Dark Mode Light Mode

Pelacak Kebugaran Mengecewakan Jutaan Orang: Solusi Ini Bisa Jadi Terobosan

Pernah merasa fitness tracker kamu kurang akurat? Apalagi kalau kamu merasa effort yang dikeluarkan lebih besar daripada kalori yang tercatat. Jangan-jangan, tracker kamu memang belum upgrade ke level yang lebih inclusive!

Akurasi Kalori Dibakar? Ada Apa dengan Fitness Tracker?

Fitness tracker sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup sehat. Sayangnya, akurasi alat ini seringkali dipertanyakan, terutama bagi mereka yang memiliki berat badan berlebih. Algoritma yang digunakan pada fitness tracker kebanyakan dirancang untuk orang dengan kondisi fisik ‘standar', dan ini jadi masalah. Perbedaan gaya berjalan (gait), kecepatan, dan energi yang dikeluarkan pada orang dengan obesitas seringkali tidak terdeteksi dengan tepat. Alhasil, data yang ditampilkan bisa jadi menyesatkan. Hal ini tentunya merugikan karena informasi yang kurang akurat bisa menghambat upaya penurunan berat badan atau peningkatan kebugaran. Bayangkan, sudah workout mati-matian, tapi hasilnya malah bikin down karena angka di tracker gak sesuai harapan. Kan, nyesek!

Terobosan Baru: Algoritma yang Lebih Inclusive

Kabar baiknya, para ilmuwan dari Northwestern University berhasil mengembangkan algoritma baru yang lebih akurat dalam mengukur kalori yang dibakar oleh orang dengan obesitas. Algoritma ini dirancang khusus untuk smartwatch dan memperhitungkan perbedaan fisiologis yang ada. Tim peneliti HABits Lab dari Northwestern, yang dipimpin oleh Nabil Alshurafa, menciptakan algoritma open-source yang berfokus pada pergerakan pergelangan tangan dominan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan teknologi yang transparan, teruji secara ketat, dan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lain. Mereka bahkan berencana meluncurkan aplikasi pemantau aktivitas berbasis iOS dan Android dalam waktu dekat. Ini bukan sekadar upgrade, tapi revolusi dalam dunia fitness tracker!

Mengapa Algoritma Lama Kurang Akurat?

Algoritma yang ada saat ini seringkali menggunakan data dari tracker yang dikenakan di pinggul. Pada orang dengan obesitas, perubahan gaya berjalan dan kemiringan perangkat dapat menyebabkan pembacaan energi yang dibakar menjadi tidak akurat. Sementara itu, tracker yang dikenakan di pergelangan tangan dianggap lebih nyaman dan menjanjikan akurasi yang lebih baik, namun belum ada validasi atau kalibrasi khusus untuk kelompok dengan obesitas. Alshurafa menjelaskan bahwa tanpa algoritma yang teruji untuk perangkat pergelangan tangan, sulit untuk mengetahui secara pasti seberapa banyak aktivitas dan energi yang sebenarnya dikeluarkan oleh orang dengan obesitas setiap hari. Ini menghambat kemampuan kita untuk menyesuaikan intervensi dan meningkatkan hasil kesehatan.

Kisah Inspiratif di Balik Penemuan

Inspirasi untuk mengembangkan algoritma ini datang dari pengalaman pribadi Alshurafa saat mengikuti kelas olahraga bersama ibu mertuanya. Meskipun ibu mertuanya berusaha lebih keras dari peserta lain, angka yang tercatat di leaderboard sangat rendah. Momen tersebut menyadarkan Alshurafa bahwa teknologi fitness seharusnya tidak menjadi jebakan bagi orang yang paling membutuhkannya. Bayangkan perasaanmu jika sudah ngos-ngosan, tapi tracker malah bilang "santai aja, belum ada apa-apanya". Tentu saja ini sangat tidak memotivasi.

Algoritma Baru: Setara dengan Metode Gold-Standard

Dengan menggunakan data dari fitness tracker komersial, algoritma baru ini mampu menyaingi metode gold-standard dalam mengukur energi yang dibakar. Algoritma ini dapat memperkirakan jumlah energi yang digunakan oleh seseorang dengan obesitas setiap menitnya dengan akurasi lebih dari 95% dalam situasi dunia nyata. Kemajuan ini memudahkan lebih banyak orang dengan obesitas untuk melacak aktivitas harian dan penggunaan energi mereka. Jadi, kamu bisa lebih percaya diri dengan data yang ditampilkan dan fokus pada tujuan fitnessmu.

Bagaimana Studi Ini Mengukur Energi yang Dibakar?

Dalam studi ini, para partisipan mengenakan fitness tracker dan metabolic cart secara bersamaan. Metabolic cart adalah alat yang mengukur volume oksigen yang dihirup dan volume karbon dioksida yang dihembuskan untuk menghitung energi yang dibakar dan laju metabolisme istirahat. Para partisipan melakukan berbagai aktivitas fisik untuk mengukur energi yang dibakar selama setiap tugas. Para ilmuwan kemudian membandingkan hasil fitness tracker dengan hasil metabolic cart. Selain itu, partisipan juga mengenakan kamera tubuh untuk memvalidasi data dan mengidentifikasi momen-momen ketika algoritma fitness tracker melakukan kesalahan estimasi. Hasilnya? Algoritma baru jauh lebih akurat!

Olahraga itu Untuk Semua

Alshurafa bahkan menantang para partisipan untuk melakukan push-up sebanyak mungkin dalam lima menit. "Banyak yang tidak bisa melakukan push-up di lantai, tetapi mereka berhasil melakukan wall push-up dengan susah payah," katanya. Pengalaman ini menunjukkan bahwa kita perlu memikirkan kembali bagaimana gym, tracker, dan program latihan mengukur keberhasilan, sehingga tidak ada kerja keras yang tidak terlihat. So, jangan minder kalau belum bisa push-up ala influencer. Yang penting gerak!

Kesimpulan: Era Baru Fitness Tracker yang Lebih Adil

Teknologi fitness tracker yang lebih akurat dan inclusive bukan hanya soal angka, tapi juga soal memberikan informasi yang tepat dan memotivasi semua orang untuk mencapai tujuan kesehatan mereka. Dengan algoritma yang lebih canggih, kita bisa mendapatkan data yang lebih valid dan merancang program latihan yang lebih efektif. Jadi, jangan biarkan fitness tracker yang kurang akurat menghambatmu. Saatnya beralih ke teknologi yang lebih pintar dan lebih adil!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Muse Ungkap "Unravelling" yang Bombastis, Gebrakan Perdana Setelah Empat Tahun

Next Post

Developer Buktikan Mesin Game Buatannya Lebih Ngebut dari Unity di Web, Masa Depan Game Web Cerah