Siapa Bilang Jadi Artis Itu Enak? Lorde Ngaku Sempat Bingung Cari Jati Diri!
Dunia hiburan memang gemerlap, tapi di balik panggung, para artis juga manusia biasa yang kadang merasa insecure dan bertanya-tanya, "Sebenarnya gue ini siapa?". Nah, hal ini juga dialami oleh penyanyi asal Selandia Baru, Lorde. Setelah tur album "Melodrama" yang intens, Lorde merasa butuh sesuatu yang lebih light dan santai, yang akhirnya melahirkan album "Solar Power" di tahun 2021. Tapi ternyata, album ini justru membawanya pada sebuah kesadaran yang cukup mengejutkan.
Perjalanan musikalitas seorang artis memang penuh lika-liku. Mulai dari proses kreatif yang kadang bikin frustrasi, tekanan dari industri musik, hingga ekspektasi penggemar yang tinggi. Semua ini bisa berdampak besar pada kesehatan mental dan sense of self seorang artis.
Lorde, yang dikenal dengan lirik-lirik puitis dan musik alternative pop yang khas, sempat merasa kehilangan arah setelah merilis "Solar Power". Album yang terinspirasi dari perjalanannya ke Antartika ini memang berbeda dari karya-karya sebelumnya.
Album ini seperti sebuah eksperimen bagi Lorde, sebuah upaya untuk keluar dari zona nyaman dan mencari suara baru. Namun, eksperimen ini justru membuatnya mempertanyakan identitasnya sebagai seorang musisi.
Proses pencarian jati diri ini memang nggak mudah. Butuh keberanian untuk mengakui bahwa ada sesuatu yang off, dan butuh waktu untuk menemukan kembali apa yang benar-benar relate dengan diri sendiri.
Bagi Lorde, "Solar Power" adalah sebuah fase yang penting dalam perjalanan karirnya. Meskipun album ini nggak sepenuhnya merepresentasikan dirinya, tapi album ini membantunya untuk lebih memahami siapa dirinya yang sebenarnya.
Dan yang terpenting, "Solar Power" membantunya untuk move on dan menciptakan karya-karya baru yang lebih otentik. Ini adalah proses pendewasaan yang dialami oleh semua orang, termasuk seorang Lorde.
"Solar Power": Sebuah Refleksi Diri yang Jujur
Lorde mengakui bahwa "Solar Power" adalah album yang harus ia buat. Album ini adalah hasil dari keinginannya untuk melepaskan diri dari image dan ekspektasi yang selama ini melekat padanya. Setelah merasakan hingar bingar tur "Melodrama", ia mendambakan ketenangan dan kesederhanaan. Album ini menjadi semacam pelarian, sebuah upaya untuk reconnect dengan alam dan dirinya sendiri.
Namun, di balik melodi yang catchy dan lirik yang bernuansa alam, ada sebuah kegelisahan yang mendalam. Lorde merasa ada sesuatu yang kurang pas, bahwa image dirinya yang "wafty" dan menghilang dari peredaran itu bukanlah dirinya yang sebenarnya. "Aku seperti berpikir ‘sebenarnya, kayaknya ini bukan gue deh’," ujarnya.
Ini menunjukkan bahwa menjadi seorang artis bukanlah sekadar menciptakan musik yang enak didengar, tapi juga tentang menjadi diri sendiri dan menyajikan karya yang genuine. Sebuah karya yang lahir dari kejujuran dan refleksi diri yang mendalam.
Album "Virgin": Sebuah Babak Baru untuk Lorde?
Setelah melewati fase "Solar Power", Lorde kini siap untuk membuka babak baru dalam karirnya dengan album terbarunya, "Virgin", yang dijadwalkan rilis pada 27 Juni. Album ini tampaknya akan menjadi lebih personal dan eksploratif.
Single-single yang sudah dirilis, seperti "Man Of The Year" dan "What Was That", memberikan sedikit gambaran tentang arah musik Lorde yang baru. Lirik-liriknya lebih terbuka dan jujur, menyentuh isu-isu seperti identitas gender dan perjuangan melawan body image issues.
Lorde bahkan mengakui bahwa ia merasa lebih bebas dalam berekspresi setelah memberikan dirinya ruang yang lebih besar. Ia juga menyinggung tentang gender fluiditas dalam album ini. "Genderku jadi lebih luas ketika aku memberi tubuhku lebih banyak ruang," ungkapnya.
Album "Virgin" sepertinya akan menjadi sebuah statement bagi Lorde. Sebuah deklarasi bahwa ia telah menemukan kembali jati dirinya, dan siap untuk menyajikan karya-karya yang lebih berani dan personal.
Menemukan Kembali Jati Diri: Proses yang Universal
Kisah Lorde ini sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dialami oleh banyak orang. Di usia muda, kita seringkali merasa bingung dan mencari-cari identitas diri. Proses pencarian ini bisa memakan waktu dan terkadang terasa melelahkan.
Tapi yang terpenting adalah untuk tetap jujur pada diri sendiri dan berani untuk mencoba hal-hal baru. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan eksperimen dengan berbagai kemungkinan.
Pada akhirnya, jati diri bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang terus berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu. Yang terpenting adalah untuk tetap terbuka terhadap pengalaman baru dan terus belajar dari kesalahan. Siapa tahu, dengan berani mencoba, kamu justru menemukan bakat terpendam atau passion yang selama ini nggak kamu sadari.
Intinya, be yourself, embrace your flaws, and never stop exploring. Karena hidup ini terlalu singkat untuk menjadi orang lain.