Popular Now

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Hidden Cameras: Dari Indie Boy Jadi Bad Boy Lewat Musik Elektro Berlin yang Meditatif

CIFTIS: Siswa Indonesia Promosikan Budaya, Banggakan Negeri

Pandemi Agreement WHO: Apa Artinya Bagi Generasi Muda Indonesia?

Bayangkan gini deh, lagi asyik nge-grinding level di game favorit, eh tiba-tiba ada update baru yang bikin semua strategi yang udah disusun rapi jadi ambyar. Nah, kira-kira begitulah gambaran sederhananya tentang perdebatan seru soal aturan main kesehatan global. Ini bukan soal nerf karakter OP, tapi soal gimana dunia bersiap menghadapi pandemi berikutnya. Seru, kan?

Pandemi Oh Pandemi: Kapan Kelarnya?

Dunia ini memang penuh kejutan, kayak loot box yang isinya kadang bikin seneng, kadang bikin istighfar. Salah satu “kejutan” yang paling nggak mengenakkan adalah pandemi. Setelah berjibaku dengan Covid-19, eh, sekarang muncul lagi wacana tentang perjanjian pandemi dari WHO. Tujuannya sih mulia, biar kita nggak kelabakan lagi kalau ada virus baru yang muncul. Tapi, ya namanya juga urusan global, pasti banyak drama dan intrik di baliknya.

Intinya, World Health Assembly pada Mei 2025 mengadopsi WHO Pandemic Agreement. Tujuannya? Supaya dunia lebih siap menghadapi pandemi di masa depan. Salah satu agendanya adalah membahas sistem Pathogen Access and Benefit Sharing (PABS). Kedengarannya rumit? Memang. Tapi sederhananya, ini soal bagaimana negara-negara berbagi akses ke patogen (bibit penyakit) dan keuntungan yang didapat dari penemuan dan pengembangan vaksin atau obat.

IGWG: Singkatan Kok Bikin Pusing?

Jangan panik dulu lihat singkatan IGWG. Itu tuh Intergovernmental Working Group, alias kelompok kerja antar pemerintah. Tugas mereka adalah merancang annex (semacam lampiran) untuk WHO Pandemic Agreement. Fokusnya adalah sistem PABS tadi. Jadi, ceritanya mereka ini lagi bikin aturan main biar semua negara kebagian “jatah” kalau ada pandemi lagi. Ibaratnya, mereka ini panitia bagi-bagi buff, biar nggak ada yang merasa dicurangi.

Nah, IGWG ini bakal menggelar pertemuan kedua mereka pada 15-19 September 2025. Pertemuan ini bakal diadakan secara hybrid, alias sebagian hadir langsung, sebagian lagi online. Biar nggak penasaran, sebagian sesinya bakal disiarkan langsung di website WHO. Jadi, buat yang pengen lihat langsung gimana para diplomat beradu argumen, siap-siap begadang aja.

Webcast: Nonton Rapat Rasa Drakor?

Siaran langsung ini penting banget, lho. Soalnya, kita sebagai warga dunia juga punya hak buat tahu apa aja yang lagi dinegoisasi di balik pintu tertutup. Ibaratnya, ini kayak spoiler buat episode terakhir drakor kesayangan. Biar kita nggak kaget pas tahu plot twist-nya nanti. Lagian, siapa tahu aja kan ada momen-momen lucu atau dramatis yang bisa jadi bahan meme baru?

Pathogen Access and Benefit Sharing (PABS): Rebutan Resep Rahasia?

PABS ini inti dari semua perdebatan. Bayangin aja, kalau ada satu negara yang nemuin resep rahasia buat bikin vaksin, apakah resep itu harus dibagiin ke semua negara? Atau cuma buat negara yang punya duit aja? Di sinilah letak dilemanya. Negara-negara berkembang pengennya aksesnya merata, sementara negara-negara maju (yang biasanya punya teknologi lebih canggih) pengennya ada kompensasi yang setimpal.

