Dark Mode Light Mode

Performa Buruk Hantui Kesuksesan Awal Wuchang di Indonesia

Wow, siapa bilang gamer Indonesia nggak haus tantangan? Buktinya, game baru berjudul Wuchang: Fallen Feathers langsung mencuri perhatian. Dengan setting yang unik dan gameplay yang menantang ala Soulslike, game ini sukses mengumpulkan puluhan ribu pemain dalam waktu singkat. Tapi, tunggu dulu, kesuksesan awal ini ternyata menyimpan cerita yang lebih kompleks.

Fenomena Soulslike memang lagi naik daun. Kita semua tahu, genre ini terkenal dengan tingkat kesulitan yang tinggi, desain level yang rumit, dan musuh-musuh yang bikin frustasi tapi bikin nagih. Game seperti Dark Souls, Bloodborne, dan Elden Ring telah menetapkan standar yang tinggi, dan banyak developer berusaha untuk menciptakan pengalaman serupa dengan sentuhan mereka sendiri. Nah, Wuchang: Fallen Feathers ini salah satunya.

Wuchang: Fallen Feathers mengambil setting di era Dinasti Ming akhir yang kelam, tepatnya di tanah Shu yang penuh misteri. Pemain akan berperan sebagai seorang prajurit misterius yang terkena penyakit bulu yang mengerikan. Tugas kita? Mengungkap rahasia tersembunyi dan melawan musuh supernatural di tengah kekacauan sebuah kekaisaran yang runtuh. Kedengarannya seru, kan?

Sebagai game action-RPG Soulslike, Wuchang: Fallen Feathers menjanjikan pertarungan yang intens, eksplorasi dunia yang luas, dan sistem perkembangan karakter yang mendalam. Intinya, semua elemen yang membuat genre ini digemari hadir di sini. Jadi, apa yang membuatnya spesial? Dan mengapa game ini begitu populer di awal peluncurannya?

Tapi, sebelum kita terlalu jauh membahas keunggulan game ini, ada satu hal penting yang perlu dibahas: user reviews. Ya, seperti yang sering terjadi di dunia game, peluncuran yang sukses tidak selalu berarti segalanya berjalan mulus. Mari kita bedah lebih dalam.

Wuchang: Fallen Feathers, Antara Cinta dan Benci?

Angka memang nggak bohong. Wuchang: Fallen Feathers berhasil mencapai lebih dari 114.000 pemain bersamaan di Steam, menjadikannya salah satu peluncuran terbesar untuk game Soulslike non-FromSoftware. Bandingkan saja dengan Lies of P (sekitar 30.000 pemain), Lords of the Fallen (43.075 pemain), dan The First Berserker: Khazan (hampir 33.000 pemain). Jauh banget, kan?

Tapi, di balik angka yang fantastis ini, tersimpan ironi yang cukup pahit. Awalnya, Wuchang: Fallen Feathers mendapatkan user reviews yang “overwhelmingly negative” di Steam. Untungnya, situasinya sedikit membaik menjadi “mostly negative,” tapi tetap saja, ini bukan awal yang ideal.

Problematika Performa: Mimpi Buruk Para Gamer?

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat para gamer kecewa? Ternyata, masalah utama terletak pada performa game yang kurang optimal. Banyak pemain mengeluhkan frame rate yang rendah, stuttering, dan lag yang mengganggu. Ada juga yang menyebut karakter utama terasa “lifeless” dan sistem pertarungannya “clunky.”

Salah satu reviewer bahkan menulis, “Game ini memiliki masalah performa yang masif… Saya tidak bisa menikmati banyak pertarungan karena masalah performa yang menutupi segalanya.” UE5 atau Unreal Engine 5 memang kadang jadi pedang bermata dua. Visualnya memang memukau, tapi optimasinya seringkali jadi PR besar.

Ironisnya, ada juga sebagian kecil pemain yang beruntung dan bisa memainkan game ini tanpa masalah. Mereka bahkan menyebut Wuchang: Fallen Feathers “unfairly crucified” oleh pemain dengan PC spek pas-pasan dan pengetahuan optimasi yang minim. Jadi, apakah ini masalah hardware, software, atau kombinasi keduanya?

Bukan Sekadar Grafis: Ketika Gameplay Jadi Taruhan

Terlepas dari masalah performa, Wuchang: Fallen Feathers tetap memiliki daya tarik tersendiri. IGN memberikan skor 8/10 dan memuji pertarungan yang excellent, desain level yang wonderful, skill tree yang incredible, dan boss yang menakutkan. Tapi, mereka juga mengingatkan tentang tingkat kesulitan yang nggak konsisten dan jebakan “gotcha!” yang terasa murahan.

Desain dunia dalam game ini juga patut diacungi jempol. Latar Dinasti Ming yang kelam dan penuh misteri menciptakan atmosfer yang unik dan menarik untuk dieksplorasi. Belum lagi, keberadaan musuh-musuh supernatural menambah dimensi yang berbeda dari game Soulslike pada umumnya.

Skill tree dalam Wuchang: Fallen Feathers juga layak mendapat perhatian. Pemain dapat mengembangkan karakter mereka sesuai dengan gaya bermain masing-masing, mulai dari fokus pada serangan jarak dekat, sihir, atau kombinasi keduanya. Fleksibilitas ini memungkinkan pemain untuk menyesuaikan strategi mereka dalam menghadapi berbagai tantangan.

Kesimpulan: Pelajaran Berharga di Balik Bulu yang Gugur

Wuchang: Fallen Feathers adalah contoh klasik dari game yang memiliki potensi besar, namun terhambat oleh masalah teknis. Meskipun berhasil meraih popularitas di awal peluncuran, user reviews yang negatif menjadi pengingat bahwa performa yang stabil sama pentingnya dengan gameplay yang menarik. Game ini bisa menjadi hit besar, tapi developer perlu segera mengatasi masalah performa dan mendengarkan feedback dari komunitas. Kalau nggak, bulu-bulu indah ini bisa gugur sebelum mekar sepenuhnya. Intinya, jangan sampai hype mengalahkan experience.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Jambi Jadi Titik Awal Kemandirian Gandum Indonesia

Next Post

Google Diduga Bocorkan Lebih Banyak Foto Pixel 10 Secara Tidak Sengaja