Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Pameran Adat Keylong Berakhir, Tinggalkan Jejak Budaya Cemerlang

Bayangkan sebuah festival budaya yang tidak hanya memukau mata dengan tarian tradisional dan kostum yang gemerlap, tetapi juga berhasil mengalahkan musuh bebuyutan umat manusia: sampah plastik! Di tengah gelombang acara yang seringkali berakhir dengan gunungan limbah, Festival Tribal Fair di Keylong, Lahaul-Spiti, justru muncul sebagai _plot twist_ yang bikin semua orang geleng-geleng kepala. Mereka membuktikan bahwa kemegahan budaya bisa bersanding mesra dengan komitmen lingkungan, menjadikannya sebuah pesta rakyat yang lebih “Next Level” dari ekspektasi, bahkan mungkin lebih ramah lingkungan daripada kebun belakang rumah tetangga.

## Ketika Tradisi Berani Berdandan Modern

Festival tiga hari yang baru saja berakhir di Keylong, Lahaul-Spiti ini, sukses besar dengan kemegahan dan antusiasme yang menular. Kiran Bhadana, sang DC Lahaul-Spiti, turut hadir sebagai _chief guest_ pada malam penutupan, Sabtu lalu, menyaksikan langsung puncak perayaan. Acara ini bukan sekadar kumpul-kumpul biasa, tetapi menjadi tonggak sejarah yang patut dicatat.

Biasanya, festival budaya identik dengan pertunjukan yang _itu-itu_ saja, tapi kali ini ada _upgrade_ besar. Festival Tribal Fair tahun ini mencatat sejarah baru dengan memperkenalkan sejumlah kompetisi yang belum pernah ada sebelumnya. Ada Tribal Queen, Tribal King, dan Grihalakshmi, yang langsung mencuri perhatian banyak pihak.

Kompetisi-kompetisi tersebut sukses menyedot partisipasi aktif dari pemuda dan wanita lokal. Mereka tidak hanya adu bakat, tetapi juga menyajikan perpaduan seni, keindahan, dan tradisi yang memukau. Kehadiran kontes ini berhasil menambah dimensi segar dan menyuntikkan energi baru ke dalam suasana festival.

Festival ini bukan hanya _landmark_ karena kompetisinya yang kekinian. Ia juga menjadi _trendsetter_ di Himachal Pradesh dengan pendekatannya yang ramah lingkungan dan bebas limbah. Para penyelenggara dengan tegas melarang penggunaan plastik sekali pakai, sebuah langkah berani di era konsumsi massal ini.

Mereka juga menyediakan stasiun pengisian air minum _refillable_ di berbagai sudut lokasi, memastikan pengunjung tidak perlu membeli botol air kemasan. Penggunaan material _biodegradable_ seperti piring daun juga sangat dianjurkan. Praktik ini secara langsung mengurangi jejak karbon festival secara signifikan.

Untuk memastikan segalanya berjalan lancar, para relawan diterjunkan di seluruh area festival. Mereka bertugas menjaga kebersihan dan menyebarkan kesadaran tentang praktik berkelanjutan. Ini membuktikan bahwa sebuah festival besar bisa berjalan tanpa harus meninggalkan warisan sampah yang memprihatinkan.

## Panggung Budaya yang Bikin Geleng-Geleng Kepala

Malam puncak acara diawali dengan penampilan anggun dari Mahila Mandal Goshal, memukau penonton dengan keindahan gerak. Kemudian, panggung menjadi lebih hidup dengan tarian tradisional Chartse Pigeon Dance dari Lasol Cultural Institute. Nuansa kebudayaan lokal terasa begitu kental, membawa penonton pada sebuah perjalanan artistik yang mendalam.

Energi festival semakin meledak dengan penampilan dari NZCC, Palden, dan Furbu Chuksa Negi. Mereka menyajikan beragam pertunjukan yang kaya akan ekspresi dan detail. Penonton disuguhi perpaduan harmoni dan koreografi yang memukau, membuat setiap momen terasa berharga.

Puncaknya, Abhaya Band, Birbal Kinnaura, Padma Dolkar, dan Ramesh Thakur hadir dengan aksi panggung yang memukau. Pertunjukan mereka berhasil menjaga antusiasme penonton hingga detik-detik terakhir. Suasana di arena festival menjadi sangat meriah, dipenuhi sorak-sorai dan tepuk tangan meriah.

## Misi Mulia Sang DC: Budaya, Lingkungan, dan Kesatuan

Dalam sambutannya, DC Bhadana menggambarkan festival ini sebagai “jiwa budaya Lahaul dan contoh unik konservasi lingkungan.” Pernyataannya menyoroti betapa pentingnya menjaga warisan leluhur sekaligus peduli terhadap alam. Festival ini memang berhasil menunjukkan sinergi antara tradisi dan keberlanjutan.

Beliau juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua departemen dan individu yang berkontribusi pada kesuksesan acara. Nama-nama seperti SDM Akanksha Sharma, Asisten Komisioner-cum-PO ITDP Kalyani Tiwana, dan DSP Rashmi Sharma beserta tim kepolisiannya disebut sebagai pahlawan di balik layar. Tanpa kerja keras mereka, kemegahan festival ini mungkin tidak akan terwujud.

DC Bhadana menekankan bahwa festival ini mencerminkan rasa hormat yang mendalam terhadap warisan _tribal_. Pada saat yang sama, ia juga mempromosikan nilai-nilai _eco-conscious_ yang sangat relevan di masa kini. Ini menunjukkan bahwa tradisi tidak harus statis, melainkan bisa berkembang seiring dengan isu-isu global.

## Kolaborasi Epik yang Bikin Festival Makin Kece

Partisipasi aktif dari berbagai pihak, mulai dari badan-badan lokal hingga asosiasi perdagangan, hotel, dan klub wanita serta pemuda, turut menyukseskan acara. Forum seni, turis, dan penduduk setempat juga tidak ketinggalan ikut memeriahkan suasana. Semua elemen masyarakat bergabung, menjadikan festival ini perayaan yang benar-benar inklusif.

DC Bhadana menambahkan bahwa festival tiga hari ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan kuat. Pesan tersebut mencakup pelestarian budaya, persatuan sosial, dan tanggung jawab lingkungan. Ini adalah _masterclass_ tentang bagaimana sebuah festival bisa menjadi media edukasi dan inspirasi.

Festival _tribal_ tahun 2025 telah secara kokoh menempatkan Lahaul-Spiti sebagai pusat budaya _eco-conscious_ dan model inspiratif. Daerah ini telah membuktikan kemampuannya dalam menjaga seni dan warisan _tribal_. Festival ini meninggalkan kenangan indah dan visi berkelanjutan untuk masa depan, menunjukkan bahwa perayaan bisa jadi lebih dari sekadar pesta semata.

Previous Post

Terence Stamp (Zod) Tutup Usia: Kneel Before Zod Jadi Legenda

Next Post

Keylong Rayakan Budaya: Festival Suku Tinggalkan Jejak

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *