Dark Mode Light Mode

Pameran di Museum Top Ubud Kenalkan Warisan Seni Bali ke Generasi Baru Turis

Siapa bilang museum itu membosankan? Siapkan diri Anda untuk menyelami kekayaan seni dan budaya Bali di Museum ARMA, Ubud, karena ada pameran yang benar-benar keren sedang berlangsung!

Museum ARMA, permata tersembunyi di jantung Ubud, saat ini menjadi rumah bagi pameran yang merayakan seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam seni Bali modern. Pameran ini bukan hanya sekadar kumpulan lukisan; ini adalah perjalanan melalui sejarah, budaya, dan warisan abadi.

Siapakah Walter Spies dan Mengapa Ulang Tahunnya Dirayakan?

Pameran berjudul "ROOTS" ini memperingati 100 tahun Walter Spies di Bali. Walter Spies, seorang seniman Jerman yang jatuh cinta pada budaya Bali, memainkan peran penting dalam membentuk seni Bali modern dan memperkenalkan keindahannya kepada dunia. Bisa dibilang, beliau ini influencer sebelum Instagram ada!

Spies tiba di Bali pada tahun 1923 dan menetap pada tahun 1927. Ia menjalin ikatan yang mendalam dengan budaya lokal, menjadi mentor, visioner, dan jembatan budaya. Melalui arsip langka, wawancara ahli, dan penceritaan sinematik, pameran ini menghidupkan kisah inspiratif dan kompleksnya.

Pameran ini menampilkan karya seni dari Made Bayak dan Gus Dark, selain instalasi dan film pendek yang menyoroti transformasi budaya pasca-kolonial Bali, termasuk munculnya pariwisata massal dan perjuangan pelestarian budaya.

Film berjudul "ROOTS" karya Michael Schindhelm akan diputar di berbagai tempat seni di Bali, dan di Museum ARMA pada tanggal 14 Juni. Jadi, catat tanggalnya ya!

Kecak: Warisan Abadi Walter Spies

Salah satu warisan Walter Spies yang paling berpengaruh adalah kemitraannya dengan Wayan Limbak, penari, koreografer, dan pendongeng Bali yang sangat produktif, untuk menciptakan tari Kecak. Spies bekerja sama dengan Limbak untuk merancang pertunjukan penceritaan baru yang berakar pada tarian seremonial tradisional yang sesuai untuk penonton turis internasional.

Bersama-sama, mereka membantu memisahkan elemen praktik budaya mana yang dapat dibagikan dan mana dari ritual sakral Sanghyang budaya Bali yang perlu dilindungi untuk masyarakat lokal, sekaligus membuka budaya Bali kepada dunia. Kita bisa bilang, mereka ini tim kolaborasi yang epic!

Sampai hari ini, tari Kecak ditampilkan di seluruh Bali, termasuk setiap malam di amphiteater Pura Uluwatu. Tari Kecak menceritakan kisah epik Hindu Ramayana, kisah kemenangan kebaikan atas kejahatan.

Mengapa Museum ARMA Layak Dikunjungi?

Museum ARMA adalah surat cinta hidup untuk Bali, didirikan dan dikuratori oleh Agung Rai. Kecintaannya pada seni, budaya, dan sejarah Bali terasa di seluruh museum. Ini adalah karya hidupnya untuk memastikan bahwa turis dan pengunjung budaya di Bali memiliki akses ke sana.

Inilah mengapa museum itu disebut ARMA. Ini adalah karya hidup Agung Rai, dan ARMA adalah singkatan dari Agung Rai Museum of Art. Museum ini adalah rumah bagi salah satu koleksi seni Bali terbaik di dunia dan memiliki koleksi karya mengesankan dari seniman yang berasal dari seluruh kepulauan Indonesia.

Rai menjelaskan, “Seni adalah bagian dari diri saya. Selalu begitu. Sebagai seorang anak, saya tertarik pada bengkel semua pelukis hebat yang mampu menghidupkan budaya saya dengan selembar kanvas, beberapa kuas, dan sedikit cat.”

Menggali Lebih Dalam Warisan Walter Spies di Museum ARMA

  • ROOTS: One Hundred Years of Walter Spies: Temukan pengaruh Walter Spies pada seni dan budaya Bali.
  • Kecak Dance dan Pariwisata Budaya: Bagaimana Spies dan Limbak menyeimbangkan pelestarian budaya dan pariwisata.
  • Agung Rai Museum of Art: Menjelajahi koleksi seni Bali dan Indonesia yang luas.
  • Transformasi Budaya Pasca-Kolonial Bali: Instalasi seni yang menyoroti tantangan dan peluang dalam pelestarian budaya.

"Seni merasuk ke dalam kulit saya dan tetap di sana. Ketertarikan dan hasrat saya pada Seni, khususnya seni lukis, berkembang menjadi apa yang saya pilih dalam hidup: Seorang kolektor, pelindung, dan pengembang Seni.” lanjut Rai.

Dia menambahkan, “Setelah saya melihat koleksi Museum Puri Lukisan dan Museum Neka, saya tahu bahwa masa depan saya telah ditentukan. Saya beruntung dalam membeli dan menjual lukisan dan mulai mengumpulkannya. Itu pasti sekitar tahun 1980. Saya melatih diri untuk mencari lukisan yang menggerakkan saya, lukisan yang benar-benar terhubung dengan saya dan yang mencerminkan kedalaman dan kepekaan jiwa seniman. Saya selalu merasakan hubungan spiritual dengan seni yang saya beli.”

Untuk program acara, pembicaraan, lokakarya, dan pemutaran film lengkap untuk ROOTS: Seratus Tahun Walter Spies, kunjungi laman Instagram Museum ARMA.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi Museum ARMA dan rasakan sendiri kekayaan budaya Bali yang mempesona! Jangan lupa ajak teman-temanmu, biar makin seru!

Mengunjungi pameran ini bukan hanya tentang melihat karya seni, tetapi juga tentang memahami bagaimana seni dan budaya dapat membentuk identitas dan warisan suatu bangsa. Ini adalah kesempatan untuk upgrade wawasan sambil menikmati keindahan Bali.

Pameran "ROOTS" di Museum ARMA adalah pengingat akan kekuatan seni untuk melintasi batas budaya dan menginspirasi generasi. Sebuah perayaan warisan dan inovasi, pameran ini adalah must-see bagi siapa saja yang tertarik dengan seni, budaya, dan sejarah Bali.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

MAMA Awards 2025 Umumkan Lokasi dan Tanggal: Penantian Dimulai

Next Post

Kode Anime Shadow 2: Dapatkan Sebelum Kedaluwarsa Mei 2025