Dark Mode Light Mode
GPU Jadi Biang Keladi? Ini Tanda-tandanya
SCHMIER Destruction Mengecam Miliarder, Sebut Keserakahan “Adalah Perilaku yang Menghancurkan Kemanusiaan”
Taman Budaya Bali Indah Perkuat Hubungan RI-Polandia

SCHMIER Destruction Mengecam Miliarder, Sebut Keserakahan “Adalah Perilaku yang Menghancurkan Kemanusiaan”

Dunia metal itu keras, bro. Sama kerasnya dengan beton dan sepedas cabai rawit. Tapi, di balik gemuruh distorsi dan gebukan drum yang bikin jantung berdebar, ada cerita tentang dedikasi, persahabatan, dan sedikit, atau bahkan banyak, struggle. Nah, kali ini kita akan menyelami dunia Destruction, band thrash metal legendaris asal Jerman, lewat obrolan seru dengan frontman-nya, Schmier. Siap headbang?

Destruction: Lebih dari Sekadar Thrash Metal

Destruction bukan sekadar band. Mereka adalah institusi. Empat dekade berkarya, melewati pasang surut industri musik, dan tetap mempertahankan identitas mereka sebagai salah satu pioneer thrash metal. Mereka telah menjadi inspirasi bagi banyak musisi metal lainnya. Bahkan sampai detik ini masih tetap eksis dengan album dan tur yang semakin padat.

Schmier, sang vokalis dan bassist, adalah otak di balik Destruction. Dia adalah mastermind yang merancang setiap riff dan lirik, bahkan ketika badai menerpa. Dirinya bertanggung jawab atas kelangsungan band tersebut. Dirinya adalah the man behind the gun untuk urusan musik.

Resep Rahasia Thrash Metal Ala Schmier

Bagaimana sih caranya bikin lagu thrash metal yang nendang? Ternyata, resepnya cukup sederhana: cepat, ritmis, dan berakar pada bass. "Gue biasanya duduk, mikir, ‘Oke, gue mau bikin lagu dengan 200 BPM.' Terus gue bikin demo, ketemu sama band, dan mulai garap detailnya. Kita kan main thrash metal, jadi drum dan bass harus jadi fondasi buat gitarnya," jelas Schmier. Dengan kata lain, semua harus solid seperti tembok pertahanan Real Madrid di era 2000an awal.

Jadi, intinya adalah kecepatan dan kekuatan. Jangan lupa, lirik yang relate dengan kehidupan sehari-hari juga penting. Percuma musiknya kencang kalau liriknya cuma tentang naga dan penyihir, kecuali kamu memang suka fantasi ala Dungeons and Dragons, no problem!

"Greed": Sindiran Pedas untuk Kekuasaan

Salah satu lagu terbaru Destruction, "Greed", adalah observasi pahit tentang efek kekuasaan pada manusia. Liriknya sangat deep dan bikin kita merenung. Seberapa banyak orang yang berubah setelah punya banyak uang? Apakah kekayaan bisa merusak persahabatan?

Schmier tanpa ragu menunjuk contoh nyata: "Elon Musk, orang terkaya di dunia, bisa kasih makan semua orang miskin. Tapi dia nggak mau, karena keserakahan." Jleb! Sindiran yang cukup menohok, bukan? Tapi memang benar juga sih, kalau semua orang kaya mau berbagi, mungkin dunia ini akan jadi tempat yang lebih baik.

Rindu Era Hippie: Berbagi dan Peduli

Schmier mengaku merindukan mentalitas hippie di era 70-an: "Saling berbagi, satu dunia, satu planet. Bikin semua orang nyaman. Sumber daya dan uang cukup kok. Tapi ya itu, ada keserakahan." Konsep idealis, memang, tapi patut dicoba. Daripada rebutan lahan parkir di mal, mending gotong royong bersihin lingkungan, kan?

Intinya, Schmier ingin kita semua lebih peduli sama sesama. Jangan cuma mikirin diri sendiri dan harta benda. Ingat, you can't take it with you. Jadi, mumpung masih hidup, mari kita sebarkan kebaikan dan cinta. Atau setidaknya, jangan buang sampah sembarangan.

Dokumenter Terbaru: Drama, Tragedi, dan Harapan

Selain album baru, Destruction juga merilis dokumenter tentang lima tahun terakhir mereka. Bukan tentang awal mula band, tapi tentang masa-masa sulit yang mereka hadapi. Ada pandemi COVID-19, Mike keluar dari band, dan mereka meninggalkan Nuclear Blast.

Dokumenter ini bukan sekadar rekaman kejadian, tapi juga cerita tentang harapan dan cinta pada metal. Bagaimana mereka bisa bangkit dari keterpurukan dan tetap berkarya selama empat dekade. Ini adalah bukti bahwa musik metal bukan cuma sekadar noise, tapi juga kekuatan yang bisa menyatukan dan menginspirasi.

Tetap Membara Setelah 40 Tahun

Setelah 40 tahun berkarya, Schmier mengakui bahwa industri musik tidak semakin mudah. Tapi, hal itu justru membuatnya semakin fokus. "Gue nggak pernah main musik buat jadi terkenal. Gue main musik karena cinta sama musik, dan cinta itu masih membara sampai sekarang," ujarnya.

Destruction mungkin bukan Metallica atau Slayer, tapi mereka bisa hidup dari musik. "Gue nggak punya dua rumah, nggak nyetir dua Mercedes. Gue punya kehidupan normal. Gue bisa hidup dari musik, dan itu fantastis," kata Schmier. Ini adalah contoh nyata bahwa kesuksesan tidak selalu diukur dari kekayaan materi, tapi juga dari passion dan dedikasi.

Menemukan Kebahagiaan di Metal

Lalu, apa takeaway dari obrolan ini? Bahwa kebahagiaan sejati bisa ditemukan di mana saja, termasuk di dunia metal yang keras dan brutal. Asalkan kita punya passion, dedikasi, dan cinta pada apa yang kita lakukan, kita bisa meraih apa pun yang kita inginkan. Jadi, teruslah berkarya, teruslah bermimpi, dan jangan pernah berhenti headbang!

Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

GPU Jadi Biang Keladi? Ini Tanda-tandanya

Next Post

Taman Budaya Bali Indah Perkuat Hubungan RI-Polandia