Ketika Royalti Radio Naik Kelas: Jackpot untuk Para Penulis Lagu
Pernah terbayang saat bangun tidur, tiba-tiba saldo rekening bertambah drastis bukan karena salah transfer atau menang undian bodong, melainkan karena lagu yang biasa kita dengar di radio ternyata menghasilkan cuan super besar? Nah, situasi impian ini mungkin sedikit terwujud bagi para pemilik hak cipta lagu di Amerika Serikat. Organisasi hak pertunjukan BMI (Broadcast Music, Inc.) baru saja mengumumkan kesepakatan baru dengan para penyiar radio, dan kabarnya, kenaikan tarif royalti ini adalah yang “terbesar sepanjang sejarah.” Sebuah “jackpot” udara yang mengubah frekuensi radio menjadi pundi-pundi dolar, khususnya bagi mereka yang berada di balik layar musik.
Tarif Royalti Ikut “Level Up”
BMI, sebagai salah satu organisasi hak pertunjukan terkemuka di AS, berhasil mencapai titik terang dalam negosiasinya dengan Komite Lisensi Musik Radio (RMLC). Perjanjian baru ini adalah angin segar yang sudah lama dinanti. Sebelumnya, untuk periode 2017-2021, stasiun radio AM/FM membayar tarif lisensi menyeluruh sebesar 1,78% dari pendapatan kotor mereka untuk lagu-lagu yang diwakili BMI. Angka ini mencakup hak untuk memutar jutaan lagu yang ada di katalog BMI.
Namun, di bawah kesepakatan terbaru, angkanya melonjak signifikan. Untuk tahun 2022 dan 2023, stasiun radio akan membayar tarif utama 2,14% dari pendapatan kotor mereka. Angka ini bahkan akan naik secara bertahap hingga mencapai 2,20% untuk periode 2026-2029. Peningkatan ini, jika dihitung, berarti ada kenaikan 23,6% dalam tarif yang dibayarkan stasiun radio untuk memainkan musik yang diwakili BMI.
Perjanjian ini tidak main-main, karena melibatkan 8.895 stasiun radio komersial. Namun, ada sedikit sentuhan “diskon digital” yang disertakan. Untuk pendapatan dari iklan tampilan atau sponsor di situs web dan aplikasi stasiun, ada diskon 30%. Sementara itu, untuk pendapatan dari layanan streaming stasiun, diskonnya 25%. Ini menunjukkan adaptasi terhadap pergeseran lanskap pendapatan media yang semakin digital.
Duitnya ke Mana Aja, Sih?
Dari total uang yang terkumpul, sebagian besar akan mengalir langsung ke pihak yang paling berhak. Sekitar 85% dari royalti ini akan didistribusikan kepada para penulis lagu dan penerbit musik yang memiliki hak penerbitan atas lagu-lagu yang diwakili oleh BMI. Ini adalah kabar gembira bagi mereka yang berkarya di balik melodi dan lirik yang kita dengarkan setiap hari. Bayangkan, lagu yang Anda tulis dan diputar di radio, kini memiliki potensi memberikan keuntungan yang jauh lebih besar.
Menariknya, di Amerika Serikat, stasiun radio hanya membayar royalti untuk hak cipta lagu, bukan untuk hak cipta rekaman musik. Ini berarti, para artis dan label rekaman tidak mendapatkan bayaran untuk siaran musik mereka melalui radio terestrial. Fenomena ini seringkali menjadi topik diskusi hangat di industri musik, membedakan model monetisasi antara radio dan platform digital lainnya. Jadi, kenaikan ini adalah angin segar khusus bagi songwriter dan publisher, bukan performer atau label.
Peningkatan royalti BMI ini diperkirakan akan menjadi “durian runtuh” yang tidak kecil bagi para pemilik hak cipta lagu. Asosiasi Penerbit Musik Nasional (NMPA) sempat melaporkan bahwa pendapatan grosir penerbitan musik AS mencapai $7,04 miliar pada tahun 2021. Dari angka tersebut, NMPA memperkirakan 8% berasal dari radio, yang berarti sekitar $563 juta pendapatan radio AS untuk penerbit pada tahun tersebut. Dengan kenaikan tarif ini, potensi angka tersebut tentu akan semakin meroket.
Di Balik Angka yang Berubah
Di sisi lain, meskipun royalti naik, pendapatan radio terestrial di AS sendiri sedang mengalami tren penurunan. S&P Global memperkirakan bahwa stasiun radio tradisional di AS menghasilkan $11,24 miliar dalam pendapatan iklan pada tahun 2021, angka ini termasuk stasiun talk show dan olahraga, bukan hanya musik. Namun, angka tersebut turun 3,7% dari tahun sebelumnya. S&P Global bahkan memproyeksikan pendapatan ini akan menyusut lebih lanjut hingga $10,08 miliar pada tahun 2026. Ini menunjukkan bahwa meskipun kue royalti bagi penulis lagu membesar, “kue” pendapatan iklan radio secara keseluruhan justru mengecil.
Tidak lama setelah BMI mengumumkan kesepakatan bersejarahnya, organisasi hak pertunjukan besar lainnya, ASCAP (American Society of Composers, Authors and Publishers), juga mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan serupa dengan RMLC. Meskipun rincian kesepakatan ASCAP belum diungkapkan ke publik melalui catatan pengadilan, langkah cepat ini menunjukkan dinamika persaingan antara dua raksasa PRO di AS.
Kehadiran pemain baru seperti Global Music Rights (GMR) milik Irving Azoff dalam beberapa tahun terakhir juga telah memengaruhi lanskap royalti. Laporan menyebutkan bahwa kesepakatan GMR dengan stasiun radio mungkin telah menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kesepakatan BMI. Ini menunjukkan bahwa industri ini terus berkembang, dengan adanya pemain baru yang mencoba mendobrak dominasi yang ada. Pergeseran model bisnis BMI dari nirlaba menjadi for-profit pada tahun 2022, diikuti dengan penjualannya kepada perusahaan ekuitas swasta New Mountain Capital, juga menjadi bukti bahwa ekosistem monetisasi musik semakin kompleks dan dinamis.
Kenaikan royalti ini jelas menjadi kabar baik bagi ribuan penulis lagu dan penerbit musik, memberikan mereka pengakuan finansial yang lebih besar atas karya-karya yang mengisi hari-hari pendengar. Ini adalah bukti bahwa meskipun platform digital terus tumbuh, radio terestrial masih memegang peran penting dalam ekosistem musik, dan bagi para kreator, suaranya di udara kini bernilai lebih dari sebelumnya.