Oke, siap! Berikut artikelnya:
Mungkin terdengar lebay, tapi jujur deh, ada sebagian diri ini yang nggak rela Ithaca naik panggung hari ini. Kenapa? Karena begitu mereka selesai manggung 30 menit lagi, gue harus menghadapi kenyataan pahit: nggak bakal bisa ngeliat mereka manggung lagi. Belum siap, euy!
Sejak debut album The Language Of Injury (2019), dan apalagi setelah They Fear Us (2022) dirilis, band asal London ini dinobatkan sebagai salah satu band yang paling vokal di Inggris. Mereka nggak takut melawan Nazi, rasis, dan seksis, dan nggak pernah berkompromi soal nilai-nilai mereka. Tahun lalu, mereka bahkan mundur dari Download Festival, salah satu festival terbesar, karena protes terhadap sponsorship dari Barclaycard yang punya hubungan dengan militer Israel. Salut!
Setelah mengumumkan bubar di akhir tahun 2024, performance headline terakhir mereka diadakan di bulan Februari. Kalau itu pemakamannya, penampilan perpisahan mereka di Arctangent Festival, Bristol, ini bisa dibilang tahlilan-nya: lebih santai, lebih meriah, tapi tetep aja bikin sedih.
Angels-nya Robbie Williams berkumandang di speaker – menandakan tone yang lebih santai, berbeda dengan Djamila Azzouz, vokalisnya, yang muncul dengan kerudung janda di gig Februari – lalu band langsung gebrak dengan In The Way. Cepat, penuh dengan gitar yang menjerit, dan melampiaskan amarah feminin ( “I’ll wash your blood down the sink, ’cause I don’t keep souvenirs”), ini Ithaca banget, walaupun umurnya baru tiga tahun. Ed Gibbs dari Devil Sold His Soul dan Kate Davies dari Pupil Slicer jadi guest scream di The Future Says Thank You dan Cremation Party, menegaskan ini sebagai kemenangan powerhouse.
They Fear Us menawarkan dosis catharsis komunal terbesar, semua orang di tenda panggung utama yang penuh sesak menyanyikan “Bow to your blood, your queen and your god!”, sebelum Impulse Crush membuat moshpit menggila untuk yang terakhir kalinya. Azzouz nangis pas chord terakhir berbunyi, dan siapa yang bisa nyalahin dia? Saat Ithaca jalan ke belakang panggung, scene metal Inggris kehilangan satu band yang berprinsip dan heavy-as-fuck. Nggak suka!
Ithaca: Lebih dari Sekadar Metalcore Biasa
Ithaca bukan cuma sekadar band metalcore. Mereka adalah simbol perlawanan, soundtrack untuk mereka yang merasa nggak didengar. Lirik mereka tajam, jujur, dan seringkali bikin merinding. Musik mereka brutal, tapi juga melodic dan atmospheric. Mereka adalah perpaduan yang sempurna antara rage dan keindahan.
Mereka juga berani menggunakan platform mereka untuk menyuarakan isu-isu penting. Dari melawan diskriminasi hingga mendukung gerakan sosial, Ithaca selalu berada di garis depan. Mereka nggak cuma nge-band, mereka juga berjuang untuk dunia yang lebih baik. Respect!
Banyak yang menganggap They Fear Us sebagai puncak karir mereka. Album ini adalah statement yang kuat tentang identitas, trauma, dan kekuatan perempuan. Setiap lagu adalah anthem bagi mereka yang pernah merasa terpinggirkan. Album ini juga menunjukkan kemampuan mereka untuk menggabungkan berbagai genre, dari metalcore hingga black metal hingga post-rock.
Mengapa Kita (Akan) Merindukan Ithaca?
Pertama, integritas mereka patut diacungi jempol. Di dunia musik yang penuh dengan kompromi dan gimmick, Ithaca tetap setia pada nilai-nilai mereka. Mereka nggak pernah menjual diri mereka demi popularitas atau uang. Mereka adalah band yang jujur dan otentik.
Kedua, penampilan live mereka unforgettable. Energi mereka di atas panggung luar biasa. Azzouz adalah frontwoman yang karismatik dan powerful. Musik mereka terasa lebih intens dan raw saat dimainkan secara langsung. Nonton Ithaca manggung adalah pengalaman yang bikin ketagihan.
Ketiga, musik mereka impactful. Lagu-lagu mereka menyentuh hati banyak orang. Lirik mereka menginspirasi, menghibur, dan kadang-kadang bikin nangis. Musik mereka adalah teman, sahabat, dan pelipur lara bagi mereka yang membutuhkan.
Warisan Abadi Ithaca
Meskipun Ithaca bubar, warisan mereka akan tetap hidup. Musik mereka akan terus didengarkan dan dinikmati oleh banyak orang. Ide-ide mereka akan terus menginspirasi generasi mendatang. Mereka akan dikenang sebagai salah satu band metalcore paling penting dan berpengaruh di Inggris.
Mereka juga meninggalkan legacy yang kuat untuk band-band lain. Mereka membuktikan bahwa band bisa sukses tanpa harus berkompromi soal nilai-nilai mereka. Mereka menunjukkan bahwa musik bisa menjadi kekuatan untuk perubahan. Mereka menginspirasi band-band lain untuk berani bersuara dan berjuang untuk apa yang mereka yakini.
So long, and thanks for all the riffs. Semoga kita bisa belajar dari keberanian dan keteguhan Ithaca. Dan semoga suatu hari nanti, ada band lain yang bisa meneruskan legacy mereka. Metalcore Inggris butuh pahlawan baru.
Setlist Terakhir: Sebuah Perayaan dan Perpisahan
- In The Way
- The Future Says Thank You (feat. Ed Gibbs)
- Cremation Party (feat. Kate Davies)
- Camera Eats First
- Ithaca
- They Fear Us
- Impulse Crush
Meskipun daftar lagu ini hanya snapshot dari karir mereka, setlist ini adalah perayaan atas semua yang telah mereka capai. Ini adalah tribute untuk penggemar mereka. Ini adalah goodbye yang menyakitkan, tapi juga powerful.
Ithaca mungkin bubar, tapi musik mereka akan terus berputar. Dan kenangan tentang band ini akan selalu membekas di hati para penggemar mereka. Sampai jumpa di lain waktu, Ithaca. Thank you for everything.
Intinya: Ithaca membuktikan bahwa metalcore nggak cuma soal breakdown dan scream. Lebih dari itu, metalcore bisa jadi medium untuk menyampaikan pesan yang kuat dan menginspirasi perubahan. Mereka akan dirindukan, tapi warisan mereka abadi.