Siapa bilang musik emo selalu melankolis dan bikin galau? Coba dengar album terbaru Home Is Where, Hunting Season. Dijamin, persepsi kamu tentang musik emo akan berubah total. Mereka tidak hanya bermain dengan emosi, tapi juga dengan noise, sentuhan Southern rock, dan lirik yang jujur, pedas, dan kadang bikin kita mikir keras.
Album ini bukan sekadar kumpulan lagu, tapi sebuah perjalanan. Perjalanan melintasi lanskap Amerika Serikat bagian Selatan yang suram dan penuh kontradiksi. Bayangkan, Isaac Brock dari band Modest Mouse berubah jadi Florida Woman. Agak absurd, ya? Tapi itulah yang ditawarkan Hunting Season.
Memahami Identitas Musikal Home Is Where
Sebelum menyelami lebih dalam, mari kita kenalan lebih dekat dengan Home Is Where. Band ini dikenal dengan gaya musiknya yang unik, perpaduan antara emo, alt-country, dan eksperimentasi noise rock. Mereka bukan sekadar mengikuti tren, tapi menciptakan suara mereka sendiri.
Lirik-lirik mereka seringkali membahas isu-isu sosial dan politik, terutama yang berkaitan dengan pengalaman sebagai kaum minoritas. Ini yang membuat musik mereka terasa relevan dan menggugah. Mereka tidak takut untuk bersuara, bahkan ketika suaranya lantang dan kontroversial.
Hunting Season adalah bukti bahwa Home Is Where tidak pernah berhenti bereksplorasi. Mereka berani keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Hasilnya? Sebuah album yang kaya, kompleks, dan penuh kejutan.
Album ini menawarkan eksplorasi mendalam tentang identitas, tempat tinggal, dan perjuangan menemukan rumah di dunia yang terasa semakin tidak ramah. Musik mereka adalah cermin bagi mereka yang merasa tidak memiliki tempat, atau yang berjuang untuk menciptakan tempat yang aman dan nyaman bagi diri mereka sendiri.
Jangan salah, Hunting Season bukan cuma sekadar musik emo yang mendayu-dayu. Ada sentuhan Southern Rock, noise yang bikin kaget, dan lirik yang dark tapi juga jujur. Siap-siap aja dibuat bingung, kaget, dan mungkin sedikit terharu.
‘Artificial Grass' dan Jebakan Momentum
Lagu "Artificial Grass" adalah contoh sempurna dari kemampuan Home Is Where meramu berbagai elemen musik menjadi satu kesatuan yang kohesif. Tilley Komorny bermain gitar dengan inventif, menciptakan riff-riff Southern rock yang catchy namun tetap unik. Sementara itu, MacDonald melantunkan lirik yang menggambarkan kesepian dan keterasingan dengan gaya naratif yang khas.
Sayangnya, setelah "Artificial Grass", album ini sempat kehilangan momentum. Beberapa lagu dengan tempo dan ritme yang mirip terasa kurang menggigit, meskipun masing-masing lagu memiliki keunikan tersendiri. Ibarat lagi nonton film action, tiba-tiba ada adegan slow-motion yang kepanjangan.
Untungnya, Home Is Where berhasil bangkit dari jebakan momentum ini.
Ketika Melodi dan Kegelapan Berpadu: Highlight Hunting Season
Album ini menemukan kembali energinya melalui paradoks. Lagu "Everyone Won the Lotto," adalah lagu mereka yang paling pelan, malah menjadi titik balik. Lirik MacDonald menggambarkan kota-kota kecil di Selatan yang dibangun oleh perusahaan, menawarkan pekerjaan tetap namun sedikit hal lainnya. Penggunaan kata "lotto" alih-alih "lottery" sungguh cerdas, membuat taruhan terlihat lebih kecil dan menyedihkan. Sejumlah uang yang hanya memberikan perbaikan sementara.
Setelah itu, setiap lagu di album ini terasa spesial. "Shenandoah" adalah lagu terindah mereka. "Mechanical Bull" cocok untuk didengarkan di bar honky-tonk. "Milk & Diesel" adalah opera Southern rock mini yang bisa memenangkan hati para trucker.
"Roll Tide" adalah puncak dari semua yang Home Is Where bisa tawarkan. Sebuah noise odyssey selama 10 menit yang menjerit dan menguap seperti Animal Collective jika seseorang menyelinapkan moonshine ke Campfire Songs. Sungguh experience yang unik!
Alt-Country, Lebih Dari Sekadar Genre
Hunting Season bukan cuma tentang musik, tapi juga tentang identitas dan tempat. Album ini adalah surat cinta untuk tempat yang menolak mencintai mereka kembali. Baik MacDonald maupun Komorny akhirnya meninggalkan Florida, takut akan undang-undang negara bagian yang semakin kejam terhadap kaum trans seperti mereka.
Band ini juga menampilkan banyak lagu ini secara langsung saat menjadi headliner di festival Liberation Weekend di Washington, D.C., yang diselenggarakan sebagai respons terhadap undang-undang anti-trans di seluruh negeri. Alt-country bukan hanya genre bagi Home is Where – Hunting Season merindukan negara alternatif yang sesungguhnya, tempat segala sesuatu yang aneh, liar, dan indah tentang rumah mereka akhirnya dilindungi dan dirayakan.
Judul lagu penutup, "Drive-By Mooning," adalah lagu cinta untuk satu sama lain. Bagian terakhir lagu ini menampilkan banyak orang yang menyanyikan moto band ("home is where forever"). Ini menunjukkan akar emo mereka yang kuat dan dalam.
Pesan Penting dari Hunting Season
Hunting Season dari Home Is Where adalah sebuah album yang kompleks, menantang, dan sangat memuaskan. Ini adalah karya seni yang jujur, berani, dan relevan dengan isu-isu yang dihadapi oleh banyak orang saat ini.
Mencari Rumah dalam Musik dan Komunitas
Album ini adalah tentang menemukan rumah di tempat-tempat yang tak terduga. Di dalam musik, di dalam komunitas, dan di dalam diri sendiri.
Emosi yang Dieksplorasi dengan Berani
Home Is Where mengajak pendengarnya untuk merasakan semua emosi, dari kesedihan hingga kemarahan, dari harapan hingga keputusasaan. Mereka tidak takut untuk jujur tentang apa yang mereka rasakan, dan kejujuran itu yang membuat musik mereka begitu kuat.
Lebih dari Sekadar Album, Sebuah Pernyataan
Hunting Season adalah sebuah pernyataan. Sebuah pernyataan tentang identitas, tentang tempat tinggal, dan tentang perjuangan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Ini adalah album yang akan membuatmu berpikir, merasakan, dan mungkin bahkan bertindak.