Perrie Edwards, nama yang mungkin langsung memunculkan bayangan Little Mix di benakmu. Tapi, tunggu dulu! Sekarang, bayangkan seorang superhero yang keluar dari tim Avengers untuk jadi solo fighter. Agak mirip, kan? Nah, Perrie baru saja merilis album solo perdananya, “Perrie”, dan ini bukan sekadar ganti kostum. Ini tentang menemukan jati diri di tengah riuhnya industri musik.
Little Mix Sudah Bubar? Terus Nasib Fans Gimana?
Buat yang belum tahu (atau pura-pura nggak tahu sambil nangis di pojokan), Little Mix memang sudah hiatus sejak 2022. Alasannya? Masing-masing personel ingin fokus ke karir solo. Drama personel keluar-masuk band memang bukan barang baru, tapi yang bikin Little Mix beda, mereka tetap saling support. Perrie bahkan bilang, “Kami masih merasakan energi satu sama lain dan saling curhat.” So sweet, kan?
Tapi, ya namanya juga industri hiburan, nggak mungkin semuanya berjalan mulus. Perrie mengakui bahwa terjun sebagai solois itu “definitely does feel scarier”. Ibaratnya, kalau dulu punya formasi lengkap buat jaga gawang, sekarang harus sendirian hadapi serangan para haters dan kritikus.
Mencari Jati Diri: Dari Girlband ke Solois, Itu Nggak Segampang Ganti Status di Tinder!
Perrie bilang, “Ketika kamu solo, kamu mulai dari nol.” Ini bukan sekadar jargon motivasi, tapi realita pahit yang harus dihadapi. Dulu, semua keputusan diambil bareng-bareng, strategi sudah matang karena bertahun-tahun bersama. Sekarang? Harus mikir sendiri, cari sound sendiri, dan yang paling penting, nemuin “siapa aku sebagai solois?”.
Proses ini ternyata nggak semudah yang dibayangkan. Perrie bahkan sempat memutuskan untuk menunda perilisan albumnya demi menemukan arah musik yang tepat. “It’s the best thing I could have done,” ujarnya. Ibaratnya, daripada nyasar di jalan yang salah, mending berhenti sejenak buat buka Google Maps, kan?
Album “Perrie”: Lebih dari Sekadar Ganti Genre
Album “Perrie” ini bukan sekadar upaya untuk lepas dari bayang-bayang Little Mix. Ini adalah eksplorasi jati diri seorang Perrie Edwards. Musiknya disebut lebih band driven, lebih anthemic, dan sedikit sentuhan country. Kedengarannya kayak perpaduan antara Paramore, Coldplay, dan Taylor Swift? Ya, kira-kira begitulah.
Salah satu lagu di album ini, “Goodbye, My Friend,” bahkan didedikasikan untuk Leigh-Anne dan Jade, mantan rekan-rekannya di Little Mix. Ini bukti bahwa persahabatan mereka tetap kuat, meski sudah nggak satu panggung lagi. Bikin terharu, kan?
Industri Musik Sekarang: Lebih Kejam dari Game Online Ranked?
Perrie juga menyoroti perubahan industri musik yang drastis. Dulu, Little Mix bisa duduk di HMV (semacam toko CD) buat tanda tangan album dan berinteraksi langsung dengan fans. Sekarang? Semuanya serba digital, serba online. “With all the different platforms and social media and everything like that, it is a complete different world now,” katanya.
Persaingan semakin ketat, algoritma media sosial semakin kompleks, dan perhatian publik semakin singkat. Ibaratnya, kalau dulu main game cuma lawan bot, sekarang harus lawan jutaan pemain online yang jago-jago. Nggak heran kalau banyak musisi yang merasa kewalahan.
Jadi Ibu Sekaligus Popstar: Mission Impossible?
Selain karir solo, Perrie juga harus mengurus anak dan keluarga. Apalagi, dia sedang mengandung anak kedua. “For women it’s really hard in particular,” ujarnya. Ada perasaan bersalah karena merasa nggak bisa jadi ibu yang sempurna sekaligus popstar yang sukses. Dilema klasik yang dialami banyak perempuan di seluruh dunia.
Tapi, Perrie menolak untuk menyerah. Dia percaya bahwa punya anak nggak seharusnya mengubah siapa dirinya. “It doesn’t change for a man, so I don’t see why it should change for us women?” tegasnya. Setuju banget!
Trust Your Intuition: Resep Sukses Ala Perrie Edwards
Kalau ada satu nasihat yang ingin diberikan Perrie kepada para musisi muda, itu adalah “trust your intuition”. Jangan terlalu terpaku pada opini orang lain, apalagi orang-orang yang merasa lebih tahu segalanya. “Your gut is so powerful,” katanya. Ikuti kata hatimu, dan jadilah dirimu sendiri.
Nasihat ini mungkin terdengar klise, tapi terbukti ampuh buat Perrie. Dengan berani mengambil risiko, keluar dari zona nyaman, dan mendengarkan kata hatinya, dia berhasil menciptakan album solo yang autentik dan personal. Salut!
Perrie Edwards: Bukan Cuma Mantan Anggota Girlband
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Perrie Edwards? Bahwa perubahan itu nggak selalu mudah, tapi bisa jadi kesempatan untuk berkembang dan menemukan jati diri. Bahwa kesuksesan sejati adalah ketika kita berani menjadi diri sendiri, tanpa peduli apa kata orang. Dan yang terpenting, bahwa persahabatan itu lebih berharga daripada popularitas.
Album “Perrie” mungkin bukan album sempurna, tapi ini adalah album yang jujur dan berani. Album yang menunjukkan bahwa Perrie Edwards bukan cuma mantan anggota girlband, tapi seorang seniman yang punya visi dan misi sendiri. Patut diapresiasi!
Setelah Ini Mau Ngapain?
Pertanyaan yang menggelitik, bukan? Apakah Perrie akan terus bersinar di karir solonya, atau justru merindukan kebersamaan di Little Mix? Apakah dia akan terus menyuarakan isu-isu perempuan, atau fokus pada musik yang lebih komersial? Waktulah yang akan menjawab. Yang jelas, satu hal yang pasti: Perrie Edwards akan terus berkarya dan menginspirasi.
Jadi, buat kamu yang lagi merasa bimbang atau kehilangan arah, ingatlah pesan Perrie: “Always stick to your guns and always be true to yourself.” Siapa tahu, dengan mengikuti kata hatimu, kamu bisa menemukan “album” terbaikmu sendiri.