Hai, pernah nggak sih denger lagu tertentu, tiba-tiba langsung flashback ke kejadian yang nggak mengenakkan? Rasanya kayak kesetrum, kan? Otak langsung loading, hati langsung nyess. Tapi, daripada langsung skip, mending kita dengerin aja, deh. Kata ilmuwan, bisa jadi malah bikin kita move on, lho!
Lagu Galau Jadi Sumber Trauma? Nggak Juga!
Emosi itu kayak lem super buat memori. Nah, musik itu trigger emosi yang kuat. Jadi, kalau digabungin, efeknya bisa dahsyat! Kata peneliti dari University of Helsinki, musik bisa memperkuat memori tentang suatu kejadian. Bahkan, kejadian emosional bisa memperkuat memori tentang musik yang diputar saat itu. Jadi, jangan heran kalau denger lagu tertentu, langsung ingat mantan!
Dr. Stephanie Leal dari University of California juga bilang, jenis emosi yang kita rasakan bisa menentukan apa yang kita ingat. Musik yang diasosiasikan dengan hal positif cenderung terkait dengan memori umum. Sementara, musik yang memicu perasaan negatif lebih sering terhubung dengan memori kejadian spesifik.
Makanya, wajar aja kalau kita nggak suka dengerin lagu yang bikin kita balik ke masa lalu yang pahit. Tapi, bukan berarti kita harus menghindarinya selamanya, ya. Justru, dengan menghadapinya, kita bisa reclaim memori itu dan move on!
Jurus Ampuh Reclaim Lagu Patah Hati
Kalau lagunya udah irredeemably buruk, mungkin agak susah, ya. Tapi, coba deh embrace lagunya. Jangan lari! Kata Dr. Leal, dengan mengasosiasikan lagu itu dengan hal positif, kita bisa rewire otak kita. Jadi, setiap denger lagu itu, kita nggak lagi ingat kesedihan, tapi malah ingat hal-hal yang menyenangkan. Intinya, positive vibes only!
Profesor Renee Timmers dari University of Sheffield juga setuju. Daripada merasa jadi korban musik, mending kita actively engage! Coba nyanyi bareng, ubah melodinya, atau bikin harmoni baru. Dengan begitu, kita jadi lebih aktif mengendalikan musiknya, bukan malah dikendalikan oleh memori. Ini tentang mengambil alih kontrol atas pengalaman kita.
Dari Florence and the Machine Hingga Pantai Bahagia: Kisah Pribadi
Pasti banyak, kan, lagu yang dulunya kita suka banget, eh malah jadi bikin trauma gara-gara kejadian tertentu? Jarang banget, kan, kita milih lagu yang nggak kita suka buat first dance? Atau bilang “I love you” pertama kali pas lagu dangdut koplo lagi kenceng-kencengnya? Well, kecuali emang seleranya begitu, sih.
Saya sendiri pernah punya album yang dulunya saya dengerin pas lagi jatuh cinta sama seseorang yang ternyata nggak reciprocate. Bertahun-tahun saya hindarin lagu-lagu itu, takut perasaan lama muncul lagi. Tapi, suatu hari, pas lagi random shuffle di Spotify, saya memutuskan untuk nggak skip. Saya dengerin dari awal sampai akhir. Pakai headphones, jalan-jalan ke pantai (tempat yang selalu bikin saya bahagia), dan fokus sama keindahan pemandangan.
Saya perhatiin banget gimana matahari bersinar di antara awan-awan, bikin ombak jadi makin dramatis. Pas udah selesai, saya putar lagi. Dan lagi. Dan lagi. Saya biarin emosinya datang, tapi juga saya biarin pergi. Musik itu nggak perlu lagi terikat sama kesedihan dan penolakan. Lama-lama, asosiasi negatifnya hilang, terganti sama memori positif yang saya ciptakan sendiri. Sekarang, nggak ada lagi rasa sakit pas dengerin lagu-lagu itu. Intinya, reframe your narrative!
Musik Kuat, Tapi Kita Lebih Kuat!
Jadi, intinya, musik itu memang kuat. Tapi, kita jauh lebih kuat! Kita bisa berhenti menghindari penderitaan, menghilangkan Pavlovian response, dan bahkan ngajarin anjing tua trik baru. Jangan biarkan lagu galau mengendalikan hidupmu. Kendalikan lagunya!
So, What’s the Takeaway?
Jangan takut sama lagu yang bikin trauma. Justru, hadapi, reclaim, dan ubah maknanya. Siapa tahu, dengan begitu, kamu bisa move on dan jadi lebih bahagia. Dan inget, life is too short to listen to sad songs all the time! Kecuali emang lagi pengen galau, sih. Itu mah urusan lain. Tapi abis itu, move on, ya!