Dark Mode Light Mode
Investasi US$4 Miliar untuk Nusantara: Momentum Emas Indonesia

Peta GeoGuessr Populer Jadi Tak Bisa Dimainkan: Protes Pembuat Peta atas Piala Dunia Esports Didukung Saudi

Remaster Oblivion Rilis Kejutan Rebut Takhta April versi Circana

Peta GeoGuessr Populer Jadi Tak Bisa Dimainkan: Protes Pembuat Peta atas Piala Dunia Esports Didukung Saudi

Siap-siap, para geoguesser! Dunia perkiraan lokasi daring ini sedang mengalami gejolak seru (atau mungkin bikin pusing?) akibat keputusan GeoGuessr ikut serta di Esports World Cup (EWC) di Riyadh, Arab Saudi. Keputusan ini ternyata memicu protes besar-besaran dari para pembuat peta (map makers), yang punya peran krusial dalam pengalaman bermain GeoGuessr. Mereka merasa nggak nyaman dengan citra "sportswashing" yang melekat pada acara tersebut. Ibaratnya, kayak lagi main tebak lokasi, eh, malah nyasar ke wilayah politik yang sensitif.

Boikot Peta: Ketika Lokasi Menjadi Bentuk Protes

Para map maker ini nggak main-main. Mereka melakukan aksi pemblokiran peta (map blackout). Caranya? Peta-peta populer yang biasa jadi andalan di GeoGuessr diganti dengan lokasi-lokasi "sampah" alias nggak jelas, bikin peta jadi nggak bisa dimainkan. Bayangkan, lagi seru-serunya tebak-tebakan, eh, malah muncul gambar sembarang! Tujuan mereka jelas: memaksa GeoGuessr membatalkan keikutsertaannya di EWC dan berkomitmen nggak menggelar acara di Arab Saudi selama rezimnya dianggap menindas. Ini bukan sekadar masalah game, tapi soal nilai-nilai kemanusiaan.

Intinya, mereka menuntut GeoGuessr membatalkan acara wildcard di Arab Saudi dan berjanji untuk tidak mengadakan acara apapun di sana selama rezim tersebut masih berkuasa.

Mengapa GeoGuessr? Komunitas yang Sadar Geopolitik

Uniknya, komunitas GeoGuessr justru dikenal punya kesadaran geopolitik yang tinggi. Gimana nggak? Setiap hari mereka diajak menjelajahi dunia virtual, belajar tentang budaya, geografis, bahkan isu-isu sosial dan politik di berbagai negara. Jadi, nggak heran kalau mereka punya pandangan kuat tentang nilai-nilai yang mereka yakini. Makanya, keputusan GeoGuessr ikut EWC dianggap sebagai pengkhianatan terhadap nilai-nilai tersebut. Lebih jauh lagi, anggota komunitas berpendapat bahwa bergabung dengan EWC sama saja dengan memvalidasi rezim yang menindas.

GeoGuessr sendiri menggunakan data dari Google Maps, tetapi anggota komunitas membangun alat dan mengorganisasi lokasi ke dalam "peta" sehingga pemain tidak hanya menatap hamparan tanah yang acak dan tidak dapat dipahami sepanjang hari. Fitur game resmi, seperti mode duel kompetitif, bergantung pada peta komunitas.

Kekuatan Komunitas: Ketika Map Makers Bersuara

Yang bikin protes ini makin menarik adalah kekuatan yang dimiliki komunitas GeoGuessr. Game ini sangat bergantung pada kontribusi para map maker dan developer. Tanpa peta buatan komunitas, GeoGuessr bukan apa-apa. Inilah yang membuat suara mereka jadi lebih didengar dibandingkan komunitas game lain. Mereka punya leverage untuk menekan GeoGuessr agar mengambil tindakan. Dan mereka nggak ragu menggunakannya. Ini menunjukkan bahwa komunitas gaming bisa jadi kekuatan yang signifikan untuk perubahan positif.

Emilyapocalypse, seorang map maker yang membantu membuat alat untuk proyek pemetaan komunitas GeoGuessr terbesar, "A Community World," mengatakan bahwa bergabung dengan pemadaman itu sangat mudah.

"Saya seorang wanita dan juga queer, jadi saya bertanya pada diri sendiri: Jika saya seorang pesaing, apakah saya akan merasa nyaman untuk pergi?" katanya. "Dan bahkan jika saya merasa nyaman, apakah saya akan merasa baik-baik saja mengetahui bahwa saya akan menghadapi aturan yang jauh lebih ketat daripada penduduk setempat? Apakah saya akan nyaman dengan teman-teman queer saya yang lain pergi? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini umumnya adalah ‘tidak.' Selain itu, saya juga tidak senang dengan perlakuan Arab Saudi terhadap pekerja migran mereka, dan tindakan mereka di Yaman. Namun, hal yang paling penting adalah bahwa EWC secara langsung diselenggarakan oleh pemerintah yang bertanggung jawab atas semua ini – ini bukan hanya lokasi turnamen yang disayangkan; ini adalah upaya sportswashing pemerintah itu sendiri."

