Dark Mode Light Mode

Perusahaan Sawit di Sumatra Selatan Didorong Cegah Kebakaran Hutan: Dampak Lebih Luas Jadi Pertaruhan

Panasnya Sumatera Selatan belakangan ini bukan cuma karena mie celornya, tapi juga potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Jangan sampai kita nostalgia asap tebal lagi, ya!

Karhutla ini bukan cuma masalah lokal, tapi juga bikin malu di mata dunia. Bayangin aja, Indonesia jadi penyumbang asap terbesar kedua di dunia. Itu kayak kita dapet achievement yang nggak pengen sama sekali. Udah gitu, komitmen kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca juga jadi dipertanyakan. Kan nggak lucu kalau pas meeting iklim global kita malah dicemberutin.

Jadi, apa hubungannya dengan perusahaan kelapa sawit? Nah, di Sumatera Selatan aja ada sekitar 277 perusahaan kelapa sawit yang aktif, dari total 400 di wilayah Sumatera bagian selatan. Mereka ini punya tanggung jawab besar untuk mencegah karhutla. Ibaratnya, mereka punya power ranger sendiri untuk melawan api.

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, sudah wanti-wanti nih ke perusahaan-perusahaan sawit. Semua perusahaan wajib menyiapkan personel, peralatan, dan dana untuk mitigasi karhutla. Jangan sampai kejadian kebakaran, baru kalang kabut cari ember sama gayung.

Sawit dan Asap: Hubungan yang Harus Diputus

Memang, kelapa sawit adalah komoditas penting bagi perekonomian kita. Tapi, kalau setiap tahun kita disuguhi asap tebal akibat karhutla, image sawit kita juga jadi jelek di mata dunia. Orang jadi mikir, "Sawit itu untungnya buat siapa, ruginya buat semua?"

Kebakaran hutan juga menyebabkan kerugian yang nggak main-main. Selain masalah kesehatan, aktivitas ekonomi juga terganggu. Sekolah diliburkan, penerbangan dibatalkan, dan yang paling parah, ekosistem kita rusak parah. Orang utan dan satwa lainnya kehilangan habitat. Kita nggak mau kan generasi penerus cuma bisa lihat orang utan di buku pelajaran?

Pemerintah serius banget soal ini. Kementerian Lingkungan Hidup sudah memberikan instruksi kepada semua pemegang izin konsesi hutan kelapa sawit di Sumatera bagian selatan untuk melakukan mitigasi karhutla.

Siap Siaga Karhutla: Bukan Sekadar Imbauan

Bukan cuma itu, pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga akan melakukan pemantauan dan evaluasi langsung ke lapangan. Jadi, jangan harap perusahaan sawit bisa santai-santai aja. Mereka akan diawasi ketat.

Kalau ada perusahaan yang nggak becus lapor perkembangan mitigasi karhutla dalam dua minggu, siap-siap aja kena sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hukumannya nggak main-main, lho.

Bahkan, direktur perusahaan yang gagal mengambil tindakan pencegahan kebakaran hutan bisa dipenjara selama satu tahun. So, ini bukan sekadar imbauan atau peringatan ringan. Ini serius.

Teknologi Melawan Api: Inovasi untuk Sumatera Selatan Bebas Asap

Pencegahan karhutla bukan cuma soal menyediakan ember dan gayung. Perlu juga ada inovasi dan teknologi yang diterapkan. Misalnya, penggunaan drone untuk memantau titik api dari udara. Atau, penggunaan sistem peringatan dini berbasis satelit.

Selain itu, penting juga untuk memberdayakan masyarakat sekitar hutan. Beri mereka pelatihan dan pengetahuan tentang pencegahan karhutla. Libatkan mereka dalam patroli dan pemantauan. Karena, sejatinya, merekalah garda terdepan dalam menjaga hutan kita.

Pencegahan karhutla juga memerlukan pengelolaan air gambut yang baik. Gambut yang kering sangat mudah terbakar. Karena itu, penting untuk menjaga kelembaban gambut dengan membangun sumur bor atau kanal-kanal air. Dampening peatlands atau pembasahan lahan gambut, seperti yang dilakukan BPBD Sumatera Selatan, adalah langkah yang sangat penting.

Hutan Lestari, Ekonomi Bersemi: Kunci Masa Depan Sumatera Selatan

Karhutla bukan cuma masalah lingkungan, tapi juga masalah ekonomi dan sosial. Kalau hutan kita lestari, ekonomipun bisa bersemi. Kita bisa mengembangkan ekowisata, produk-produk hutan non-kayu, dan sektor-sektor lain yang berkelanjutan.

Bayangkan, Sumatera Selatan bisa jadi destinasi wisata yang menarik dengan hutan yang hijau dan udara yang segar. Orang-orang datang untuk menikmati keindahan alam kita, bukan untuk batuk-batuk karena asap.

Jadi, mari kita jaga hutan kita bersama-sama. Pemerintah, perusahaan, masyarakat, semuanya punya peran penting. Jangan sampai warisan alam kita lenyap ditelan api. Kita nggak mau kan, anak cucu kita cuma bisa lihat foto-foto hutan yang terbakar? Ingat, hutan yang lestari adalah investasi masa depan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Kesepakatan Master Taylor Swift dengan Scooter Braun Ancam Rilis 'Reputation (Taylor's Version)'

Next Post

Li Qiang di Indonesia: Penegasan Semangat Bandung dan Multilateralisme Sejati Tunjukkan Pengaruh China