Siap kerja? Jangan cuma bilang siap! Gimana caranya kita beneran siap kerja, apalagi di era di mana AI udah mulai ngelirik pekerjaan kita? Tenang, bukan berarti kita harus ikutan audisi jadi robot, tapi lebih ke ningkatin skill biar tetep relevan dan up-to-date.
Dunia kerja emang lagi volatile, uncertain, complex, dan ambiguous alias VUCA. Istilah keren ini artinya, ya, keadaan lagi nggak jelas dan cepet berubah. Makanya, cuma modal ijazah doang kayaknya udah nggak cukup. Kita butuh lebih dari itu.
Pemerintah, khususnya Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), sadar betul sama tantangan ini. Mereka lagi gencar banget ngebut program-program pelatihan vokasi yang inklusif, alias semua orang bisa ikutan, termasuk temen-temen disabilitas kita. Tujuannya? Biar kita semua jadi tenaga kerja yang kompetitif dan produktif.
Asta Cita pemerintahan Prabowo Subianto juga nge-highlight pentingnya pengembangan SDM, science and technology, dan kesetaraan. Jadi, semua program ini bukan cuma sekadar lip service, tapi beneran aligned sama visi besar negara kita.
Nah, biar program ini jalan, Kemnaker nggak bisa gerak sendirian. Mereka ngegandeng 19 kepala daerah, dunia usaha dan industri (DUDI), dan universitas. Kolaborasi ini penting banget buat nyinkronin antara apa yang dipelajari di bangku sekolah sama apa yang dibutuhin di lapangan.
Bayangin aja, kita belajar ngelas di kampus, eh pas masuk pabrik ternyata tekniknya udah beda. Kan, nggak lucu. Makanya, sinergi antara pemerintah, industri, dan akademisi ini krusial banget.
Salah satu wujud nyata dari kolaborasi ini adalah penandatanganan MoU antara Balai Pelatihan Vokasi (BPV) Makassar sama 19 bupati/walikota dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Keren, kan? Udah kayak Avengers versi pelatihan kerja.
Vokasi Kunci Sukses: Jangan Jadi Penonton!
Pelatihan vokasi itu kayak upgrade skill buat karakter di game. Kita dilatih biar punya skill set yang mumpuni dan siap tempur di dunia kerja. Jangan cuma jadi penonton yang ngeliatin orang lain jago, tapi ikutan level up biar bisa bersaing.
Direktur Jenderal Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kemnaker, Agung Nur Rohmad, bilang kalau pelatihan berbasis kompetensi yang dibuka di BPV Makassar diikuti sama 176 peserta. Ada 11 paket pelatihan dan 9 program pelatihan yang ditawarkan.
Program-programnya juga beragam banget, mulai dari bisnis dan manajemen (buat yang pengen jadi entrepreneur), teknik pengelasan (buat yang suka mainan api, eh, besi), teknik elektronika (buat yang demen bongkar pasang gadget), sampe teknik otomotif (buat yang cita-citanya jadi drifter).
Bahkan, ada juga pelatihan tata rias (buat yang pengen jadi MUA hits), teknik pendinginan (buat yang pengen jadi air conditioner whisperer), teknologi fashion (buat yang pengen jadi fashion designer), teknik manufaktur (buat yang pengen jadi engineer), dan konstruksi (buat yang pengen bangun rumah masa depan). Komplit, kan?
Kolaborasi: Kunci Membangun SDM Unggul
Kepala BPV Makassar, La Ode Haji Polondu, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan industri, serta perguruan tinggi. Kolaborasi ini bisa berdampak positif buat menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja.
Masalah pengangguran dan kemiskinan juga bisa diatasi dengan kolaborasi. Kalau semua pihak bersinergi, kita bisa nyiptain ekosistem yang mendukung pengembangan SDM yang berkualitas.
Buat anak muda, jangan cuma diem aja nunggu lowongan kerja dateng. Tapi, aktif cari informasi tentang pelatihan vokasi yang sesuai sama minat dan bakat kita. Anggap aja ini investasi buat masa depan. Siapa tahu, abis ikut pelatihan, malah jadi founder startup unicorn.
Jangan Sampai Ketinggalan Kereta: Skill itu Investasi!
Penting diingat, skill itu kayak mata uang di dunia kerja modern. Semakin banyak skill yang kita punya, semakin tinggi nilai tawar kita. Jangan sampai kita ketinggalan kereta dan jadi gaptek di tengah kemajuan teknologi yang pesat ini.
Pengembangan kompetensi itu continuous learning alias belajar sepanjang hayat. Jangan pernah puas sama apa yang udah kita punya. Teruslah belajar dan mengembangkan diri biar tetep relevan dan kompetitif di dunia kerja.
Intinya, siap kerja itu bukan cuma modal semangat dan CV doang. Tapi, butuh skill yang mumpuni dan relevan. Pemerintah udah nyediain fasilitasnya, sekarang tinggal kita yang manfaatin. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, ikutan pelatihan vokasi dan jadi tenaga kerja yang siap tempur di era digital ini! Jangan lupa, sukses itu bukan cuma privilege, tapi hak semua orang yang mau berusaha.