Dark Mode Light Mode

Pertamina Genjot Produksi Minyak dengan Injeksi Kimia Perdana Desember Ini

Kita sering mendengar istilah “minyak mentah”, tapi pernahkah terpikir bagaimana benar-benar menggali lebih dalam agar sumur minyak yang sudah tua tetap produktif? Pertanyaan itulah yang sedang dijawab oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan inovasi yang menjanjikan.

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, terus berupaya memaksimalkan potensi yang ada. Namun, seringkali kita dihadapkan pada tantangan lapangan minyak yang sudah berumur (mature reservoirs), yang produksinya kian menurun seiring waktu. Di sinilah pentingnya inovasi dan teknologi berperan.

Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) atau Peningkatan Perolehan Minyak hadir sebagai solusi untuk mengoptimalkan produksi minyak dari lapangan-lapangan yang sudah matang. EOR memiliki beberapa metode, salah satunya adalah Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR).

CEOR melibatkan injeksi bahan kimia tertentu ke dalam reservoir minyak. Bahan kimia ini, seperti polimer, surfaktan, atau alkali, berfungsi untuk mengubah karakteristik minyak dan meningkatkan alirannya menuju sumur produksi. Dengan kata lain, CEOR membantu “mempermudah” minyak untuk keluar dari persembunyiannya.

PHR, sebagai anak perusahaan hulu Pertamina, mengambil langkah berani dengan mengimplementasikan CEOR secara komersial di Lapangan Minas, Blok Rokan, Riau. Ini bukan sekadar proyek percobaan, melainkan langkah nyata untuk meningkatkan produksi minyak nasional. Bayangkan, seperti memberikan booster pada lapangan minyak yang sudah mulai lelah.

Inisiatif ini semakin kuat setelah mendapatkan persetujuan Final Investment Decision (FID), yang memungkinkan proyek ini masuk ke fase eksekusi. Persetujuan FID ini menandakan komitmen yang kuat dari PHR untuk mengadopsi teknologi CEOR dan meningkatkan produksi minyak secara berkelanjutan.

Eviyanti Rofraida, Corporate Secretary PHR Regional 1 Sumatra, menyatakan bahwa Lapangan Minas menjadi yang pertama di Indonesia yang mengimplementasikan CEOR secara komersial. Ini adalah momen penting bagi industri perminyakan Indonesia, dan kita patut memberikan apresiasi.

Revolusi Sumur Tua: CEOR Mengubah Permainan

Implementasi CEOR di Lapangan Minas bukan tanpa alasan. Lapangan ini memiliki potensi yang besar, namun produksinya mulai menurun. Dengan CEOR, diharapkan produksi minyak dapat ditingkatkan secara signifikan.

Agus Masduki, Senior Petroleum Engineer PHR untuk proyek CEOR, mengatakan bahwa fase awal implementasi CEOR dapat meningkatkan produksi sebesar 2.800 barel per hari (bpd). Jika ditingkatkan lebih lanjut, produksi bahkan bisa mencapai antara 30.000 dan 50.000 bpd pada tahun 2028. Angka yang cukup fantastis, bukan? Ini seperti menemukan harta karun tersembunyi di halaman belakang rumah sendiri!

Namun, penting untuk diingat bahwa proyeksi ini hanya berlaku untuk Lapangan Minas. Potensi penerapan CEOR di lapangan-lapangan lain di Indonesia tentu perlu dikaji lebih lanjut.

Mengapa CEOR? Manfaatnya Lebih dari Sekadar Angka

CEOR bukan hanya tentang meningkatkan produksi minyak. Teknologi ini juga memiliki manfaat lain yang signifikan. CEOR dapat memperpanjang umur lapangan minyak, sehingga memberikan kontribusi ekonomi yang lebih lama.

Selain itu, CEOR juga dapat mengurangi ketergantungan pada impor minyak. Dengan meningkatkan produksi dalam negeri, kita dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan minyak dari luar negeri. Ini penting untuk menjaga ketahanan energi nasional.

Teknologi ini juga mendorong inovasi dan pengembangan teknologi di sektor perminyakan Indonesia. Implementasi CEOR membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang tinggi, sehingga mendorong pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Tantangan dan Peluang di Balik Teknologi CEOR

Tentu saja, implementasi CEOR tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah biaya implementasi yang relatif tinggi. Bahan kimia yang digunakan dalam CEOR cukup mahal, sehingga perlu dilakukan perhitungan yang cermat untuk memastikan proyek ini ekonomis.

Selain itu, karakteristik reservoir minyak juga perlu diperhatikan. Tidak semua lapangan minyak cocok untuk penerapan CEOR. Perlu dilakukan studi yang mendalam untuk menentukan jenis bahan kimia yang paling efektif dan aman untuk digunakan.

Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang yang sangat besar. Jika CEOR berhasil diterapkan secara luas di Indonesia, kita dapat meningkatkan produksi minyak secara signifikan, mengurangi ketergantungan pada impor, dan memperkuat ketahanan energi nasional.

Dengan implementasi CEOR secara komersial di Lapangan Minas, PHR telah membuka jalan bagi inovasi dan pengembangan teknologi di sektor perminyakan Indonesia. Ini adalah langkah positif yang perlu didukung dan diapresiasi. Mari kita berharap CEOR dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan produksi minyak dari lapangan-lapangan tua di Indonesia, sehingga kita dapat terus menikmati manfaat sumber daya alam yang kita miliki.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Ariel Santai, Peterpan Bebas Bawakan Lagu Tanpa Izin

Next Post

Pengembang EuroCom Bahas Pitch "Fox Racing" & Efek Simpsons: Road Rage pada Predator: Concrete Jungle