Dark Mode Light Mode

Perempuan Membongkar Kebohongan Besar Kencan Butanya

Kencan Online: Ketika Mimpi Indah Berakhir dengan Kenyataan Pahit

Pernah nggak sih, lagi asyik-asyiknya swipe right di aplikasi kencan, eh, malah ketemu sama yang bikin geleng-geleng kepala? Kisah ini tentang seorang wanita New York yang berprofesi sebagai asisten kepala sekolah, sebut saja namanya Sarah, yang menemukan dirinya dalam situasi yang… ya, complicated. Awalnya semua terlihat menjanjikan, tapi ternyata ada rahasia besar yang tersembunyi di balik senyum manis dan ajakan Italian dinner yang romantis. Siap-siap untuk drama, guys!

Red Flags: Ketika Intuisi Berbicara

Sarah bertemu Erik di Hinge. Beberapa red flags sudah muncul sejak awal. Erik tinggal di Long Island, agak jauh ya, dan terkesan overly sexual. Tapi, Sarah yang sudah lama nggak merasakan getaran cinta, memilih untuk mengabaikannya. Mereka punya banyak kesamaan: suka hiking, travelling, dive bars, dan makanan Italia. Sounds perfect, right?

Sayangnya, insting Sarah mulai berteriak saat Erik terus-terusan mengirim pesan yang… err, vulgar. Dia meminta foto nude dan seringkali menggunakan bahasa yang kurang sopan. Sarah menolak dengan halus, mengingat pekerjaannya di bidang pendidikan. Image is everything, kan?

Saudara perempuan Sarah pun ikut memperingatkan. Erik hanya mau bertemu di hari Rabu, dengan alasan sedang giat latihan maraton. Is it really just about marathon training? Sarah berusaha berpikir positif dan nggak mau overthinking. Dia percaya pada Erik dan memilih untuk menikmati momen yang ada.

Hari-Hari yang Penuh Gairah… dan Kecurigaan

Setiap hari Rabu, Sarah dan Erik seperti pasangan di film romantis. Makan malam romantis, seks yang next-level incredible, cuddling di depan TV. Bahkan, Erik membuatkan sarapan untuk Sarah! Avocado toast dan telur orak-arik, perfect combo. Rasanya seperti mimpi, tapi mimpi itu mulai terasa aneh.

Setelah seharian penuh fucking (iya, kata itu yang dipakai!), Erik harus kembali ke Long Island untuk latihan maraton dan mempersiapkan pitch bisnis. Sarah mencuci seprai dan membersihkan apartemennya, sementara Erik mengirim pesan bahwa dia sudah merindukannya. So sweet, yet so suspicious.

Sarah mulai scroll aplikasi kencan. Dia bertemu Peter, teman kuliahnya dulu. Peter terlihat old dibandingkan Erik. Erik memang terlihat lebih menarik, tapi Sarah tahu, looks aren’t everything. Percakapan dengan Peter lebih dewasa dan santai, seperti teman lama yang bertemu kembali.

Dari “Show Me Your Tits” Hingga Cincin Pernikahan

Hari berikutnya, Erik kembali mengirim pesan yang offensive. “Show me your tits,” katanya. Sarah merasa risih. Dia mengabaikan pesan-pesan itu dan pergi manicure dan membeli buku. Pete mengajak brunch, dan Sarah merasa lega karena ada pria yang tertarik padanya untuk percakapan yang lebih bermakna.

Puncaknya terjadi ketika Erik mengirim foto… err, kejantanannya. Sarah shock. Tapi, kemudian matanya tertuju pada tangan Erik yang memegang “asetnya”. Dia memakai cincin pernikahan! Boom! Reality check. Sarah merasa seperti disambar petir. Erik sudah menikah!

Sarah menghubungi teman masa kecilnya yang bekerja di bidang hukum. Hasil background check menunjukkan bahwa Erik punya istri dan tiga anak. Selama ini Erik berbohong. Dia mengaku belum pernah menikah dan tidak punya anak. Sarah merasa dikhianati dan marah.

Konfrontasi dan Pemulihan

Dengan marah, Sarah menelepon Erik. Erik diam sejenak, lalu meminta maaf. Sarah mengakhiri hubungan itu dan menyuruh Erik untuk tidak pernah menghubunginya lagi. Dia merasa jijik dan kecewa pada dirinya sendiri karena telah tertipu.

Sarah melaporkan Erik ke Hinge sebagai penipu. Dia merasa malu dan bodoh karena terlalu percaya pada Erik. Dia berbagi cerita dengan sahabatnya di Central Park. Dia merasa dilanggar karena tidak punya pilihan untuk tidur dengan pria yang sudah menikah. Itu bertentangan dengan prinsipnya.

Untuk mengalihkan pikirannya, Sarah mengikuti kegiatan sukarela memberi makan tunawisma. Dia juga menghubungi Peter untuk brunch. Dia merasa Peter adalah orang yang normal dan baik hati. Dia ingin membuka hati untuk kemungkinan yang lebih baik.

Brunch dengan Peter berjalan lancar. Peter adalah duda dengan anak remaja. Dia tampak sehat, lembut, dan tidak toxic. Sarah tidak yakin apakah dia tertarik pada Peter secara romantis, tapi mereka punya percakapan yang menyenangkan. Peter bahkan ingin ikut kegiatan sukarela Sarah! What a breath of fresh air!

Pelajaran yang Dipetik

Kisah Sarah ini adalah pengingat untuk kita semua. Di dunia kencan online yang penuh dengan filter dan profil palsu, penting untuk tetap waspada dan mendengarkan intuisi. Red flags memang ada karena suatu alasan. Jangan abaikan! Lebih baik single daripada terjebak dalam hubungan yang penuh kebohongan dan manipulasi. Dan ingat, it’s okay untuk merasa kecewa dan marah. Yang penting adalah bagaimana kita bangkit kembali dan membuka hati untuk cinta yang sejati. Onward and upward, bestie!

Kisah cinta online yang gagal ini bukan akhir dari segalanya. Ini adalah babak baru dalam pencarian cinta sejati. Who knows, maybe Pete is “the one”?

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Sagat Street Fighter tutupi bekas luka dengan kain agar tak menakuti warga desa

Next Post

Nicko McBrain Isyaratkan Peluang Kembali Bermain dengan Iron Maiden