Apa Kata GeoGuessr? Tanggapan yang Kurang Memuaskan

Menanggapi protes ini, GeoGuessr sempat mengeluarkan pernyataan yang dianggap "dibuat oleh AI" dan kurang memuaskan. Mereka mengklaim bahwa EWC terbuka untuk semua pemain tanpa memandang latar belakang, gender, atau pandangan. Mereka juga menegaskan bahwa GeoGuessr nggak menerima dana dari pemerintah Arab Saudi dan motivasi mereka ikut EWC adalah untuk menyebarkan pesan eksplorasi dan pemahaman ke komunitas GeoGuessr di Timur Tengah. Tapi, pernyataan ini justru menuai lebih banyak kritikan. Komunitas merasa GeoGuessr nggak memahami akar permasalahan dan malah terkesan meremehkan kekhawatiran mereka.

"Kami selalu meninjau setiap peluang acara untuk memastikan bahwa itu terbuka untuk pemain dari semua latar belakang, jenis kelamin, dan pandangan," bunyi pernyataan GeoGuessr di Discord. "Kami telah diyakinkan oleh Esports World Cup bahwa semua pemain diterima dan tidak akan menghadiri acara tersebut jika tidak demikian."

Lebih dari Sekadar Uang: Citra dan Legitimasi

Sebenarnya, ada dugaan bahwa motivasi GeoGuessr ikut EWC bukan semata-mata soal uang. Mereka mungkin melihatnya sebagai cara untuk meningkatkan citra dan legitimasi sebagai esport. Padahal, banyak yang berpendapat bahwa EWC nggak terlalu menarik dari segi viewership dan kemungkinan kecil mendatangkan pemain baru untuk GeoGuessr. Lebih jauh lagi, terasosiasi dengan acara yang dituduh sebagai upaya sportswashing justru bisa merusak reputasi GeoGuessr.

ReAnna, seorang pemain GeoGuessr yang telah berkompetisi di level profesional, menggemakan sentimen anggota komunitas lainnya.

"Saya khususnya keberatan untuk hadir di sebuah acara yang diselenggarakan oleh pemerintah yang secara langsung bertanggung jawab atas penindasan yang dihadapi saudara-saudara queer saya di Arab Saudi," katanya. "Tidak ada pemisahan antara orang-orang yang menyelenggarakan acara ini dan orang-orang yang memenjarakan aktivis. Penggemar yang keberatan dengan memboikot acara ini bertanya di mana garisnya, karena banyak pemerintah lain – seperti AS – juga melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Saya tidak yakin di mana saya menarik garisnya, tetapi saya tahu bahwa acara yang didanai pemerintah di salah satu negara diktator yang terkenal di dunia sudah melewati batas."

Dampak Protes: Pembatalan Langganan dan Solidaritas

Sebagai bentuk protes, banyak pemain GeoGuessr yang membatalkan langganan mereka dan membanjiri Discord dengan pesan-pesan dukungan untuk aksi pemblokiran peta. Bahkan, ada yang membuat turnamen alternatif bernama Rainbow Classic untuk merayakan keberagaman komunitas GeoGuessr. Ini menunjukkan bahwa komunitas GeoGuessr nggak hanya bersuara, tapi juga bertindak nyata untuk membela nilai-nilai yang mereka yakini. Solidaritas ini patut diacungi jempol!

Update Terbaru: GeoGuessr Mundur dari EWC!

Kabar gembira! GeoGuessr akhirnya mendengarkan suara komunitasnya dan memutuskan untuk mundur dari Esports World Cup. CEO dan salah satu pendiri GeoGuessr, Daniel Antell, menyampaikan pernyataan melalui Twitter yang menegaskan komitmen mereka untuk mengutamakan komunitas. Ini adalah kemenangan besar bagi komunitas GeoGuessr dan bukti bahwa suara mereka punya kekuatan untuk mengubah keputusan korporat.

Pelajaran Penting: Kekuatan Komunitas dan Tanggung Jawab Sosial

Kasus GeoGuessr ini memberikan pelajaran penting tentang kekuatan komunitas dan tanggung jawab sosial dalam dunia gaming. Komunitas nggak hanya sekadar tempat berkumpulnya para pemain, tapi juga wadah untuk menyuarakan aspirasi dan nilai-nilai yang mereka yakini. Dan perusahaan game punya tanggung jawab untuk mendengarkan suara komunitas dan mengambil tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Semoga kasus ini menginspirasi komunitas game lain untuk berani bersuara dan memperjuangkan nilai-nilai yang mereka yakini. Intinya, jangan main-main dengan komunitas yang solid dan punya prinsip!

Mungkin ini akan menginspirasi komunitas di sekitar game yang lebih besar dari perusahaan seperti Riot, Blizzard, Valve, dan Capcom untuk mengorganisasi protes mereka sendiri. Seperti halnya begitu banyak hal yang dipaksakan kepada kita oleh penguasa perusahaan yang sinis, Esports World Cup bukanlah sesuatu yang tak terhindarkan.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Investasi US$4 Miliar untuk Nusantara: Momentum Emas Indonesia

Next Post

Remaster Oblivion Rilis Kejutan Rebut Takhta April versi Circana