Dark Mode Light Mode

Pengembang Dispatch Bahas ESPN, COVID, dan Telltale Games: Dampaknya Bagi Industri

Bayangkan, Aaron Paul (iya, Jesse Pinkman dari Breaking Bad!) jadi mantan superhero yang terjebak di kantor. Kedengarannya seperti episode Black Mirror yang belum tayang, kan? Tapi inilah premis Dispatch, game naratif baru yang bikin kita mikir, “Jadi, superhero juga bayar cicilan rumah?”

Siap menyelami dunia superhero yang…kantoran?

Dispatch, game yang sedang digarap oleh AdHoc Studio, bukan cuma sekadar game. Ini adalah hasil metamorfosis dari ide komedi live action superhero yang sayangnya terhantam pandemi. Alih-alih membiarkan ide cemerlang ini menguap begitu saja, AdHoc Studio mengubahnya menjadi sebuah interactive narrative yang menjanjikan. Anggap saja ini seperti daur ulang ide kreatif, tapi dengan kekuatan super.

AdHoc Studio sendiri punya pedigree yang lumayan. Didirikan oleh para veteran Telltale Games, mereka awalnya ingin merambah berbagai multimedia spaces, bukan hanya game. Tapi, takdir (dan mungkin juga kebutuhan untuk membayar sewa) membawa mereka kembali ke dunia interactive storytelling yang mereka kuasai.

Cerita bermula ketika mereka mendapat tawaran untuk menulis sebuah komedi live action tentang kehidupan para superhero di kantor. Terinspirasi oleh iklan “This Is SportsCenter” dari ESPN, mereka membayangkan atlet-atlet profesional berkeliaran di lingkungan kantor yang mundane, menciptakan juxtaposition lucu yang jadi fondasi proyek mereka. Bayangkan Thor lagi meeting anggaran, atau Spider-Man rebutan printer!

Pandemi COVID-19 datang seperti kryptonite bagi proyek live action tersebut. Namun, alih-alih menyerah, AdHoc Studio melihat peluang untuk menghidupkan kembali ide tersebut dalam bentuk game. Lahirlah Dispatch, sebuah game yang mengutamakan pilihan pemain dan dialog yang mendalam. Ini seperti memilih sendiri petualangan superhero, tapi tanpa perlu repot pakai kostum ketat.

Robert Robertson: Dari Mecha Man ke Manajer Misfits

Di Dispatch, kita bermain sebagai Robert Robertson, diperankan oleh Aaron Paul, mantan superhero bernama Mecha Man. Setelah gantung “jubah”, Robertson harus menerima kenyataan pahit: bekerja di kantor Superhero Dispatch Network (SDN). Dia memimpin tim “mantan penjahat” yang lebih banyak bikin pusing daripada membantu.

Robert Robertson ini representasi kita semua: orang biasa yang mencoba mencari makna di tengah rutinitas. “I guess this is my life now. How do I find joy in this?” katanya, mencoba tegar di antara rekan kerja yang miserable. Ini adalah struggle yang relatable, bahkan jika kita bukan mantan superhero.

Kantor SDN: Antara Strip Mall dan Gedung Pemerintah

Awalnya, kantor SDN digambarkan kumuh, seperti di strip mall sebelah Baskin-Robbins. Tapi, setelah beralih ke format game, tim developer memutuskan untuk mendesain kantor yang lebih layak huni, dengan arsitektur yang lebih modern. Walaupun begitu, tetap ada sentuhan old-school, mengingatkan kita pada kantor-kantor pemerintahan era 90-an. Bayangkan, Robertson pakai kemeja rapi di kubikelnya, bukan baju training di home office!

Suasana kantor di Dispatch mungkin terasa sedikit dated di era work from home. Namun, ini adalah bagian dari pesonanya. Kantor dengan kubikel dan tanpa remote working ini sengaja dihadirkan untuk menciptakan kesan unik, seolah-olah kita berada di gedung pemerintah yang sudah agak tua.

Misi Harian: Dari Perampokan Bank Hingga Menyelamatkan Kucing

Pekerjaan Robertson sehari-hari mirip dengan agen SHIELD atau ARGUS versi low-budget. Dia mengirim tim mantan penjahatnya untuk menyelesaikan berbagai misi, mulai dari menggagalkan perampokan bank hingga menyelamatkan kucing dari pohon. Tim Dispatch ini sengaja dibuat berisi misfits, bukan pasukan elite seperti Avengers, karena menurut mereka, itu lebih lucu.

Awalnya, Robertson hanya memimpin tim kecil berisi tiga orang. Namun, demi gameplay yang lebih seru, jumlah anggota tim ditambah. Ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi tim developer, tetapi mereka berhasil menciptakan gameplay yang sticky dan mengembangkan karakter-karakter yang menarik.

Pilihan dan Konsekuensi: Ala Telltale Games

Sebagai para veteran Telltale Games, AdHoc Studio menempatkan player agency sebagai inti dari Dispatch. Setiap pilihan dan dialog yang kita pilih sebagai Robertson akan mempengaruhi jalannya cerita. Karakter-karakter di dalam game akan mengingat apa yang kita katakan dan lakukan, sama seperti di game-game Telltale.

Tentu saja, memastikan setiap pilihan memiliki konsekuensi yang signifikan bukan perkara mudah. “Yeah, it’s hard. That’s the short answer. It’s hard,” ujar Herman, mengakui tantangan tersebut. Tapi, mereka percaya bahwa cerita dan karakter akan berkembang seiring waktu, bahkan mungkin mengejutkan para developer itu sendiri.

Tim developer lebih fokus pada menciptakan beberapa ending yang benar-benar memuaskan daripada menghadirkan puluhan ending yang biasa saja. Mereka ingin pemain peduli pada karakter dan hubungan antar mereka, dan membuat setiap investasi emosional memiliki konsekuensi yang berarti. “So, our focus is on getting players to care, primarily about characters and about relationships,” kata Herman.

Dispatch direncanakan rilis pada tahun 2025, tetapi tanggal pastinya belum diumumkan. Saat ini, game ini baru diumumkan untuk PC. Namun, AdHoc Studio berencana untuk merilisnya di consoles juga. Sambil menunggu, kita bisa menikmati demo Dispatch di Steam, atau menonton iklan SportsCenter di YouTube. Siapa tahu, kita bisa dapat inspirasi untuk menghadapi hari Senin!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kisah Ketahanan dan Kelangsungan Hidup Lintas Zaman dan Batas: Implikasi bagi Indonesia

Next Post

Florence + The Machine mengisyaratkan musik baru kah