali e-zines dan vloggers. Komunitas vaporwave justru berkembang pesat di subreddit dan Last.fm scrobbles, menjadi dapur pengujian untuk mikroskopi aneh selama 15 tahun berikutnya, mulai dari yang singkat (seperti "seapunk," "mallsoft," "dariacore") hingga yang tektonik (seperti Haunted Mound/Bladee/TeamSESH).
Musik ini tidak lahir di studio rekaman mewah, tapi di forum online dan platform streaming. Dari situlah, vaporwave menemukan audiensnya, membangun komunitas yang lebih memilih aesthetic daripada aturan baku industri musik. Ini adalah musik untuk mereka yang merindukan masa lalu, tapi tidak ingin terjebak di sana.
Fenomena ini menunjukkan bahwa keindahan bisa ditemukan di tempat yang tak terduga. Drafthouse Films menggali film-film genre kitsch era 80-an seperti film 3D Western Comin’ at Ya! (1981) dan film musikal karate Miami Connection (1987). Reissue label Light in the Attic beralih dari Betty Davis dan Rodríguez untuk berhasil merekontekstualisasi soft rock, adult contemporary, kaset new age, dan Japanese AOR.
Efeknya terasa jauh melampaui musik. Era "uncanny ’80s" dieksplorasi dalam film-film seperti komedi aneh Brigsby Bear, horor psikedelik Mandy, dan nü-slasher MaXXXine. Era "uncanny ’90s" berikutnya hadir dengan film-film seperti Skinamarink dan I Saw the TV Glow. Tradisi rakyat dari Eccojam terus hidup hampir tak dikenali dalam video YouTube yang disebut "slowed + reverb," di mana versi slowpoke dari lagu-lagu cinta Hindi mendapat puluhan juta penayangan.
Kritik Pasar atau Nostalgia Murni?
Banyak kritikus dan teoretikus melihat Eccojams dan vaporwave sebagai kritik terhadap pasar. Simon Reynolds, dalam bukunya Retromania, mengatakan bahwa vaporwave mengungkapkan "utopianisme terpendam dalam komoditas kapitalis." Tapi, apakah sesederhana itu?
Menurut Lopatin, Eccojams adalah katarsis. Ia menciptakan musik ini ketika mendengar sesuatu dalam musik pop dan merasa ingin mendengarkannya berulang-ulang. Sebuah Eccojam adalah perayaan hal yang tak terlukiskan. Mirip dengan ASMR, film horor, video kucing, rage bait, atau pornografi, Eccojam adalah media fungsional yang dikalibrasi dengan cermat untuk membangkitkan sensasi tertentu.
Menjelajahi Rasa Tanpa Tempat
Sebuah Eccojam atau lagu vaporwave memberi pendengar rasa placelessness, dengan kesadaran bahwa "placelessness" masih merupakan tempat menarik yang ingin Anda kunjungi. Ini adalah musik yang membuatmu merasa seperti sedang berada di pusat perbelanjaan yang sepi di tengah malam, atau di lobi hotel yang tak berpenghuni di era 90-an. Aneh, tapi menarik.
"The sublime is located in all times and across all brows at once," kata Lopatin, menentang "timbral fascism" yang tidak membiarkan musisi synth menggunakan efek chorus tanpa terkesan cheesy. Dengan Eccojams, Lopatin menggunakan teknologi bit-compressed masa kini untuk mengekstrak sublime dari tumpukan sampah masa lalu, dan memberikan instruksi tentang cara mengaksesnya di masa depan.
Memahami Daya Tarik Vaporwave: Lebih dari Sekadar Musik
Jadi, apa yang membuat vaporwave begitu menarik? Mungkin karena ia menawarkan pelarian dari kenyataan. Atau mungkin karena ia mengingatkan kita pada masa lalu yang kita rindukan, meskipun masa lalu itu tidak pernah benar-benar ada. Apapun alasannya, vaporwave adalah fenomena budaya yang patut diperhatikan.
Musik vaporwave sering kali lambat dan bernuansa dreamy, menggunakan sampel dari musik pop era 80-an dan 90-an. Bayangkan lagu Madonna yang diputar di slow motion dengan tambahan efek reverb dan delay. Hasilnya adalah suara yang unik dan atmosferik, sering kali diiringi oleh visual yang glitchy dan retro.
Singkatnya, vaporwave bukan hanya tentang musik, tapi juga tentang aesthetic, community, dan nostalgia. Ini adalah genre yang menantang norma-norma industri musik dan menawarkan perspektif baru tentang bagaimana kita mendengarkan dan mengapresiasi musik. Apakah ini hanya tren sesaat? Mungkin saja. Tapi, untuk saat ini, mari nikmati perjalanan melintasi ruang dan waktu yang ditawarkan oleh vaporwave. Jangan lupa cek genre lain seperti future funk, yang mengambil inspirasi dari vaporwave dengan sentuhan lebih upbeat.
Intinya? Vaporwave adalah pengingat bahwa kreativitas bisa ditemukan di mana saja, bahkan di dalam file audio yang rusak dan nostalgia yang kita lupakan. Jadi, lain kali kamu merasa bosan dengan musik mainstream, coba dengarkan vaporwave. Siapa tahu, kamu akan menemukan sesuatu yang baru dan menarik.