Rumah bukan sekadar tempat berteduh, tapi juga fondasi kehidupan. Bayangkan, bagaimana kita bisa fokus meraih mimpi kalau atap bocor dan dinding reot terus menghantui? Untungnya, kabar baik datang dari pemerintah.
Mimpi Rumah Layak Huni: Program Rumah Sederhana Terpadu Siap Meluncur
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Sosial, berencana meluncurkan program Rumah Sederhana Terpadu. Inisiatif ini bertujuan mulia: membantu keluarga yang memiliki rumah tak layak huni di atas lahan milik sendiri. Menteri Sosial Saifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul, menjelaskan bahwa program ini akan menyediakan material bangunan untuk renovasi rumah.
Anggaran yang dialokasikan untuk setiap rumah berkisar antara Rp15 juta hingga Rp20 juta. Gus Ipul menyadari bahwa dana tersebut mungkin belum cukup untuk membangun rumah baru secara keseluruhan. Oleh karena itu, beliau mengajak masyarakat sekitar untuk bergotong royong membantu pendanaan renovasi. Bayangkan, jika Kemensos memberikan Rp15 juta, lalu tetangga patungan Rp10 juta-Rp15 juta, total dana renovasi bisa mencapai Rp25 juta-Rp30 juta. Kekuatan gotong royong memang luar biasa!
Selain menjadi tempat tinggal yang nyaman, Gus Ipul menambahkan bahwa rumah sederhana terpadu ini juga bisa difungsikan sebagai tempat usaha bagi penerima bantuan. Ide yang brilian! Dengan memiliki tempat usaha di rumah, penerima bantuan dapat meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup mereka.
Prabowo Subianto Incar 3 Juta Rumah: Target Ambisius dengan Dampak Besar
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berencana membangun 2 juta rumah di pedesaan dan 1 juta rumah di perkotaan dalam lima tahun ke depan. Program ini tidak hanya mencakup pembangunan rumah baru, tetapi juga perbaikan rumah yang sudah ada.
Hashim menekankan bahwa program ini ditujukan untuk membantu masyarakat yang belum memiliki rumah atau memiliki rumah yang tidak layak huni. Rumah tidak layak huni, menurutnya, seringkali berupa gubuk yang tidak memiliki akses air bersih dan internet. Pemerintah akan memberikan dukungan kepada petani dan nelayan melalui biaya atau kredit renovasi rumah. Ini penting, karena banyak dari mereka sudah memiliki lahan!
Secara umum, Hashim menambahkan, banyak masyarakat sudah memiliki lahan, sehingga pembebasan lahan bukan lagi masalah utama. Pemerintah akan fokus pada pendanaan pembangunan atau perbaikan 20 hingga 30 rumah setiap tahun. Jika dikalikan dengan kebutuhan 70.000 rumah per tahun, maka jumlah rumah yang akan dibangun atau direnovasi mencapai 1,5 juta hingga 2,25 juta rumah.
Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Sukses Pembangunan Perumahan Nasional
Untuk mewujudkan rencana ambisius ini, Hashim telah bertemu dengan berbagai pihak, termasuk PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), PT. Sarana Multigriya Finansial (Persero) (SMF), dan Perum Pembangunan Perumahan Nasional (Perumnas). Ia bahkan mengaku telah bertemu dengan Direktur Utama BTN, Nixon Napitupulu, sebanyak empat hingga lima kali untuk membahas program ini. Wah, intens banget!
Tak hanya menggandeng BUMN dalam negeri, Hashim juga mencari kemitraan dengan perusahaan dari Singapura, yaitu Housing & Development Board (HBD). Perusahaan properti milik negara Singapura ini akan memberikan saran terkait program pengadaan rumah Prabowo. Sebagai konsultan, ia menunjuk Surbana Jurong Pte Ltd, anak perusahaan Temasek Holdings yang bergerak di bidang pengembangan perkotaan dan konsultasi infrastruktur di Singapura.
Hashim menyadari bahwa target ini mungkin tidak tercapai dalam tahun pertama, tetapi optimis bahwa program ini akan berjalan stabil di tahun ketiga. Ia juga mengklaim telah bertemu dengan investor dan pemodal asing dari Qatar dan Singapura. Siapa tahu, suatu saat ada investor dari Wakanda juga!
Data Bicara: Potensi Ekonomi dari Sektor Perumahan
Berdasarkan data BTN dan pemerintah, Hashim mengungkapkan bahwa masih ada 10,7 juta keluarga yang menunggu untuk memiliki rumah. Selain itu, 27 juta keluarga tinggal di rumah yang tidak layak huni. Artinya, ada 37 juta keluarga yang mendambakan rumah layak huni. Dengan program ini, ia optimis bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya akan mencapai delapan persen, tetapi bahkan bisa mencapai sembilan persen.
Hashim mengakui bahwa sektor perumahan belum dimaksimalkan secara optimal. Pada tahun 2015, pemerintah menetapkan program dan target 1 juta unit setiap tahun. Namun, realisasinya masih jauh dari harapan. Masih banyak PR yang harus dikerjakan!
Hashim meminta kontraktor besar untuk tidak terlibat dalam program pembangunan dan renovasi rumah di pedesaan. Program ini akan didedikasikan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), koperasi, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Namun, konglomerat dapat terlibat dalam pengembangan apartemen di perkotaan. Pemerataan ekonomi itu penting!
Jadi, apa takeaway-nya? Program Rumah Sederhana Terpadu dan inisiatif pembangunan 3 juta rumah adalah angin segar bagi jutaan keluarga Indonesia. Dengan kolaborasi lintas sektor dan fokus pada pemberdayaan UMKM, mimpi memiliki rumah layak huni bukan lagi sekadar ilusi, tapi bisa menjadi kenyataan.