Ozzy Osbourne, sang Paranoid, dan entah bagaimana caranya, dia sendiri ternyata tak kebal dari masalah kesehatan. Kabar duka menyelimuti dunia musik: Ozzy Osbourne, sang “Prince of Darkness,” telah berpulang pada usia 76 tahun. Lebih dari sekadar legenda heavy metal, Ozzy adalah fenomena budaya, dari menggigit kepala kelelawar hingga menjadi bapak yang (kadang) kebingungan di acara reality TV. Dunia kehilangan ikon, tapi warisannya… well, mari kita bahas.
Dari Aston ke Absurditas: Awal Mula Legenda Ozzy
John Michael Osbourne lahir di Aston, Birmingham, Inggris. Masa kecilnya jauh dari gemerlap panggung. Disleksia membuatnya kesulitan di sekolah, dan sebelum Black Sabbath mendunia, ia sempat merasakan dinginnya jeruji besi karena kasus pencurian kecil-kecilan. Siapa sangka, anak laki-laki yang dulunya berurusan dengan hukum, kelak akan menjadi pembangun hukum baru di dunia musik?
Black Sabbath mengubah segalanya. Dengan riff berat dan lirik kelam, mereka menciptakan genre baru dan menjadi pelopor heavy metal. Lagu-lagu seperti Paranoid, War Pigs, dan Iron Man bukan hanya sekadar lagu; mereka adalah soundtrack bagi generasi yang merasa tidak cocok dengan norma. Bahkan setelah dikeluarkan dari band karena gaya hidupnya yang… ehem, “penuh warna”, Ozzy bangkit sebagai artis solo.
Debut solonya, Blizzard of Ozz, langsung meledak. Crazy Train, dengan riff gitar ikoniknya, menjadi anthem yang akan terus menggema di telinga para penggemar musik rock. Ozzy membuktikan bahwa dirinya bukan hanya sekadar vokalis Black Sabbath; ia adalah kekuatan kreatif yang mandiri. Album-album selanjutnya semakin memantapkan posisinya sebagai rock star papan atas.
Lebih dari Sekadar Musik: Kehidupan dan Kontroversi
Namun, ketenaran Ozzy tidak hanya berasal dari musiknya. Aksinya di atas panggung, seperti melempar daging mentah ke penonton dan insiden gigit kelelawar (yang menurutnya dikira mainan), membuatnya menjadi sorotan media. Kontroversi seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari persona Ozzy Osbourne. Tapi, hey, kalau tidak kontroversial, bukan Ozzy namanya!
Terlepas dari semua kontroversi dan gaya hidup yang seringkali di luar kendali, Ozzy tetaplah seorang entertainer sejati. Ia tidak pernah takut untuk menjadi dirinya sendiri, bahkan jika itu berarti melanggar norma-norma yang ada. Dan mungkin itulah yang membuat banyak orang merasa terhubung dengannya.
Yang juga menarik, di era modern, Ozzy berhasil rebranding dirinya lewat The Osbournes. Acara reality TV ini menampilkan sisi lain dari seorang Ozzy Osbourne: seorang suami dan ayah yang berusaha memahami (dan kadang kewalahan dengan) keluarganya. Acara ini membuatnya semakin dikenal dan dicintai oleh generasi baru.
Parkinsonism dan Perjuangan Melawan Penyakit
Pada tahun 2020, Ozzy mengumumkan bahwa dirinya didiagnosis dengan Parkinsonism atau Parkin 2, sebuah gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerakan. Pengumuman ini mengejutkan banyak penggemar, tetapi Ozzy tetap tegar dan bertekad untuk terus berkarya. Ia bahkan mengungkapkan kekhawatiran akan penyakit emfisema yang dideritanya, yang membuatnya rentan terhadap COVID-19.
Kondisi kesehatan Ozzy Osbourne memang mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Namun, semangatnya untuk bermusik dan menghibur penggemar tidak pernah padam. Ia terus tampil di atas panggung, bahkan merilis album baru, membuktikan bahwa rock ‘n’ roll itu abadi, sama seperti dirinya.
“The Final Show”: Perpisahan yang Pahit Manis
Pada 5 Juli lalu, Ozzy tampil bersama Black Sabbath dalam konser yang ia sebut sebagai “pertunjukan terakhirnya”. Konser tersebut dihadiri oleh 42.000 penggemar di Birmingham, kota kelahirannya. Metallica, Guns N Roses, dan banyak band besar lainnya turut memeriahkan acara tersebut.
Konser tersebut menjadi momen yang sangat emosional bagi Ozzy dan para penggemarnya. Setelah puluhan tahun berkarya, ia akhirnya mengucapkan selamat tinggal kepada panggung yang telah membesarkan namanya. “Let the madness begin!” ujarnya sebelum memulai pertunjukan. Sebuah kutipan yang sangat Ozzy Osbourne.
Warisan Sang Pangeran Kegelapan: Abadi dalam Musik
Ozzy Osbourne meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi dunia musik. Ia telah menginspirasi banyak musisi dan penggemar dengan musiknya yang keras, liriknya yang jujur, dan kepribadiannya yang unik. Dua kali masuk Rock & Roll Hall of Fame, sekali bersama Black Sabbath dan sekali sebagai artis solo, adalah bukti nyata kontribusinya bagi dunia musik.
Lagu-lagu Ozzy Osbourne akan terus menggema di radio dan di hati para penggemarnya. Ia adalah ikon, legenda, dan pangeran kegelapan yang tidak akan pernah terlupakan. Mungkin, di suatu tempat di alam semesta, Ozzy sedang tertawa, melemparkan daging mentah ke para malaikat, dan berkata, “Saya bukan setan, saya hanya John Osbourne dari Aston yang mencari kesenangan!”
Ozzy Forever: Sebuah Penghormatan Terakhir
Kepergian Ozzy Osbourne meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, teman, dan para penggemarnya di seluruh dunia. Sharon Osbourne, istrinya yang juga manajernya, serta anak-anaknya, Jack, Kelly, dan Aimee, ditinggalkan dengan kenangan indah tentang seorang pria yang penuh cinta dan kehidupan.
Ucapan belasungkawa pun mengalir dari berbagai kalangan, mulai dari musisi, selebriti, hingga politisi. Elton John menyebutnya sebagai “teman dekat dan trailblazer yang mengamankan tempatnya di jajaran dewa rock”. Rod Stewart mengucapkan “tidur nyenyak” dan bercanda akan bertemu dengannya “nanti, bukan sekarang”.
Dunia telah kehilangan salah satu tokoh musik paling berpengaruh dan menghibur. Namun, semangat dan warisan Ozzy Osbourne akan terus hidup melalui musiknya. Ia membuktikan bahwa menjadi berbeda itu bukan masalah, bahkan bisa menjadi kekuatan. Dan hei, jika suatu saat nanti ada kelelawar yang terbang ke arahmu, mungkin sebaiknya jangan digigit. Mungkin.
Ozzy, you were truly one of a kind.