Sistem PABS ini bertujuan untuk menciptakan mekanisme yang adil dan transparan dalam berbagi akses ke patogen dan manfaat yang dihasilkan. Tujuannya sih mulia, tapi implementasinya pasti nggak semudah membalikkan pancake. Bakal ada tarik ulur kepentingan, lobi-lobi politik, dan mungkin juga drama-drama kecil yang bikin geleng-geleng kepala.

Deadline 2026: Ngebut Kayak Tugas Akhir?

IGWG punya tenggat waktu yang lumayan mepet. Hasil kerja mereka harus diserahin ke World Health Assembly pada tahun 2026. Artinya, mereka harus ngebut kayak mahasiswa yang lagi garap tugas akhir. Harus riset sana-sini, debat kusir, dan begadang sampai mata panda. Tapi, ya semoga aja hasilnya nggak kayak tugas akhir yang asal kelar, ya.

Pertanyaannya sekarang, apakah IGWG mampu menghasilkan annex yang memuaskan semua pihak? Apakah sistem PABS yang mereka rancang bener-bener bisa bikin dunia lebih siap menghadapi pandemi berikutnya? Ataukah ini cuma jadi formalitas belaka yang nggak ada dampaknya sama sekali? Kita tunggu aja episode selanjutnya.

Siapa yang Dapat Untung? Semua atau Cuma Negara Kaya?

Salah satu isu krusial dalam perdebatan ini adalah soal keadilan. Apakah semua negara bakal kebagian keuntungan yang sama? Atau cuma negara-negara kaya yang punya akses ke teknologi dan sumber daya yang lebih besar? Ini kayak sistem pay-to-win di game online. Yang punya duit bisa beli item OP, sementara yang nggak punya duit cuma bisa gigit jari.

Kita semua berharap bahwa perjanjian pandemi ini nggak cuma jadi ajang pamer kekuatan dan pengaruh antar negara. Tapi, bener-bener jadi solusi konkret buat melindungi seluruh umat manusia dari ancaman pandemi. Jangan sampai kejadian kayak Covid-19 terulang lagi, di mana negara-negara kaya rebutan vaksin, sementara negara-negara miskin cuma bisa ngandelin belas kasihan.

Intinya, WHO Pandemic Agreement ini bukan cuma urusan para diplomat dan ahli kesehatan. Ini urusan kita semua. Karena, pandemi bisa nyerang siapa aja, kapan aja, dan di mana aja. Jadi, jangan cuek bebek. Pantengin terus perkembangannya, kasih masukan, dan jangan ragu buat kritis kalau ada yang nggak beres. Ingat, suara kita juga penting!

Jadi, Gimana Nasib Kita?

Setelah semua drama dan intrik ini, pertanyaan terakhir yang muncul adalah: gimana nasib kita sebagai warga dunia? Apakah kita bakal hidup di dunia yang lebih aman dan siap menghadapi pandemi? Atau kita cuma bakal jadi penonton setia yang nggak bisa berbuat apa-apa? Jawabannya ada di tangan para pembuat kebijakan. Semoga aja mereka nggak bikin keputusan yang bikin kita nyesel di kemudian hari.

Yang jelas, pandemi sudah ngasih kita pelajaran berharga. Bahwa, kesehatan itu nggak bisa ditawar-tawar. Dan, kerjasama global itu mutlak diperlukan. Jadi, mari kita kawal terus proses pembuatan perjanjian pandemi ini. Biar hasilnya bener-bener bisa bikin kita semua tidur nyenyak di malam hari. Tanpa perlu khawatir ada virus baru yang siap menyerang.

Previous Post

Warisan Kinsale: Koleksi Musim Gugur Awal, Nostalgia yang Memikat

Next Post

WoW-KL: Festival Sastra Malaysia Bangkitkan Budaya Baca

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *