Dark Mode Light Mode
5 Game Inovatif yang Selamanya Mengubah Genre Mereka
Rencana Google yang Kurang Diminati untuk Memperbaiki Izin Web Mendapat Dukungan: Dampaknya
RI-Belanda Jalin Kemitraan Hortikultura Rumah Kaca Atasi Ketahanan Pangan

Rencana Google yang Kurang Diminati untuk Memperbaiki Izin Web Mendapat Dukungan: Dampaknya

Pernah merasa frustrasi karena tiba-tiba mikrofonmu tidak berfungsi saat meeting penting online? Atau malah tanpa sengaja mengizinkan sebuah website mengakses kamera padahal cuma mau lihat resep masakan? Nah, sepertinya Google punya solusinya, tapi tentu saja, dengan sedikit drama di belakang layar.

Google's PEPC: Revolusi Perizinan Browser atau Mimpi Buruk Privasi?

Google sedang menguji coba cara baru bagi website untuk meminta izin mengakses fitur-fitur sensitif browser seperti mikrofon dan kamera. Ide ini bernama Page Embedded Permission Control (PEPC). Intinya, PEPC memungkinkan browser menampilkan tombol HTML yang meminta izin akses ke kamera, mikrofon, dan data lokasi. Kedengarannya simpel, kan? Tapi, di balik kesederhanaan ini, ada perdebatan sengit.

Pertanyaannya sederhana tapi krusial: sebenarnya browser itu melayani kepentingan siapa? Pengguna, pemilik website, atau pembuat browser itu sendiri? Ibaratnya, browser itu seperti bodyguard. Dia harus melindungi kita, para pengguna, tapi juga harus ‘ramah' dengan pemilik website. Kadang, bodyguard-nya bingung sendiri.

Selama ini, browser sering disebut sebagai User-Agent, karena dia memperkenalkan dirinya ke server. Pengguna juga punya kendali lumayan besar atas bagaimana browser menampilkan website. Kita bisa pasang extension untuk memblokir iklan atau meningkatkan privasi. Semua demi kenyamanan dan keamanan kita, para pengguna internet yang budiman.

Tapi, browser juga harus mengakomodasi kepentingan pemilik website dan pembuat browser. Mereka mendukung fungsi-fungsi komersial dan menyediakan akses ke data berharga. Bayangkan, kalau semua iklan diblokir, bagaimana nasib website yang mengandalkan iklan untuk bertahan hidup? Dilema, kan?

Perusahaan pembuat browser seperti Apple, Brave, Google, Microsoft, Mozilla, dan Vivaldi menyeimbangkan kepentingan-kepentingan yang kadang bertentangan ini dengan cara yang berbeda. Kita sebagai pengguna bisa memilih browser berdasarkan preferensi kita. Mau yang lebih fokus ke privasi? Atau yang fiturnya paling lengkap? Pilihan ada di tangan kita.

Masalahnya, menurut Google, sistem perizinan saat ini terlalu membingungkan. Terkadang, kita merasa sudah memberikan izin, tapi ternyata belum. Atau sebaliknya, merasa belum memberikan izin, tapi tiba-tiba kamera kita sudah menyala. Kan jadi insecure!

Membongkar Masalah Perizinan yang Bikin Puyeng

Google berpendapat bahwa model perizinan berlapis – yang melibatkan web origin, user agent (browser), dan sistem operasi – seringkali menimbulkan masalah false positive dan false negative. Misalnya, kita seringkali baru sadar mikrofon kita mute saat sudah bergabung dalam video call, padahal sebelumnya sudah diatur. Kan malu!

Minh Le, seorang product manager di Google Chrome, menjelaskan bahwa jika izin diberikan tanpa disengaja (misalnya, karena ‘dark pattern' di halaman website), atau jika izin ditolak tanpa sengaja (misalnya, kamera tidak berfungsi saat video conference), maka browser telah gagal melindungi penggunanya. Intinya, browser harus lebih pintar dalam memahami apa yang sebenarnya kita inginkan.

Para developer dari berbagai perusahaan pembuat browser sudah mendiskusikan masalah ini sejak lama. Semua sepakat bahwa proses perizinan perlu ditingkatkan, tapi detailnya yang bikin pusing. Ibaratnya, semua setuju mau membangun rumah, tapi desainnya beda-beda.

Tahun lalu, Google mengumumkan rencana untuk menguji coba elemen HTML <permission> khusus dalam origin trial, dimulai dengan Chrome 126. Kemudian, mereka merilis beberapa peningkatan pada elemen <permission> tersebut. Tapi, elemen <permission> ini masih tersembunyi di balik flag di Chrome 137, versi stabil saat ini.

PEPC: Solusi Ampuh atau Sekadar Ganti Baju?

Elemen <permission> yang baru ini bersifat deklaratif, bukan imperatif. Artinya, dia menyatakan apa yang diinginkan developer (yaitu meminta izin), bukan menentukan bagaimana cara mencapainya. Tujuannya adalah mencegah design pattern yang spam pengguna dengan permintaan izin dan menyalahgunakan interaksi modal yang mungkin tidak mencerminkan persetujuan yang sesungguhnya. Selain itu, PEPC juga ingin mempermudah pengguna untuk membatalkan pengaturan izin. Kan kadang bingung ya, cara mematikan mikrofon yang sudah terlanjur diizinkan.

Tujuan utama PEPC, menurut Le, adalah untuk menangkap maksud pengguna dengan lebih baik, mengurangi false negative dan false positive, mengurangi penyesalan akibat izin yang diberikan, dan mengaitkan izin dengan konteks agar lebih mudah dipahami. Singkatnya, Google ingin membuat sistem perizinan yang lebih cerdas dan intuitif.

Tapi, developer dari Mozilla dan Apple memberikan reaksi dingin terhadap proposal ini. Mereka khawatir PEPC justru akan menambah kompleksitas UI, desain, dan keamanan, serta membuka celah bagi penyalahgunaan styling elemen.

Mozilla Melunak: Titik Terang di Ujung Tunnel?

Awalnya, Mozilla mengkritik bahwa tujuan utama PEPC adalah mencegah "penyesalan izin", yang lebih menguntungkan website daripada pengguna. Mereka berpendapat bahwa tingkat konversi yang rendah (yaitu, sedikit pengguna yang memberikan izin) adalah tanda bahwa sistem perizinan berfungsi dengan baik.

Namun, baru-baru ini, sikap Mozilla sedikit melunak. Mereka mengakui adanya perkembangan positif dalam PEPC yang patut dipertimbangkan. Salah satunya adalah penambahan mute-toggle asli HTML <camera> dan <microphone> di browser. Ini akan mengembalikan kendali pemilihan perangkat ke browser, bukan ke sistem operasi atau server.

Mozilla menekankan bahwa setiap izin harus memiliki kontrolnya sendiri, bukan digabungkan menjadi satu elemen HTML. Misalnya, meminta izin di awal mungkin cocok untuk notifikasi, tapi tidak untuk kamera dan mikrofon. Untuk kamera dan mikrofon, izin sebaiknya diberikan saat akan digunakan.

Intinya, PEPC mencoba memecahkan masalah nyata dengan permintaan izin saat ini. Tapi, versi yang ada di Chrome Origin Trial masih memiliki beberapa masalah besar. Mozilla berharap Google terus melakukan perbaikan agar PEPC benar-benar bermanfaat bagi pengguna.

Jadi, apakah PEPC akan menjadi revolusi perizinan browser yang kita tunggu-tunggu, atau malah menjadi mimpi buruk privasi? Kita tunggu saja episode selanjutnya. Yang jelas, stay safe dan jangan sembarangan memberikan izin ke website yang mencurigakan!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

5 Game Inovatif yang Selamanya Mengubah Genre Mereka

Next Post

RI-Belanda Jalin Kemitraan Hortikultura Rumah Kaca Atasi Ketahanan Pangan