Dark Mode Light Mode

Ozzy Ingin Berhubungan Seks denganmu: Zak Starkey Ungkap Penyesalan Tak Jadi Drummer Black Sabbath di Reuni 2011

Oke, siap! Berikut adalah artikel yang kamu minta:

Siapa yang nggak kenal Black Sabbath? Legenda heavy metal ini sudah menggetarkan dunia musik sejak lama. Tapi, pernahkah kamu membayangkan siapa yang seharusnya duduk di balik drum untuk reuni mereka di tahun 2011? Jawabannya mungkin akan membuatmu tercengang: Zak Starkey. Yep, anak dari Ringo Starr, drummer The Beatles, hampir menggebuk drum untuk Sabbath. Tapi, seperti plot twist di film-film, semua tidak berjalan sesuai rencana.

Kisah ini bermula jauh sebelum reuni Black Sabbath itu sendiri. Zak Starkey, meski punya darah The Beatles yang kental, sudah lama dikenal sebagai drummer rock papan atas. Ia pernah mengisi posisi penting di band-band besar seperti The Who dan Oasis. Jadi, kalau soal pengalaman dan skill, no doubt lah.

Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa Zak Starkey nggak langsung mengiyakan tawaran emas ini? Bayangkan saja, kesempatan untuk manggung bersama salah satu band metal paling berpengaruh di dunia. Pasti jadi highlight di CV, kan?

Nah, di sinilah drama dimulai. Zak Starkey ternyata punya alasan yang cukup kuat untuk menolak tawaran tersebut. Alasan ini bukan soal perbedaan genre musik, gengsi, atau uang. Melainkan, sebuah penyesalan yang mungkin akan menghantuinya seumur hidup.

Sebelum kita masuk lebih dalam ke alasan Zak Starkey menolak Black Sabbath, mari kita sedikit flashback ke dunia musik rock. Kita semua tahu kalau menjadi seorang session player atau drummer pengganti di band besar bukanlah perkara mudah.

Dibutuhkan adaptasi cepat, skill yang mumpuni, dan kemampuan untuk menyatu dengan chemistry band yang sudah terbangun bertahun-tahun. Zak Starkey jelas punya semua itu. Tapi, ada satu hal yang lebih penting dari sekadar kemampuan teknis: loyalitas.

Dan, loyalitas inilah yang menjadi kunci dari kisah penolakan Zak Starkey terhadap Black Sabbath.

Dilema Loyalitas: Zak Starkey dan The Who

Momen penolakan Black Sabbath terjadi bersamaan dengan komitmen Zak Starkey untuk The Who. Saat itu, ia sudah menjadi bagian penting dari band legendaris tersebut.

“Saya saat itu sangat involve dengan The Who,” ungkap Zak Starkey dalam sebuah wawancara. Ia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk tetap setia kepada band yang sudah ia bela selama bertahun-tahun.

So, what’s the big deal? Mungkin sebagian dari kamu berpikir, toh Black Sabbath cuma reuni sementara. Tapi, bagi Zak Starkey, ini bukan soal sementara atau tidak. Ini soal prinsip. Ia tidak ingin meninggalkan The Who begitu saja demi proyek sampingan. Bahkan jika proyek itu adalah Black Sabbath.

Keputusan ini memang berat. Di satu sisi, ada kesempatan emas untuk bermain dengan legenda metal. Di sisi lain, ada loyalitas kepada band yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Talk about a Sophie’s Choice moment, kan?

Penyesalan Abadi: “Ozzy Ingin Berhubungan Seks Denganmu!”

Ironisnya, Zak Starkey mengakui bahwa ia menyesali keputusannya menolak Black Sabbath. Ia bahkan mengingat percakapan lucu dengan Ozzy Osbourne, yang dengan gaya khasnya mengatakan, “Ozzy ingin berhubungan seks denganmu!” (tentu saja, ini hanya candaan).

Penyesalan ini bukan hanya soal melewatkan kesempatan manggung dengan Black Sabbath, tapi juga soal chemistry yang mungkin bisa ia bangun dengan para personel band. Siapa tahu, Zak Starkey bisa membawa warna baru ke musik Sabbath.

Bisa dibayangkan dong bagaimana rasanya menjadi Zak Starkey saat itu? Di satu sisi ada kesempatan yang sangat menggiurkan, di sisi lain ada rasa tanggung jawab yang besar. Sebuah dilema klasik yang sering dihadapi oleh para musisi.

Pelajaran Berharga: Prinsip vs. Kesempatan

Kisah Zak Starkey dan Black Sabbath mengajarkan kita tentang pentingnya memegang teguh prinsip, terutama dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan kesempatan. Terkadang, kesempatan yang paling menggiurkan bukanlah yang terbaik untuk kita.

Intinya, trust your gut dan pertimbangkan semua aspek sebelum membuat keputusan besar. Loyalitas, prinsip, dan kesempatan harus seimbang. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena salah memilih.

Well, meskipun Zak Starkey nggak jadi gebuk drum untuk Black Sabbath, namanya tetap harum di dunia musik rock. Ia tetap menjadi salah satu drummer paling dihormati dan dicari. Jadi, buat kamu yang lagi bingung memilih antara prinsip dan kesempatan, ingatlah kisah Zak Starkey. Semoga membantu!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Gelang Pintar Meta: Kontrol Perangkat Masa Depan ala Minority Report

Next Post

Memastikan Program Bantuan Tepat Sasaran Melalui Identitas Digital di Indonesia, Brasil, India