Dark Mode Light Mode

Raekwon: Ulasan Album Baju Baru Kaisar

Raekwon adalah legenda. Titik. Tapi, bahkan legenda pun bisa terpeleset, kan? Album terbarunya, “The Emperor’s New Clothes”, adalah bukti bahwa terkadang, bahkan pakaian kaisar pun butuh sedikit fashion police. Mari kita bedah album ini, bukan untuk menghakimi, tapi untuk memahami dinamika seorang maestro hip-hop.

Dunia rap mengenal Raekwon sebagai arsitek suara generasi dan kultus klasik. Ketika seorang legenda mencapai titik ini, biasanya ada dua jalan yang bisa dipilih: bereksperimen dengan hal baru dan radikal, atau kembali ke akar dan memberikan fans apa yang mereka inginkan. Raekwon cenderung memilih opsi kedua, menjaga kepuasan pelanggan tetap menjadi prioritas utama.

Album-albumnya seperti Only Built 4 Cuban Linx Pt. II dan Shaolin vs. Wu-Tang adalah bukti kemampuannya untuk menyajikan kembali cerita lama dengan cara yang segar dan menarik. Ini berbeda dengan upaya reuni Wu-Tang Clan yang seringkali terasa tidak kohesif karena terlalu banyak “koki bintang lima” di dapur. Katalog solo Raekwon justru terasa luas dan flamboyan.

“The Emperor’s New Clothes” hadir sebagai bagian dari seri Legend Has It dari Mass Appeal, sebuah proyek ambisius yang menugaskan album baru dari para legenda rap. Album ini mencoba menjembatani kedua jalan tadi: sedikit inovasi, sedikit nostalgia. Bayangkan album ini dirilis tahun 2006, dengan harapan bisa membuktikan bahwa Raekwon “masih punya” dan bisa masuk playlist Hot 97.

Secara musikalitas, album ini dipenuhi dengan suara horns dan drum Akai. Namun, lagu-lagunya terasa lebih ditentukan oleh tepi yang dihaluskan daripada ide-ide baru. Beats dari Nottz dan J.U.S.T.I.C.E. League, serta hooks teatrikal dari Marsha Ambrosius, menciptakan kesan yang agak generik. Seolah-olah album ini berusaha terlalu keras untuk menjadi relevan.

Masalahnya, versi terbaik dari album seperti ini sudah ada, yaitu Fishscale dan More Fish. Kedua album itu dirilis jauh sebelum hype streaming dan media sosial merajalela. Jadi, “The Emperor’s New Clothes” harus bersaing dengan kenangan akan karya-karya klasik Raekwon sendiri.

Secara keseluruhan, “The Emperor’s New Clothes” terasa seperti upaya yang kurang fokus untuk menghidupkan kembali kejayaan masa lalu. Meskipun ada beberapa momen menarik, album ini gagal memberikan dampak yang signifikan. Pertanyaannya sekarang, apakah Raekwon masih mampu menciptakan karya yang benar-benar baru dan relevan?

Raekwon vs. Griselda: Duel Generasi di “Wild Corsicans”

Salah satu lagu yang menonjol adalah “Wild Corsicans”, yang menampilkan Raekwon bersama dengan disciples seperti Benny the Butcher, Conway, dan Westside Gunn. Secara teori, ini adalah kombinasi yang menjanjikan antara legenda dan generasi baru.

Bisa dibilang, Raekwon bisa melakukan apa yang Griselda lakukan dengan lebih baik. Namun, ia memilih untuk tidak menginjak jari kaki siapa pun. Sayangnya, chipmunk soul yang lesu tidak banyak membantu mereka. Lagu ini terasa seperti upaya yang kurang maksimal untuk menggabungkan dua generasi yang berbeda.

“Mac & Lobster”: Reunian yang Menghibur, Tapi…

Duet dengan Ghostface Killah di “Mac & Lobster” setidaknya memberikan nuansa reuni yang menghibur. Meskipun suara Ghostface terdengar sedikit “terkikis” karena tur yang tak henti-hentinya, suara Raekwon tetap tidak berubah sejak tahun 95. Ini adalah momen nostalgia yang menyenangkan bagi para penggemar setia Wu-Tang Clan.

Namun, ada juga momen-momen yang kurang menyenangkan, seperti “Debra Night Wine”, sebuah ballad cinta yang terasa aneh dan tidak nyaman. Raekwon seolah tersesat di lagunya sendiri, hanya muncul sebentar untuk menyebutkan nama jalan dan perhiasan sebelum menghilang lagi. Lagu ini terasa seperti filler yang tidak perlu.

Ketika Meth dan Deck Ikut Campur: Kerja Sama yang Terasa “Kerja Paksa”

Raekwon bisa saja memanggil Method Man dan Inspectah Deck untuk tampil di albumnya. Namun, aransemen yang murahan membuat kolaborasi ini terasa seperti “kerja paksa”. Rasanya seperti ada yang hilang, dan kehadiran RZA sangat dirindukan. Raekwon seharusnya mendapatkan lebih banyak sumber daya, atau tidak sama sekali.

Album ini seperti kemeja baru kaisar, mewah di luar namun kosong di dalam. Sementara Mass Appeal membuat gebrakan dengan seri Legend Has It, album kedelapan Raekwon ini gagal menciptakan gebrakan yang sama seperti comeback Slick Rick di masa depan. Penggemar Wu-Tang sudah terbiasa dengan upaya reuni yang dijahit dan tur perpisahan. The Emperor’s New Clothes gagal membuat kasus untuk dirinya sendiri.

Kembali ke Akar, atau Inovasi Radikal?

Album sebelumnya, The Wild, terasa luas dan mahal, sebuah pernyataan bahwa Raekwon belum siap untuk nostalgia. Sekarang, ia bisa saja memesan tur klub malam dan memutar purple tape kapan pun ia mau. Mungkin masih ada beberapa ruang yang belum dijelajahi. Tapi, yang jelas, Raekwon berada di persimpangan jalan.

Intinya? Raekwon adalah legenda, dan legendanya akan tetap hidup. Tetapi “The Emperor’s New Clothes” menunjukkan bahwa bahkan seorang kaisar pun membutuhkan penata busana yang andal. Semoga album berikutnya bisa menjadi statement yang lebih kuat dan relevan, menunjukkan bahwa Raekwon masih punya banyak hal untuk ditawarkan kepada dunia hip-hop.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Minat keamanan siber? Jangan tunda, mulai sekarang

Next Post

<p><strong>GTPlanet: Mobil Baru, Modifikasi Mesin, Balapan, dan Lebih Banyak Lagi</strong></p>