Dark Mode Light Mode

Sampah Antariksa Jadi Inspirasi Styx untuk Album ‘Circling From Above’

Siapa bilang punya banyak waktu luang itu buruk? Buktinya, Styx, band yang sempat menyanyikan lagu tentang kelebihan waktu, justru memanfaatkannya dengan sangat baik. Album ke-18 mereka, Circling From Above, baru saja dirilis dan menjadi bukti bahwa mereka masih produktif, bahkan setelah berkiprah selama beberapa dekade.

Styx, bagi yang mungkin baru dengar (atau lupa!), adalah legenda rock yang merajai era ’70an dan ’80an. Mereka dikenal dengan harmoni vokal yang megah, riff gitar yang ikonik, dan tentunya, lagu-lagu yang catchy abis. Tapi, apa yang membuat mereka tetap relevan di era TikTok dan streaming ini?

Salah satu kuncinya adalah kolaborasi solid antara frontman Tommy Shaw dan Will Evankovich, yang kini menjadi anggota resmi band. Mereka berdua sering menulis lagu bersama, menciptakan formula ajaib yang menghasilkan album-album berkualitas. Kebayang nggak, dua kepala jenius digabung jadi satu? Mind-blowing!

Evankovich sendiri mengakui bahwa proses kreatif mereka berjalan secara organik. Ide-ide muncul begitu saja, seperti jamur di musim hujan. Shaw selalu punya ide segar, dan Evankovich membantunya mewujudkan ide-ide tersebut menjadi lagu yang utuh dan memukau. Ya, namanya juga partner in crime, eh, partner in music.

Meskipun album-album mereka sebelumnya, seperti The Mission dan Crash of the Crown, memiliki tema yang cukup kuat, Shaw dan Evankovich sepakat bahwa Circling From Above bukanlah concept album yang kaku. Mereka hanya ingin membuat musik yang menarik dan terhubung satu sama lain. Anggap saja seperti playlist yang disusun dengan hati-hati.

Namun, Circling From Above tetap memiliki starting point yang unik. Shaw, yang ternyata bird enthusiast (makanya ada burung starling Eropa di sampul album), terinspirasi dari dunia luar angkasa yang penuh dengan “sampah antariksa.” Bayangkan, di atas sana ada tumpukan rongsokan satelit dan peralatan lainnya yang dimiliki oleh berbagai negara. Mind blown lagi!

Ide tentang “organized chaos” di luar angkasa inilah yang kemudian memicu terciptanya lagu pembuka, “Circling From Above,” yang berlanjut ke single pertama, “Build and Destroy.” Dua lagu ini memberikan sentuhan prog-rock yang kental, mengingatkan kita pada Pink Floyd. Nggak nyangka kan, Styx bisa se-artsy ini?

Rahasia Keabadian Styx: Harmoni, Gitar, dan Sentuhan Modern

Evankovich menjelaskan bahwa sebelas lagu lainnya di Circling From Above memiliki karakter yang berbeda-beda. Album ini terasa seperti Rubber Soul-nya The Beatles, di mana setiap lagu punya keunikan tersendiri. Namun, sebagai produser, ia tetap berusaha menciptakan kesatuan suara yang mengingatkan kita pada era kejayaan Styx di tahun ’70an dan ’80an.

Resepnya sederhana: harmoni vokal yang dahsyat, aransemen vokal yang berlapis-lapis, synthesizer dan gitar yang saling mengisi. Basically, formula yang sudah teruji dan terbukti sukses. Dan yang terpenting, semua elemen ini hadir secara alami, tanpa dipaksakan. Seperti kata Evankovich, “It just kind of falls into the Styx universe.”

Menggabungkan Klasik dan Kontemporer: Tantangan Band Veteran

Styx menyadari bahwa industri musik telah berubah drastis sejak mereka merilis album Cyclorama. Era streaming menuntut lagu yang lebih ringkas dan to the point. Oleh karena itu, mereka berusaha menggabungkan elemen klasik Styx dengan sentuhan kontemporer.

Album-album terbaru mereka berisi lagu-lagu berdurasi tiga atau empat menit yang padat dengan energi dan melodi yang memorable. Mereka tidak lagi terpaku pada lagu-lagu panjang dan kompleks yang menjadi ciri khas prog-rock. It’s all about keeping up with the times, baby!

Kekuatan Kolaborasi: Saling Mendukung dan Menginspirasi

Circling From Above adalah proyek kolaboratif yang melibatkan seluruh anggota band. James Young, gitaris legendaris Styx, memberikan sentuhan khasnya pada lagu “King of Love.” Terry Gowan, yang baru bergabung dengan band, menambahkan upright bass pada lagu “Blue Eyed Raven.” Bahkan Chuck Panozzo, salah satu founder Styx, ikut bermain pada lagu interlude “Ease Your Mind.”

Yang menarik, para anggota band selalu memikirkan satu sama lain saat proses rekaman. Mereka tahu kapan harus memberikan ruang bagi solo gitar James Young, atau kapan Tommy Shaw harus tampil sebagai vocal powerhouse. Mereka saling mendukung dan menginspirasi, menciptakan sinergi yang luar biasa.

Styx di Panggung: Antara Nostalgia dan Materi Baru

Saat ini, Styx sedang membawakan album The Grand Illusion secara penuh dalam tur mereka. Namun, mereka juga menyempatkan diri untuk membawakan single terbaru, “Build and Destroy.” Mereka berencana untuk menambahkan lebih banyak lagu dari Circling From Above ke dalam setlist mereka di masa depan.

Bulan Oktober nanti, Styx akan tampil di Rockin’ in Paradise Cruise. Evankovich menjanjikan bahwa mereka akan membawakan dua atau tiga lagu baru setelah menyelesaikan tur The Grand Illusion. Jadi, bagi para penggemar Styx, siap-siap untuk bernostalgia sekaligus menikmati karya-karya terbaru mereka.

Masa Depan Styx: Terus Berkarya dan Menginspirasi

Meskipun Circling From Above baru saja dirilis, para anggota Styx sudah memikirkan tentang album berikutnya. Prosesnya akan sama seperti sebelumnya: mengumpulkan lagu-lagu terbaik dan mencari benang merah yang menghubungkan mereka. Tentu saja, tantangannya adalah mencari waktu di tengah jadwal tur yang padat.

Namun, Evankovich yakin bahwa mereka akan berhasil menciptakan album baru di masa depan. Styx adalah band yang memiliki semangat juang tinggi dan kecintaan yang besar terhadap musik. Mereka akan terus berkarya dan menginspirasi, membuktikan bahwa musik rock klasik tetap relevan di era modern. Rock on, Styx!

Jangan Pernah Berhenti Berkarya!

Intinya, Styx membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Dengan kolaborasi yang solid, semangat yang tak pernah padam, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan zaman, mereka terus menghasilkan musik berkualitas dan menghibur para penggemarnya di seluruh dunia. Jadi, gaes, jangan pernah berhenti berkarya, ya! Siapa tahu, 40 tahun lagi, karya kalian masih didengarkan dan diapresiasi oleh banyak orang.

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Profil Multiklonal FLT3-ITD pada AML Menggunakan Sekuensing MinION: Implikasi Klinis di Indonesia

Next Post

Kesepakatan Dagang Prabowo-Trump: Implikasi Ekonomi bagi Indonesia