Dark Mode Light Mode

Sarastus – Agony Eternal: Ulasan Pedih Abadi

Siapa bilang musik metal itu cuma berisik dan bikin sakit kepala? Siap-siap untuk ditarik ke dalam pusaran Agony Eternal, album terbaru dari trio black metal asal Finlandia, Sarastus. Album ini bukan sekadar deretan lagu, tapi sebuah pengalaman yang bakal bikin kamu headbang sampai leher pegal. Percaya deh, ini bukan black metal biasa!

Sarastus, dengan formasi solidnya sejak 2023, hadir dengan energi yang membara di album Agony Eternal. Bayangkan perpaduan blast beats yang menggelegar, tremolo gitar yang menusuk jiwa, dan vokal yang terdengar seperti teriakan dari neraka. Walaupun elemen-elemen ini mungkin terdengar familiar, percayalah, Sarastus berhasil meraciknya menjadi sesuatu yang luar biasa.

Kalau kamu familiar dengan band-band seperti Kvaen dan Rimfrost, maka kamu akan langsung jatuh cinta dengan Agony Eternal. Album ini menawarkan kombinasi keganasan yang membara dan musikalitas yang memukau. Setiap lagu dirancang dengan cermat, penuh dengan hook yang adiktif, riff yang menggigit, dan penampilan vokal yang memukau.

Temukan Kegelapan yang Menyenangkan di “Agony Eternal”

Agony Eternal adalah bukti bahwa sebuah album tidak perlu menjadi inovatif untuk menjadi hebat. Album ini menolak untuk melakukan reinvent the wheel, melainkan memoles formula klasik black metal hingga berkilau. Duo pembuka “Gravelust” dan “Agony Eternal” langsung mencuri perhatian dengan riff bergaya black n' roll yang mengejutkan, penulisan lagu yang dinamis, dan kepercayaan diri yang kuat.

Lagu-lagu seperti “Into Eternity” dan “Where Cruelty Never Ends” benar-benar membuat saya terpesona. Melodi-melodi yang membumbung tinggi dalam kedua lagu ini menciptakan perasaan euforia yang tak kunjung pudar. Transisi yang mulus dalam ritme dan struktur mengaktifkan insting hewani dalam otak saya, memaksa saya untuk headbang dan melakukan windmill dengan intensitas ekstrem.

Karakteristik ini menciptakan momentum yang luar biasa, memberikan bobot pada stomp mid-paced yang lebih lambat yang menghantam “No Horizon” jauh ke dalam tengkorak saya. Dengan segala macam teriakan, riff, lead, dan pola untuk memandu jalan saya ke depan, sisa Agony Eternal menepati janji bahwa “Into Eternity” dan tetangganya bukan hanya kilatan putih panas.

Bukan Sekadar Black Metal: Eksplorasi Musikal Sarastus

Jika kita mengesampingkan evaluasi per nomor, Agony Eternal tetap bersinar. Singkatnya, Agony Eternal adalah pesta tanpa henti. Dengan energi yang hampir seperti pop, Sarastus menangkap gairah dan keyakinan yang membuat black metal semacam ini menjadi sensasi dengan kesederhanaan yang luar biasa dan efektivitas yang tak terbantahkan.

Saat saya mendengarkan lagu-lagu seperti “From Pride, to Shame, to Misery,” saya mendengar lebih dari sekadar puritanisme black metal. Saya mendengar jiwa yang percaya diri dan bersemangat yang berakar pada pemberontakan rock n' roll, ditempa dalam teknik abadi, dan sarat dengan tradisi metalik di seluruh spektrum. Dengan cara ini, Sarastus menghormati banyak talenta hebat sepanjang sejarah yang memungkinkan sebuah rekaman seperti Agony Eternal untuk eksis.

Deteksi Kekurangan yang Bisa Dimaafkan

Meskipun demikian, Agony Eternal tidak sempurna, tetapi hanya sedikit. Ada satu atau dua momen singkat di mana vokal mengganggu immersi saya dengan sedikit pecah (lihat bagian paling akhir “Where Cruelty Never Ends”), meskipun efek mengganggu ini berkurang dengan putaran berulang dan sedikit kesabaran. Saya juga berharap bahwa, terlepas dari mix dan master yang sangat lapang dan alami, bassnya masih lebih berbobot dan vokalnya ditarik kembali sedikit.

Selain itu, pembuka “Gravelust” mungkin satu-satunya lagu yang, sebagian besar secara retrospektif, tidak memenuhi standar tinggi yang sama dengan teman-teman albumnya. Ia memiliki semua atribut yang tepat, tetapi eksekusinya terasa kurang jika dibandingkan. Sebagai nitpick terakhir, setelah selusin kali mendengarkan secara fokus, saya berpikir bahwa beberapa riff di sana-sini mengalami satu atau tiga repetisi terlalu banyak, terutama ketika riff tersebut lebih dari cukup kuat untuk menonjol dengan lebih sedikit (“1644”).

Putusan Akhir: Layak Didengar dan Dirasakan

Terlepas dari sedikit kekurangan, Agony Eternal adalah kesuksesan besar, dan saya dengan sepenuh hati merekomendasikan album ini kepada setiap penggemar metal untuk mendengarkannya (dan jiwamu)! Lagu-lagu seperti “Metamorphosis,” “Into the Lair,” dan penutup masif “1644” berdiri tegak sebagai ledakan riang dan penuh kebahagiaan yang mengingatkan pada Vimur dalam serangan ganas dan semangat penggantinya.

Jadi, tunggu apa lagi? Agony Eternal bukan cuma album, tapi pengalaman yang akan membawa kamu ke dimensi lain. Siap untuk merasakan sakitnya… yang menyenangkan?

Sarastus: Bangkitnya Bintang Black Metal Finlandia

Sarastus bukan hanya band biasa. Mereka adalah bukti bahwa black metal masih memiliki tempat di hati para pendengar musik ekstrim. Dengan kombinasi keganasan, melodi yang adiktif, dan semangat rock n' roll yang membara, mereka berhasil menciptakan album yang wajib didengarkan oleh para penggemar metal.

Jangan Sampai Ketinggalan “Agony Eternal”

Intinya? Agony Eternal adalah album yang akan membuat kamu terpesona dari awal hingga akhir. Ini adalah perjalanan sonik yang akan membawa kamu ke tempat-tempat yang gelap dan indah. Jadi, pasang headphone kamu, kencangkan sabuk pengaman, dan bersiaplah untuk mengalami Agony Eternal!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Helldivers 2 dari Playstation Menjangkau Pemain Xbox dengan Bahasa Indonesia

Next Post

Pemerintah Indonesia Targetkan 500 Ribu Rumah Subsidi pada 2026: Momentum Atasi Kesenjangan Perumahan