Siapa bilang level up itu kuno? Di dunia game Massively Multiplayer Online (MMO), perdebatan tentang vertical progression alias peningkatan level terus berlanjut. Apakah sistem ini masih relevan, atau justru jadi beban bagi para gamer di era serba cepat ini? Mari kita bedah lebih dalam!
Vertical progression adalah sistem di mana pemain meningkatkan kekuatan karakter mereka secara bertahap, biasanya melalui peningkatan level, gear yang lebih kuat, atau skill baru. Bayangkan tangga tak berujung yang harus terus dipanjat. Dulu, sistem ini sangat populer, tapi kini banyak yang mempertanyakan keberlanjutannya.
Asal Usul Vertical Progression di Dunia MMO
Jauh sebelum metaverse dan NFT, vertical progression adalah fondasi utama banyak MMO klasik. EverQuest, misalnya, berhasil karena minimnya pesaing dan fokus yang kuat pada peningkatan karakter. World of Warcraft (WoW), di sisi lain, mencuri perhatian dengan menggabungkan vertical progression dengan solo gameplay yang lebih ramah.
Namun, model ini tidak sempurna. Power creep, di mana kekuatan karakter terus meningkat, memaksa pengembang untuk terus merilis konten baru agar pemain tetap tertantang. Ini seperti mengejar bayangan sendiri, melelahkan dan kadang bikin frustrasi. Lihat saja bagaimana Lord of the Rings Online (LOTRO) berulang kali melakukan rework class untuk menyeimbangkan permainan.
Kenapa Vertical Progression Jadi Kontroversi?
Salah satu kritiknya adalah vertical progression bisa terasa seperti “kotak Skinner” yang membuat pemain ketagihan tanpa memberikan pengalaman yang benar-benar memuaskan. Membutuhkan puluhan jam untuk mendapatkan gear yang lebih baik seringkali terasa lebih seperti pekerjaan daripada hiburan. Bayangkan harus grinding selama 30 jam hanya untuk membuka raid yang seru. Mending nonton Netflix, kan?
Selain itu, vertical progression bisa memberikan ilusi keahlian. Pemain dengan gear yang lebih bagus mungkin bisa mengalahkan pemain yang lebih terampil, hanya karena stats mereka lebih tinggi. Ini seperti balapan mobil di mana yang menang bukan pengemudi terbaik, tapi mobil termahal. Skill jadi nomor dua, dompet jadi nomor satu.
Horizontal Progression: Alternatif yang Menggoda
Sebagai alternatif, banyak MMO modern mengadopsi horizontal progression, di mana pemain mendapatkan kekuatan melalui cara lain selain peningkatan level dan gear. Ini bisa berupa skill baru, opsi customization karakter, atau konten cerita yang lebih dalam. Guild Wars 2 adalah contoh bagus, di mana fokusnya lebih pada eksplorasi dunia dan pengembangan karakter daripada grinding gear.
Horizontal progression menawarkan lebih banyak kebebasan dan fleksibilitas. Pemain bisa fokus pada aspek permainan yang mereka nikmati, tanpa merasa terpaksa untuk terus meningkatkan stats. Ini seperti prasmanan, di mana Anda bisa memilih makanan yang Anda suka, bukan dipaksa makan semua yang ada di menu.
Kombinasi Ideal: Vertical vs. Horizontal Progression
Lalu, mana yang lebih baik? Jawabannya, seperti banyak hal dalam hidup, tidak sesederhana itu. Banyak pengembang percaya bahwa kombinasi antara vertical dan horizontal progression adalah solusi terbaik. Final Fantasy XIV (FFXIV) adalah contoh sukses, di mana vertical progression dijaga tetap terkendali dan terintegrasi dengan konten yang lebih luas.
FFXIV berhasil karena tidak membiarkan pemain terlalu jauh tertinggal satu sama lain. Peningkatan kekuatan dijaga dalam rentang yang sempit, dan konten lama tetap relevan. Ini seperti arisan, di mana semua orang dapat bagian, tidak hanya yang punya koneksi atau modal besar.
Masa Depan Vertical Progression di MMO
Lantas, bagaimana masa depan vertical progression? Beberapa pengembang bereksperimen dengan sistem rebirth, di mana pemain bisa “mereset” karakter mereka kembali ke level 1 setelah mencapai level maksimum, dengan imbalan perk tambahan. Ini seperti New Game Plus di game single-player, memberikan insentif untuk terus bermain tanpa merasa terjebak dalam grind.
Yang terpenting adalah menciptakan sistem yang sustainable dan tidak membuat pemain merasa bosan atau frustrasi. Vertical progression harus menjadi bagian dari pengalaman yang lebih luas dan bermakna, bukan hanya tujuan akhir itu sendiri.
Apakah Vertical Progression Akan Bertahan? Sebuah Refleksi
Pada akhirnya, pertanyaan tentang keberlanjutan vertical progression lebih dari sekadar masalah desain game. Ini tentang bagaimana kita menghargai waktu dan energi kita. Apakah kita ingin menghabiskan ratusan jam untuk mengejar angka yang terus bertambah, atau kita lebih suka menjelajahi dunia yang luas dan berinteraksi dengan pemain lain? Jawabannya ada di tangan kita, para gamer. Jadi, next time kamu main MMO, coba tanyakan pada diri sendiri: apakah kamu benar-benar menikmati pendakian ini, atau hanya merasa terpaksa untuk terus memanjat? Siapa tahu, jawabannya bisa mengejutkanmu.