Dua puluh lima tahun lalu, sebuah album lahir dari garasi Detroit, membawa semangat do-it-yourself (DIY) yang membara. Bukan hanya sekadar musik, tetapi sebuah pernyataan bahwa kesederhanaan bisa menjadi mahakarya. Album itu adalah De Stijl, dari The White Stripes.
The White Stripes, duo Jack dan Meg White, adalah antitesis dari band-band glamor di era mereka. Mereka memilih minimalisme, baik dalam jumlah personel maupun dalam musik mereka. Bayangkan, hanya gitar, drum, dan vokal yang mentah namun penuh energi. Mereka membuktikan bahwa ruang kosong bisa menjadi kanvas yang sangat kuat.
Setelah debut mereka di tahun 1999 kurang mendapat sorotan, mereka justru memperdalam pendekatan minimalis mereka. Studio rekaman mereka bukanlah studio mewah, melainkan ruang tamu Jack di 1203 Ferdinand Street, Detroit. Album De Stijl direkam sepenuhnya menggunakan TASCAM 8-track analog recorder. Proses ini menekankan pentingnya batasan dalam menciptakan sesuatu yang besar.
Konsep De Stijl sendiri terinspirasi dari gerakan seni Belanda dengan nama yang sama, yang menekankan pada kesederhanaan, garis lurus, dan warna-warna primer. Jack White mencoba menerapkan prinsip ini dalam musik mereka. Musik yang dipangkas habis, tanpa ornamen berlebihan, fokus pada inti dari sebuah lagu.
Menurut arsiparis resmi The White Stripes, Ben Blackwell, Jack White mencoba untuk menyuling musik mereka, seperti gerakan De Stijl menyuling seni visual. Tujuannya adalah untuk mencapai bentuk paling sederhana dan tanpa hiasan, menggunakan elemen-elemen dasar untuk menciptakan sesuatu yang indah.
Dalam De Stijl, setiap instrumen memiliki ruangnya sendiri. Gitar, drum, piano, dan biola tidak saling tumpang tindih. Meskipun kualitas rekamannya terkadang lo-fi, setiap lagu terdengar jelas dan memiliki karakter yang kuat. Ini membuktikan bahwa kualitas bukanlah segalanya, tetapi bagaimana kita memanfaatkan apa yang kita miliki.
"You’re Pretty Good Looking (For a Girl)" adalah contoh sempurna dari pendekatan ini. Chord yang sederhana, drum yang childlike, dan vokal Jack yang mentah, semuanya bersatu untuk menciptakan lagu yang catchy dan mudah diingat. Lagu ini adalah pengingat bahwa musik adalah untuk semua orang, bukan hanya para virtuoso.
Minimalisme Itu Keren: De Stijl dan Kekuatan Kesederhanaan
Drumming Meg White sering dianggap sederhana oleh sebagian orang, bahkan dibilang infantile. Namun, bagi mereka yang menghargai semangat DIY, Meg adalah seorang legenda. Dia menyempurnakan perannya dalam band, dan tanpa dirinya, The White Stripes tidak akan sama. Bayangkan The Beatles dengan Keith Moon! Drum solo rim-click Meg di "Hello Operator" adalah manifestasi dari filosofi less is more.
De Stijl: Lebih dari Sekadar Album, Sebuah Manifesto
Menurut catatan album De Stijl edisi ulang tahun ke-20, album ini adalah tentang kembali ke dasar, di mana konstruksi visual atau aural terlalu sederhana untuk tidak indah. Ketika ide menjadi terlalu rumit dan pengejaran kesempurnaan disalahartikan sebagai kebutuhan akan kelebihan, maka aturan baru perlu ditetapkan.
Meskipun minimalis, De Stijl tetap memiliki momen-momen “penuh”. "Little Bird" adalah contohnya, menampilkan solo gitar blues-rock yang mengingatkan pada karya Jimmy Page dari Led Zeppelin. Jack White tidak menyembunyikan kekagumannya pada Led Zeppelin, bahkan mengatakan bahwa dia tidak percaya pada orang yang tidak menyukai Led Zeppelin.
Bukan Cuma Plagiat, Tapi Penghormatan: Akar Musik The White Stripes
Karya Jack White, baik dengan The White Stripes maupun di luar itu, selalu memiliki unsur turunan. Namun, dia selalu berhasil merevitalisasi musik-musik lama, bukan hanya sekadar meniru. Dalam mengaransemen ulang lagu-lagu seperti "Death Letter" dan "Your Southern Can Is Mine", mereka juga mengangkat nama-nama Blind Willie McTell dan Son House ke perhatian publik. De Stijl didedikasikan untuk Blind Willie McTell.
Sequencing Itu Penting: Menjelajahi Ragam Warna The White Stripes
Urutan lagu dalam De Stijl sangat diperhatikan. Setiap lagu ditempatkan sedemikian rupa untuk memberikan pendengar gambaran lengkap tentang berbagai gaya The White Stripes. Lagu-lagu seperti "Apple Blossom" dan "Sister, Do You Know My Name?" hidup berdampingan dalam harmoni yang unik.
Lagu-lagu yang lebih keras seperti "Let’s Build A Home" dan "Why Can’t You Be Nicer To Me?" lebih mirip dengan album debut mereka. Lagu-lagu ini sebenarnya ditulis pada saat yang sama, tetapi disimpan untuk De Stijl dengan harapan menghindari sophomore slump.
Dari Detroit ke Dunia: Warisan Abadi De Stijl
Album ini, meskipun dirty, tattered, dan confrontational, adalah awal dari sesuatu yang besar. Bahkan setelah The White Stripes bubar pada tahun 2011, warisan De Stijl tetap hidup. Jack White sendiri tidak menyangka bahwa band dua orang dari Detroit bisa mendapatkan perhatian sebesar itu.
De Stijl adalah quintessence dari semangat DIY The White Stripes. Album ini adalah inspirasi bagi para non-musician yang ingin menulis dan tampil. Meskipun terdengar seperti akan runtuh setiap saat, De Stijl membuktikan bahwa selera, imajinasi, dan semangat petualangan selalu lebih penting daripada virtuosity dan kehebatan teknis.
Meskipun Jack White selalu suka melawan arus, yang membuat kemitraannya dengan Meg White begitu istimewa adalah bagaimana mereka berulang kali menunjukkan bahwa cetak biru itu sendiri sudah cukup jika dikemas dengan benar. Sedikit artis yang berhasil mengaburkan batas antara draf pertama dan terakhir dengan keyakinan yang sama seperti The White Stripes, menjadikan De Stijl sebagai kemenangan utama untuk inovasi tanpa hambatan.
Inspirasi dari Garasi: Pesan Abadi De Stijl
De Stijl mengajarkan kita bahwa kita tidak perlu studio mewah atau instrumen canggih untuk menciptakan sesuatu yang berarti. Yang kita butuhkan hanyalah ide, semangat, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri. Jadi, ambil gitar usangmu, pukul drum bekasmu, dan buatlah musikmu sendiri! Siapa tahu, mungkin kamu akan menciptakan mahakarya berikutnya.